Diajak kencan lagi. Jangan lupa dandan 🌝🌝
“Hentikan … katamu hanya sekali, bukan?” Lyra mendorong pelan kepala John yang enggan menjauh dari bahunya.“Sekali lagi … boleh?” tawar John dengan suara berat.“Tidak! Kau sendiri yang menjadikanku pemimpin walaupun hanya sementara! Aku harus bertanggung jawab pada pekerjaanku!” tegas Lyra.John mendengus. Seketika John mengutuk diri sendiri karena menuruti Asher yang menyuruh dirinya menjadikan Lyra sebagai presiden direktur sementara.Lalu, John seolah tersadar dan langsung duduk tegak. Mengingatkan diri sendiri selagi menggelengkan kepala agar tidak kurang ajar dan berpikir buruk tentang Asher.“Kenapa? Kau pusing?”“Tidak. Lanjutkan pekerjaan terakhirmu, Sayang. Aku akan ke toilet dulu.”“Pekerjaan … terakhir? Apa maksudnya John?”John tak menjawab. Dia bergegas ke toilet untuk merapikan diri.“Apa John akan kembali bekerja?” gumam Lyra.John sudah tahu mengenai keburukan Ivanna. Lyra tak khawatir apabila Ivanna akan kembali merayu sang suami.Ketegasan John seharusnya sudah mem
Max sebelumnya ragu karena tak punya bukti bahwa John bekerja sama dengan Sasha. Sadar jika dirinya memendam amarah karena tak mendapatkan keinginannya, Max langsung mencurigai John. Selama menyelidiki tentang putusnya hubungan dengan Lyra, Max tak menemukan kejanggalan, kecuali sosok Brent yang tiba-tiba berpihak kepada John. Namun, itu belum cukup bisa dijadikan bukti kuat atas keterlibatan John dalam masalah tersebut. Brent mungkin hanya kasihan kepada Lyra, pikir Max waktu itu, setelah amarahnya mereda. John dan Sasha pun seperti dua orang asing yang tak saling mengenal. Bahkan, ketika masih bekerja di perusahaan Foster, mereka tak pernah bertegur sapa. ‘Kau benar-benar licik, John!’ Max mengepalkan tangan di dalam saku celana hingga kuku-kuku pendeknya menusuk telapak tangannya sendiri. Kata-kata Lyra barusan sontak meyakinkan Max. Kecurigaan yang diabaikan Max, ternyata benar adanya. Max sangat kecewa kepada John. Adik kecilnya tega merusak hubungannya dengan Lyra, hanya k
Lyra tak kuasa menahan tawa. Dia terkekeh-kekeh, sementara Asher dan John malah bingung dengan reaksinya. “Kau ini ada-ada saja! Kita memang sepakat mendekatkan atau bisa kau sebut menjodohkan anak-anak kita kelak. Tapi, kalaupun aku sedang mengandung, belum berarti aku akan melahirkan anak perempuan!” Lyra sepatutnya berterima kasih kepada Asher. Sejak kemarin, dia pusing memikirkan kecelakaan di proyek. Pertanyaan Asher tentang menantunya membuat Lyra tertawa lepas. Setelah melihat istrinya tertawa, John ikut tersenyum senang. Lalu mengusap lembut puncak kepala Lyra. “Kau sangat cantik kalau sedang tertawa begini,” puji John mesra. “Ough ….” Asher mengerang sambil mendongak dan mengusap kasar wajahnya. Asher Smith tak tahan melihat kemesraan di depannya. Maksudnya, dia senang oleh kebahagiaan John, tapi tidak perlu dipamerkan di depan matanya! “Kami sedang berusaha.” Lyra menatap John sarat makna. Mereka kembali tersenyum penuh kebahagiaan. Sebelum Asher datang pun, mereka
“Itu hal yang bagus! Mama harap, kalian lekas memberikan kami cucu.”“Kami juga berharap yang sama, Mama,” balas John halus.“Kami juga akan kembali ke rumah sampai minggu depan.” Thomas mengalihkan perhatian kepada sang istri. “Haruskah kita menginap di sini lagi ketika Lyra sudah mengandung?”Beth menerka-nerka maksud suaminya. Dia segera menyadari dengan cepat.“Ide bagus! Mereka tidak akan leluasa jika kita selalu mengganggu.”“Mama! Jangan berkata begitu! Rumah ini sangat besar. Aku bahkan perlu berjalan jauh ke kamar Mama. Tinggallah di sini …,” pinta Lyra.Setiap hari, mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Lyra pasti akan kesepian jika harus melewatkan makan malam tanpa orang tuanya.“Mama dan Papa juga ingin tidur di rumah. Kami akan bolak-balik menginap di sini jika kau kesepian.” Beth tampaknya tahu isi pikiran putrinya.Bibir Lyra mengerucut. Membuat John ikut bersedih.“Papa dan Mama pasti merindukan rumah mereka, Sayang. Lagi pula, kita tinggal satu kota. Kita juga bi
John juga merasa ada yang aneh dengan perubahan suasana hatinya. Mulanya, John mengira jika dirinya tak berdaya karena tak bisa melindungi Lyra. Sehingga Lyra lebih mengandalkan Asher dan Dom ketimbang dirinya.Namun, kian hari, perasaan John jadi semakin tak menentu. Sedikit hal yang mencurigakan dapat membuatnya merasa sangat curiga.John menatap sang istri yang sudah terlelap setelah percintaan panas. Mengusap lembut pipi Lyra sambil tersenyum gemas.Bibir Lyra sedikit bergerak. John langsung menghentikan gerakan agar tak membangunkan Lyra.“Maaf, kau pasti sangat lelah.”Setelah merengek karena Lyra mencari Dom tadi, John langsung menerkam Lyra layaknya binatang buas. Melakukan hubungan badan selama berjam-jam dan hanya menjeda beberapa saat.John menghela napas panjang selagi bangun dari ranjang. Dia merasa ingin menikmati makanan segar sambil menghirup udara malam.Setelah meninggalkan pesan di ponsel sang istri yang dibiarkan terus menyala, John keluar dari kamar. Dia disambut
Kening John sontak mengernyit ketika suara yang semakin dekat itu terdengar familier. Dia pun keluar dari tempat persembunyian. Mengira bahwa wanita itu akan mencari masalah.“Ivanna Parker, kau mengikutiku?”Namun, Ivanna tak melihat John di tempat gelap itu, bahkan tak mendengar suaranya. Langkah cepat Ivanna lurus ke arah pagar pembatas lantai!“Hei! Apa yang akan kau–”“Kau lari dariku?!” gertak suara pria yang sangat dikenali John.Max Foster!John langsung bersembunyi ke tempat semula. Dia tak mau ikut campur dengan urusan mereka.Beruntung, baik Max maupun Ivanna tak mendengar suara John. Ivanna tampak sangat ketakutan dan Max juga fokus hanya dengan wanita itu.‘Apa yang mereka lakukan?’Malam yang larut dan sunyi, membuat percakapan Max dan Ivanna cukup terdengar walau John berada di seberang tempat yang cukup berjarak dari mereka.“Aku tidak mau lagi jadi budak nafsumu, Max! Aku akan melompat dari sini agar semua orang tahu kebejatanmu!” jerit Ivanna.Max justru tersenyum mir
John tak mau menyalahkan istrinya atas kejadian buruk yang menimpa Max dan Ivanna. Karena tindakan Lyra dan Asher, kehidupan dan hubungan mereka jadi rumit.Melihat pertengkaran mereka, John sebenarnya enggan terlibat. Namun, Ivanna malah menyerang Max dan berniat membunuhnya.Bukan hanya ancaman, tapi dengan tindakan yang sangat jelas!John langsung berlari ke arah mereka ketika keadaan semakin berbahaya. Dia sebelumnya tak begitu memperhatikan bahwa keseimbangan Max masih terjaga karena tangan Ivanna yang memegangi bajunya.Yang ada dalam benak John hanya menjauhkan wanita berbahaya itu dari kakaknya. Namun, perbuatan John justru mencelakakan Max.“John!” teriak Max.KLANG!Bunyi berdenting keras seakan memukul jantung John. Ketika Max berputar ke belakang, tangan kanannya berhasil memegang besi pembatas.John langsung meraih tangan sang kakak dan mengulurkan tangan satunya agar Max memegangnya.Tak p
Dalam sekejap, John dan Max merasakan kehangatan sebagai kakak-adik. Pemandangan mereka tertawa lebar dan lepas cukup langka. Max sangat berterima kasih karena nyawanya terselamatkan oleh John. Mendadak, hati kecilnya mengatakan bahwa dirinya juga bisa menjadi seorang kakak yang baik bagi John … meski sedikit terlambat. Akan tetapi, mendengar ucapan dingin John, rasa itu langsung sirna. Max menggertakkan gigi kala John secara tak langsung mengatakan bahwa dirinya tak memiliki hak untuk melindungi Lyra. “Aku tahu maksudmu. Tapi, Lyra juga bagian dari keluarga Foster. Bagaimana bisa aku hanya duduk diam, di saat melihat adik ipar cantikku sewaktu-waktu bisa dalam keadaan bahaya karena wanita yang tergila-gila padamu?” Rahang John Foster menegang. Dia menatap tajam sang kakak. Ekspresi kedua putra Foster itu hampir serupa. Namun, Max langsung tersenyum miring begitu menyadari kemiripan mereka. “Jangan main-main denganku, Max!” gertak John. John sangat membenci pujian Max terhadap L
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t