*Dua jam lalu sebelum John dan Asher ke kamar perawatan Lyra ….Telinga Asher Smith terasa sangat panas tatkala mendengar kalimat yang John utarakan berkali-kali, “Aku sangat merindukan Lyra. Bukankah aku harus lebih sering bersamanya agar hubungan kami semakin dekat? Kenapa kau berkata yang sebaliknya?”John telah mendengar rencana Asher yang menyuruhnya untuk tak terlalu kentara mengejar Lyra. Lagi pula, John masih sakit dan tak bisa banyak bergerak. Kondisi itu bisa menjadi kesempatan untuk menarik perhatian Lyra. Jika Lyra sungguh menyayangi John, dia akan datang dengan sendirinya.Sayang, John tak tahan dengan kerinduan yang lebih menyakitkan dari luka di punggung dan beberapa bagian tubuh lainnya. Dia lebih memilih terluka daripada tak bisa bertemu Lyra.“Astaga! Kau ini sangat tidak sabaran! Tunggulah orang membawa kursi roda untukmu!” sentak Asher setelah lelah mendengar keluhan John.John berusaha duduk dengan menopang lengan. Kakinya memang masih lemah, tetapi dia masih bisa
“Benar. Waktu itu, persediaan di bank darah sedang banyak yang kosong,” terang si perawat.‘Sulit dipercaya! Seorang Max Foster mau mendonorkan darah untuk John?’ batin Lyra terkejut.Di mata Lyra Bell, sosok Max seperti pria jahat yang tak bisa diperbaiki. Kebaikan Max selalu menjadi keraguan besar Lyra.Tetapi, sosok Max yang mengkhawatirkan John ketika belum sadar sedikit mengusik Lyra. Apakah Max sungguh memedulikan John? Ataukah itu hanya sandiwara?“Dia kakakku. Sudah sewajarnya mendonorkan darah untukku.” Walaupun berterima kasih kepada Max, John tak mau Lyra jadi kagum pada kebaikan sang kakak. John memang tak pernah melarang Lyra untuk akur dengan Max, tetapi dia takut Lyra akan terpikat oleh kakaknya.“Ya, benar, dia memang kakakmu ….” Lyra seakan baru ingat jika mereka bersaudara. Dari segi mana pun, kecuali wajah dan suara yang hampir serupa, tak ada kemiripan lain pada kedua pria itu.“Sudah selesai, Tuan, kami akan datang dua jam lagi untuk mengecek kondisi Anda sekali
Pria yang selalu tampak misterius dan dingin itu biasanya terlihat seakan tak mau didekati orang lain. Lyra pun berpikir jika John Foster hanya pernah tersenyum untuknya. Namun, kenyataan di hadapannya membuat Lyra kecewa. John menanggapi ucapan Ivanna Parker dengan tawa kecil. Membuat Lyra geram sampai mencengkeram kenop pintu dengan kuat.“Oh, Nyonya Lyra, senang melihatmu baik-baik saja.”Lyra menoleh ke arah tempat duduk di sudut ruangan. Dia baru sadar jika di dalam ruangan itu bukan hanya ada John dan Ivanna.“Tuan Alaric Parker, saya tidak tahu jika Anda dan Nona Ivanna akan kemari.”Meski tersenyum, hati Lyra diselimuti rasa panas melihat kedekatan sang suami dan putri dari Alaric Parker. Dia ingin sekali mendorong Ivanna yang duduk di dekat tempat tidur John untuk menjauhkan mereka.“Kami baru saja mendapat kabar kecelakaan kalian dan langsung datang ke sini. Kau pasti sudah tahu, John sudah kuanggap seperti putraku sendiri,” tutur Alaric.Jika dilihat dari cara bicaranya, A
‘Ada yang salah dengan orang tua ini,’ batin Lyra sambil mengamati tawa Alaric Parker penuh selidik. Sekilas, Lyra merasakan tatapan tajam dan tak suka yang berasal dari Alaric.“Kenapa Anda tidak mencoba untuk mengenalkan Max dan Nona Ivanna terlebih dulu, Tuan? Max memang terlihat sulit diatur, tetapi dia juga sangat kompeten dengan pekerjaannya. Buktinya, dialah yang sekarang memimpin Foster Corp,” pancing Lyra.Tawa Alaric sirna. Berganti dengan senyuman aneh yang membuat perut Lyra seperti diaduk-aduk. Senyuman itu tampak hangat, tetapi juga terasa menekan. Tatapannya pun teduh, namun seperti menyimpan sesuatu yang tak dapat Lyra terka. Dan rasa tak nyaman menyelimuti Lyra tatkala menatap Alaric Parker.Entah mengapa Lyra tak suka dengan sosok Alaric. Dia tiba-tiba merasa mual karena terintimidasi secara halus.Bukan seperti sosok Asher Smith yang terang-terangan ketika membenci orang. Alaric Parker seperti pria yang menyembunyikan kelicikan di balik sosok berwibawa. Atau mungk
“Oh, kau juga ada di sini. Informasi kecelakaan John sangat cepat sampai di telingamu, Ric.” Asher bahkan bicara santai kepada Alaric yang lebih tua darinya. “Jangan-jangan … kau tidak mengincar John jadi menantumu lagi, bukan?”Asher tersenyum miring. Lyra sungguh-sungguh mengamati Asher karena dia sekarang mulai terbiasa dengan perubahan ekspresi Asher. Berharap menemukan petunjuk darinya.Jelas terlihat jika Asher tak menyukai kehadiran Alaric. Tetapi, Lyra tak bisa terburu-buru menyimpulkan jika dugaannya benar.“Bicara apa kau?! Ha ha! John sudah memiliki istri yang cantik dan sempurna. Bagaimana mungkin aku merusak rumah tangga dari anak yang sudah kuanggap seperti putraku sendiri? Ha ha!”Asher bertepuk tangan singkat. “Kau hebat, Ric! Kau bisa menganggap orang lain seperti anakmu … tetapi, bagaimana dengan nasib anak kandungmu yang tidak kau anggap? Ha ha!”Ketenangan Alaric sedikit menghilang. Otot halus di pelipis dan lehernya terlihat mencuat saat tertawa keras menanggapi u
Ivanna membalas tatapan Asher yang menyebalkan itu dengan senyuman manis. “Apa maksudmu, Tuan Asher? Kenapa aku harus merasa tidak suka melihat kemesraan sepasang suami istri yang saling mencintai?”Asher pun kembali duduk. Namun, caranya menatap Ivanna masih sama.“Bukankah sudah jelas jika kau sedang cemburu? Kau dulu selalu merengek pada papamu agar bisa dekat dengan John.” Asher tersenyum miring. Senyuman Ivanna Parker menghilang. Wajahnya kini benar-benar menegang dan tak terima oleh ucapan Asher, yang menganggap dirinya seperti gadis muda yang tak bisa berbuat apa pun. Dan … dari mana Asher mengetahui masalah tersebut? Tak lain dengannya, Lyra pun langsung berpaling dari John dan menatap tajam Ivanna. “Mungkin, Nona Ivanna dulu memang menyukai John. Tetapi, mustahil Nona Ivanna masih mengincar pria yang sudah beristri, bukan? Nona Ivanna masih waras dan bukan wanita murahan seperti itu.”Ivanna tertawa kecut. Dari sudut pandangnya, Lyra justru terlihat sedang menyinggung harg
Lyra, John, Alaric, dan Ivanna serempak menatap Asher dengan wajah bingung dan heran. Bagaimana bisa Lyra dan John jadi bagian dari keluarga Smith?Mereka bahkan tak memiliki ikatan darah. Meskipun Yasmin, ibunda John, bersaudara dengan Jordan Smith yang merupakan kerabat jauh Asher, tetapi hubungan keluarga mereka sangat rumit dan benar-benar tak bisa dikatakan sebagai keluarga dekat.Lyra sontak memikirkan satu hal yang membuat diriya bergidik. ‘Asher tidak sedang berencana akan menikah denganku bukan?’ Dia lalu memiringkan kepala karena merasa bodoh dengan pikiran mustahil itu. ‘Tidak mungkin … Asher lebih suka kepada John ketimbang denganku ….’“Apa maksud Kak Asher, John? Bagaimana caranya kita bisa menjadi bagian dari keluarga Smith? Bukankah itu mustahil?” bisik Lyra di sela tawa keras dan puas Asher Smith.Dia khawatir jika fantasi menyimpang antara John dan Asher akan terjadi. Berharap jika dirinya hanya berpikir berlebihan semata karena melihat betapa besar John mengagumi As
Asher tiba-tiba menegakkan badan sambil berjalan ke arah jendela. Kedua tangannya saling terpaut di belakang badan, seperti seseorang yang sudah menua dan sedang menerawang pada masa lalu selagi melihat ke arah luar jendela.‘Asher Smith selalu mendramatisir suasana,’ batin Lyra jengkel karena Asher terlalu lama melanjutkan kata-kata.“Sebelum aku menjawab itu, ada satu hal penting yang perlu aku tanyakan kepada kalian berdua terlebih dahulu.” Asher berbalik dengan raut wajah serius. “Pertanyaan ini sangat berhubungan dengan masa depan kita berempat.”Lyra dan John sama-sama mengerutkan kening tak paham. “Kita berempat?” Lyra ingin memastikan jika empat orang tersebut sesuai dengan pikirannya.“Benar. Kau, John, aku, dan Laura. Kita berempat akan terikat dalam hubungan yang lebih erat dari sekarang jika kalian menerima tawaranku,” ujar Asher sambil mengepalkan tangan.‘Tingkah berlebihannya sudah tidak bisa diselamatkan.’ Lyra mengomentari perilaku Asher dalam hati.Lyra kian berpras
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t