John … Lyra belum ketularan Kat, John!!
Gaby segera berjongkok untuk membersihkan pecahan piring yang berserakan di lantai. Namun, dia segera menarik tangannya begitu Lyra melewati pecahan piring itu.Lyra menatap nyalang Ivanna Parker. Dia berjalan cepat ke tempat duduknya, disusul oleh Alaric yang tak tahu harus mengatakan apa.John hendak menuju ke arah Lyra. Namun, tatapan tajam Lyra membuatnya langsung terduduk lemas.“Sepertinya kalian sedang membicarakan sesuatu yang menyenangkan.” Lyra tersenyum pada John, seolah tak mendengar apa pun.John gelagapan. Dia masih terkejut oleh pengakuan cinta Ivanna dan Lyra tiba-tiba muncul di ruangan itu. Juga takut jika Lyra mendengarnya, lalu mengamuk seperti dulu.“H-Hadiah apa yang … diberikan Tuan Alaric, Sayang?” John langsung mengalihkan pembicaraan dan enggan menjawab Lyra. Dia akan bercerita nanti ketika mereka hanya berdua.Alaric berdeham sambil melirik pada putrinya. Sementara itu, Ivanna menunduk dengan wajah merah padam.Lyra menatap orang-orang itu selagi menenangkan
Biasanya, John dan Lyra akan berbincang di ranjang sambil berbaring. Hingga salah satu dari mereka tidur lebih dulu.Kali ini, John keluar ke balkon karena kamar luas itu masih terasa menyesakkan. John bersandar pada pagar balkon sambil menatap langit cerah yang dipenuhi jutaan bintang.“Kau tahu sesuatu yang tidak aku ketahui, bukan?” tanya John tanpa menatap sang istri.Lyra yang tadinya duduk di kursi, lalu berdiri di samping John. Dia ikut memperhatikan langit seperti suaminya.“Hem … maaf … aku tidak berniat menyembunyikan kebenaran tentang kecelakaan yang kita alami.”Semilir angin malam menerpa keduanya ketika mereka tak bicara. John bernapas sedikit lebih lega. Entah karena angin atau kejujuran Lyra ….“Tuan Alaric dan Ivanna?” Hanya dengan menyebut dua nama itu, Lyra tahu inti pertanyaan John tanpa kata lain yang menyertai.“Hanya Ivanna. Dia berharap aku akan terluka atau mungkin sampai kehilangan nyawa … supaya dia bisa menggantikanku menjadi istrimu.”John sudah bisa mene
Celaka! Benar-benar celaka!John awalnya memang kesal karena Lyra hanya cerita setengah-setengah. Namun, setelah melihat bagaimana Lyra tampak menyesal, serta kegigihan Lyra meyakinkan dirinya, John sedikit melunak.Dengan sengaja, John bersikap jika dirinya benar-benar marah. John bertujuan membuat Lyra mengatakan semua tentang janjinya kepada pria lain itu.Sayang, John lengah karena rayuan sang istri. John begitu menyesal karena dirinya sangat lemah oleh sentuhan Lyra.John menatap nyalang tangan kirinya yang dia gunakan semalam untuk menuntun tangan Lyra masuk ke dalam celana. Tangan kotor itu perlu dipukul dengan keras karena merusak rencana.PLAK!“T-Tuan ….”John terkejut mendengar suara familier di belakangnya. Quinn rupanya dari tadi mengikuti John sampai ke lantai atas untuk membicarakan tentang proyek perumahan.“Anda baik-baik saja? Tangan Anda masih terluka?” lanjut Quinn khawatir.“Tidak. Ada nyamuk hinggap di punggung tanganku,” kilah John datar.John sangat malu. Hancu
”Tuan Keith yang mengurus jadwal Nyonya Lyr—”Tanpa mendengar lanjutan ucapan Quinn, John melangkah lebar meninggalkan dirinya. Quinn merasakan bahaya jika berada di dekat John saat ini sehingga dia memutuskan untuk membicarakan proyek perumahaan nanti saja.Sementara itu, John langsung membuka dengan kencang pintu ruangan kesekretariatan. “Keith!” seru John lantang.Keith tak ada di tempat. Bawahan Keith gegas menghampiri John dengan wajah ketakutan.“Di mana Keith? Perlihatkan jadwal Lyra hari ini!” titahnya.Tanpa perlu mengambil jadwal Lyra, pria itu sudah tahu di mana keberadaannya. “Nyonya Lyra sedang berada di atap, Tuan.”Dalam sekedipan mata pria itu, John sudah menghilang dari pintu. Langkah John makin lebar dan cepat menuju atap gedung.Di lantai atap gedung itu sering digunakan beberapa karyawan untuk bersantai. Tak jarang ada yang menjalin cinta dan berkencan selama istirahat di sana.John tak membuat larangan khusus tentang hal tersebut. Namun, mengingat ada banyak karya
Rasa cemburu yang berlebihan karena sangat mencintai pasangan dapat membuat seseorang kehilangan rasionalitas. Seperti John Foster yang tak ingat dengan jadwal Asher Smith yang akan datang hari ini untuk melakukan pemotretan.Hanya karena mendengar ucapan tak berdasar, John langsung hilang akal dan menyangka ada pria lain yang akan merebut istrinya. Hingga John tak peduli dirinya berlari-lari naik tangga sampai di lantai atap.“Kau benar-benar … Ough! Jika kau tidak sedang sakit, aku pasti akan menantangmu berduel!”Asher Smith mendongak sekejap dan menepuk dahi sambil membuka mulut tak percaya. Kemudian, dia menuju pinggiran dengan atap di atasnya dan diikuti John.“Bagaimana bisa kau bertindak tanpa logika begini, John? Aku tahu kau mencintai Lyra, tapi kau tidak perlu berlebihan cemburu!” Asher berdecak-decak sambil menggeleng tak habis pikir. “Seorang pria harus selalu tenang menghadapi situasi.”Asher mengomel tanpa henti. Membuat John semakin malu karena tindakan yang terlalu te
Setelah jadwal padat pemotretan untuk iklan karena Asher Smith terlalu banyak menuntut, Lyra akhirnya memiliki waktu senggang. Keith dan Bennet menggantikan beberapa pertemuan hari ini sehingga Lyra sudah tak memiliki kegiatan lagi.Yang perlu Lyra lakukan sekarang adalah bicara empat mata dengan Asher Smith. Lyra hanya ingin memastikan jika Asher tak berbuat macam-macam kepada Ivanna dan Max tanpa sepengetahuannya.“Tuan Mark, apa kau melihat Asher?” Lyra bertanya kepada Mark yang baru keluar dari elevator. Kebetulan, Lyra baru saja akan turun ke lantai bawah guna mengambilkan makanan ringan untuk John, sekaligus bertemu Asher.“Tuan Asher masih bicara dengan Tuan Nolan di ruang pertemuan bawah.”Lyra mengangguk. “Terima kasih atas kerja kerasnya hari ini.”Walaupun sering bersikap tegas dan kaku, Lyra selalu mengucap terima kasih atas pekerjaan orang-orang yang bekerja dengannya. Oleh karena itu, sebagian karyawan John & Smith banyak yang beralih mendukungnya.Hanya dengan orang-ora
Lyra hanya melihat lengan orang itu. Menyimpulkan bahwa orang itu seorang pria karena tampak berotot dan memiliki bahu yang tinggi.Yang membuat Lyra panik dan khawatir adalah kemeja lengan panjang berwarna putih yang dikenakan pria itu. Memang ada banyak yang memakai kemeja putih, tapi Lyra tak akan salah mengenali kemeja yang dipakai sang suami. Tinggi badan orang itu pun sangat sesuai dengan perawakan John Foster.Lyra segera berdiri hingga kursinya terdorong mundur dan menimbulkan suara berdecit. Dia perlu memastikan identitas orang yang menguping pembicaraan mereka.“Lyra! Mau ke mana kau?!” teriak Asher.Lyra tak mengindahkan panggilan dan cercaan Asher. Langkahnya begitu lebar dan cepat menuju koridor.Sepi. Tak ada seorang pun di sana.“Apa aku salah lihat?”Tidak. Dia yakin telah melihat seseorang di balik pintu.Lyra membuka satu persatu pintu di setiap ruangan. Tapi, dia tak menemukan orang yang memakai kemeja putih setinggi orang itu.“Lyra Bell!” panggil Asher Smith meng
“Tuan Mark mengoceh panjang lebar sampai aku tidak bisa pergi ke mana-mana.” John mengedikkan bahu dan kembali mengetik di laptop. “Aku sudah membetulkan pekerjaan ini. Kau tidak perlu menelitinya lagi.”Lyra semakin gelisah. Jika memang John yang mengintip dari pintu tadi, dia akan segera menjelaskannya.Namun, apabila itu adalah orang lain, bagaimana jika orang tersebut akan membocorkan rencana jahatnya bersama Asher pada media?“Kenapa kau terlihat tidak fokus? Kau lelah?” tanya John penuh perhatian sambil menyeka dahi sang istri.“Hem. Aku agak lelah. Mari kita pulang lebih awal. Besok kita masih harus mengantar Asher ke beberapa tempat untuk melanjutkan pemotretan.”***Di ranjang kamarnya, John tidur terlentang dengan kedua tangan terlipat menumpu belakang kepala. Dia tampak melamun sambil melihat lurus ke arah langit-langit.Percikan air dari keran terdengar dari kamar mandi. Lyra sengaja membuka sedikit pintu, seandainya John akan menyusul untuk mandi bersama.Biasanya, John ak
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t