Seperti Lyra yang berpikir bahwa Bill Davidson ada di balik kecelakaan besar itu, John tampaknya juga sudah menduga hal yang sama. Ketika John memeriksa di area yang masih utuh sebelumnya, John melihat dengan mata kepalanya sendiri jika ada beberapa bahan bangunan yang berkualitas rendah.
John segera menyuruh salah satu orang yang datang bersamanya untuk memeriksa bahan bangunan.Tak mau lengah dan ditipu orang-orang yang mungkin sudah disuap Bill Davidson, John juga ikut memeriksa sendiri di tempat penyimpanan yang berada sisi lain area itu. Tepatnya, lima menit sebelum rangka bangunan runtuh untuk kedua kalinya.Dengan struktur bangunan yang masih berdiri kurang lebih tujuh meter, serta area yang akan menjadi apartemen itu sangat luas, Lyra tak melihat pergerakan John waktu itu karena berlangsung cukup cepat.Saat ini, John masih bersama Asher, sedang menegur pengawas lapangan yang bertanggung jawab atas jalannya pembangunan. Pria yang dipanggil Levon itu gemetarSebelum sampai di tempat parkir, Asher menghentikan langkah John. “Oh, dan satu hal lagi …. Sepertinya, ada orang yang sengaja ingin menggagalkan proyek pertama Lyra.” John sudah menebak nama yang akan diungkap Asher. Dan tebakan John benar …. Pada akhirnya, Asher mengungkap semua rahasia mengenai Ivanna Parker tanpa terkecuali. Termasuk, tentang jebakan yang dia lakukan untuk Ivanna dan Max. Walaupun John sudah mencuri dengar pembicaraan Asher dan Lyra, dia pura-pura baru saja mengetahui hal tersebut. Ada pula satu hal yang baru John ketahui. Lyra merencanakan jebakan itu bukan tanpa sebab atau hanya demi balas dendam atas kecelakaan mereka, melainkan juga karena informasi dari Asher yang menyatakan bahwa Ivanna dan Max akan lebih dulu menjebak mereka. “Dengar, John, ini semua bukan kesalahan Lyra. Jangan marah padanya.” Asher menepuk pundak John. “Aku tidak akan bisa marah pada istriku. Lagi pula, kalian melakukannya karena aku tidak mampu berbuat apa pun.” “Ough! Jangan bica
Berita tentang Lyra Bell, presiden direktur sementara yang membawa kesialan di John & Smith, tenggelam satu hari setelahnya. Tak ada satu pun berita negatif mengenai Lyra di semua media. Semua jejaknya menghilang bagaikan sihir. “Orang-orang sepertinya merasa bersalah sudah membual tentangmu. Lihat ini …. Tidak ada lagi artikel mengenai dirimu.” John Foster menunjukkan daftar pencarian di internet dari ponsel kepada Lyra. Saat ini, Lyra sedang meneliti kerugian akibat kecelakaan kemarin dan hanya melihat sekilas pada layar ponsel John. “Ya,” balas Lyra tak peduli. John cemberut. Semalam setelah Lyra tidur, John diam-diam bekerja keras untuk menghentikan berita miring tentang istrinya. Tak sedikit uang dan koneksi yang digunakan John untuk meredam berita itu. John sampai memaki direktur salah satu media saat tengah malam. Tapi, Lyra hanya menanggapi sekedarnya! Padahal, Lyra tampak murung sejak kejadian buruk di proyek. John pikir, Lyra sedih oleh ucapan kejam orang-orang tentan
Kelopak mata Lyra terbuka lebar. John tiba-tiba mendorong kursi dengan kencang. Tangannya mencengkeram tepian dudukan dengan kuat agar kursi Lyra tak terjatuh.“Apa yang akan kau lakukan?!” pekik Lyra tertahan.John malah berlutut dan bersembunyi di bawah kolong meja kantor yang cukup besar itu. Dia tak akan terlihat karena bagian kaki depan meja tertutup sampai lantai.“John!” seru Lyra.Mata John menggelap oleh gairah. Dia menarik kursi Lyra, kemudian membuka lebar kedua paha sang istri.Lyra hampir menjerit keras begitu penutup area intimnya diturunkan sang suami dengan gerakan cepat. Lalu merasakan permainan lidah John yang membuatnya sontak menahan napas.TOK TOK!Ketukan pintu selanjutnya cukup keras dan tak sabar. Karena pintu tertutup rapat, Lyra tak bisa mendengar suara orang-orang ribut di depan.“Aku mohon … hentikan, John! Kau mau membuatku malu?!” pinta Lyra selagi mendorong kepala John.John berhenti dan mendongak untuk melihat wajah sang istri. Sialnya, Lyra selalu terp
“Aku memang menyuruh orang untuk mengawasi pekerjaanmu, tapi tidak sampai membuat kecelakaan besar seperti itu, Nyonya. Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya? Apa kau punya bukti?”Ivanna tertawa kecil. Dia menirukan John yang pernah menyanggah keterlibatan Lyra atas musibah yang dialaminya.“Kau ….”Ivanna semakin besar kepala karena Lyra bahkan tak bisa membalas kata-katanya. Lengkungan senyum di bibirnya kian lebar dan penuh kemenangan.“Apa tujuanmu datang kemari?!” Dengan banyak upaya, Lyra akhirnya bisa bicara dengan nada mengancam.“Kupikir kau sedang kesulitan, jadi aku mampir untuk menyemangatimu.” Ivanna mengangkat kedua tangan yang terkepal ke depan, seolah sedang memberikan semangat. “Beruntung kantor kita hanya berseberangan jalan.”Senyuman Ivanna sungguh membuat Lyra muak. Tapi, dia tak bisa sepenuhnya marah karena perbuatan John Foster di bawah meja masih berlangsung.“Dengan menerobos masuk di saat aku sedang … sibuk? Haruskah aku berterima kasih padamu?” “Tidak pe
John Foster tak bisa lagi bersembunyi ketika melihat ke atas, tangan Ivanna berusaha meraih istrinya. Sebelum itu terjadi, John dengan cepat keluar dari kolong meja. Dia menggeser mundur kursi yang diduduki Lyra dengan cepat dan kuat sebelum terlambat. Sehingga deritan kaki kursi yang digeser cukup keras terdengar. “Ahhhh!!” Ivanna dan Lyra menjerit hampir bersamaan. Lyra menjerit karena terkejut oleh dorongan di kursinya. Kedua tangan Lyra sampai mencengkeram sandaran siku dengan sangat kencang. Sementara itu, Ivanna ketakutan setengah mati melihat sebuah kepala muncul dari bawah meja. Dia tak pernah menyangka, selama ini ada orang yang menguping dari sana. Karena Ivanna sangat terkejut, dia belum menyadari bahwa yang muncul adalah kepala John. Baru setelah John buka suara, Ivanna tersadar pada realita. “Oh … aku tidak tahan lagi mendengar omong kosongmu itu!” hardik John sambil mencengkeram kuat pergelangan tangan Ivanna. “Dan apa yang ingin kau lakukan pada istriku?!” Mulut
Melihat reaksi tak menyenangkan dari wanita itu, Lyra berseru kegirangan dalam hati. Dia sangat puas melihatnya. ‘Apa aku berubah jadi wanita jahat karena bahagia melihatnya terpuruk?’ batin Lyra tak begitu peduli. “Jangan berkata seperti itu lagi, Sayang … apa kau tidak percaya denganku?” John duduk, lalu menarik Lyra ke dalam pangkuannya. Semenjak Lyra menyembunyikan rahasia, John merasa tak berdaya dan seolah dirinya tak dipercaya. Kata-kata Lyra yang menyuruh dirinya untuk bersama Ivanna, seakan menyatakan ketidakpercayaan yang serupa. John yang telah berjuang dan melakukan apa pun demi bisa menyanding Lyra, takut kehilangan rasa cinta dari sang istri. Dia sampai lupa bahwa Ivanna masih mengamati. Ketika merasakan tubuhnya menempel pada istrinya, John kembali merasakan gelenyar gairah yang sempat terjeda. Tanpa menghiraukan Ivanna, John mencium pipi Lyra bertubi-tubi. “Berjanjilah kau tidak akan menyuruhku dekat-dekat dengan wanita lain! Aku lebih suka kau marah jika aku t
“Kau selalu begini, John! Lain kali, kau tinggal di rumah saja! Pekerjaanku masih banyak ….” Meskipun Lyra menolak, tapi pipinya bersemu kemerahan. Menunjukkan keinginan yang berbeda. John tahu jika Lyra hanya jual mahal dan tak mau terlihat murahan. Dengan gerakan tergesa, John menurunkan resleting tanpa melepas celana. Dalaman abu-abu tua itu tampak penuh dan sangat menggoda. Sadar jika istrinya tak berkedip melihat miliknya, John tersenyum samar. Lalu membelai belakang kepala Lyra sambil memajukan perlahan. “Aku tahu, kau juga menginginkannya ….” Lyra akhirnya menyerah … “Kau sudah mengunci pintu?” “Hem ….” Lyra dan John sudah tak mengingat kedatangan Ivanna Parker. Tak memedulikan panggilan telepon Asher dan hanya mencurahkan cinta yang menggebu-gebu di ruangan itu. *** “Kau sangat menjijikkan, Lyra Bell …,” geram Ivanna lirih. Kemarahan hebat yang dirasakan Ivanna, lama-lama berubah menjadi kesedihan yang mendalam. Mengapa dirinya sangat menginginkan John hingga merus
“Hentikan … katamu hanya sekali, bukan?” Lyra mendorong pelan kepala John yang enggan menjauh dari bahunya.“Sekali lagi … boleh?” tawar John dengan suara berat.“Tidak! Kau sendiri yang menjadikanku pemimpin walaupun hanya sementara! Aku harus bertanggung jawab pada pekerjaanku!” tegas Lyra.John mendengus. Seketika John mengutuk diri sendiri karena menuruti Asher yang menyuruh dirinya menjadikan Lyra sebagai presiden direktur sementara.Lalu, John seolah tersadar dan langsung duduk tegak. Mengingatkan diri sendiri selagi menggelengkan kepala agar tidak kurang ajar dan berpikir buruk tentang Asher.“Kenapa? Kau pusing?”“Tidak. Lanjutkan pekerjaan terakhirmu, Sayang. Aku akan ke toilet dulu.”“Pekerjaan … terakhir? Apa maksudnya John?”John tak menjawab. Dia bergegas ke toilet untuk merapikan diri.“Apa John akan kembali bekerja?” gumam Lyra.John sudah tahu mengenai keburukan Ivanna. Lyra tak khawatir apabila Ivanna akan kembali merayu sang suami.Ketegasan John seharusnya sudah mem
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t