Siapa yang Lyra lihat dalam rekaman video tsb?
John Foster duduk di kursi roda di depan pintu yang terbuka. Di belakangnya, Asher mendorong masuk kursi roda yang diduduki John dengan senyum tipis.Asher Smith menunduk sambil bergumam di samping kepala John. “Wah, aku tidak menyangka jika Mark dan Lyra membuat perjanjian rahasia. Mark memang populer, John. Kau pasti juga sadar jika bukan kau satu-satunya pria dengan tampang lumayan.” Dia kemudian menegakkan badan sambil memicingkan mata licik.Kedua tangan John yang bersandar di lengan kursi roda mengepal. Dia menatap nyalang Mark dan Lyra bergantian.Apakah pernyataan cinta Lyra sebelumnya hanya rasa kasihan atau bersalah karena melihat kondisinya? Sekarang, Lyra justru bermesraan dengan pria lain!“Lihat, lihat … mereka seperti dua pencuri yang tertangkap basah.” Asher kembali memanasi John.John ingin turun dari kursi roda dan menghajar Mark setelah mendengar perkataan Asher. Namun, punggungnya masih terasa sakit sehingga belum bisa berdiri dengan benar.“Mark, kupikir kau sudah
Meski mendengar penjelasan Asher yang pasti bisa John percaya, dia masih khawatir jika Lyra menyembunyikan sesuatu darinya. Tidak, John masih cemburu karena Lyra hanya berdua di ruangan yang sama dengan Mark.Apalagi, Lyra mengulurkan kelingking untuk mengikat janji dengan pria itu. Padahal, Lyra belum pernah melakukan itu dengannya. Lyra dan John hanya pernah berjanji ketika mereka menandatangani kontrak pernikahan secara formal.John Foster sangat kecewa. Dia ingin selalu jadi yang pertama ketika melakukan apa pun dengan Lyra.“Kenapa jadi membicarakan Tuan Mark lagi? Ough! Kau membuatku stres! Sudahlah, terserah kau saja!”Lyra melipat tangan di depan dada dengan bibir cemberut selagi berjalan ke arah tempat tidur. Melihat Asher menempati kasurnya, Lyra menyentak selimut di bawah badan Asher agar pria itu menyingkir.“Minggir kau!” sergah Lyra dengan wajah mengernyit kesal.Asher menggelinding ke tepi ranjang, lalu berdiri dengan mulut terbuka. Selain istri dan ibunya, Lyra merupak
“Nyonya, saya tidak bisa lama-lama berada di sini karena Tuan Max bisa curiga. Anda bisa menghubungi saya melalui pesan di nomor ini. Dan jangan sampai Tuan Max menemukan rekaman itu. Saya diam-diam menaruh alat penyadap di sekitarnya karena suatu alasan.” Marco mengulurkan secarik kertas yang berisi nomor ponselnya. Agaknya, Marco sudah mempersiapkan kertas itu sebelumnya karena tahu jika dia tak bisa bicara terlalu lama dengan Lyra.“Saya akan menyelidiki lebih dalam tentang—”Pintu ruangan dibuka. Max Foster muncul bersama Beth dan Thomas. Langkah Max berhenti mendadak tatkala melihat salah satu pengawalnya ada di kamar itu. “Kau … sedang apa di sini?”Melihat wajah sang kakak ipar, rekaman percakapan antara Max dan Kody terngiang dalam benaknya ….*‘Kenapa kau mengikutiku sejak kemarin?’ tanya Max Foster geram.‘Siapa yang mengikutimu? Dan siapa kau? Aku bahkan tidak mengenalmu!’ Kody membalas acuh tak acuh.‘Kau pikir aku bisa dibodohi? Banyak pengawal yang diam-diam mengikuti
Bukan tanpa sebab Beth dan Thomas berkata demikian. Sebelum berpapasan dengan Max, mereka lebih dulu menemui John. Dengan sedikit kata-kata dari Asher Smith yang dilebih-lebihkan, orang tua Lyra langsung tahu kelakuan Lyra yang mengabaikan John.Semakin merasa bersalah pula Lyra Bell mendengar teguran kedua orang tuanya.“Aku akan pergi menemui John. Bisakah Papa membantuku agar diperbolehkan menggunakan kamar yang sama dengan suamiku?” pinta Lyra.***Di kamar John, Asher baru saja pulang dengan meninggalkan sebuah pesan yang membuatnya menanti-nanti kedatangan sang istri. ‘Percayalah padaku. Lyra akan segera kemari. Kau pasti paham, setiap tindakan dan ucapanku memiliki arti.’Benar saja. Setelah dua jam berlalu sejak John meninggalkan kamar Lyra, wanita itu kini berdiri di dekat tempat tidurnya.Lyra menunduk dengan kedua tangan di depan. Dia memilin jemarinya untuk meredam kegugupan karena tak tahu harus memulai dari mana untuk minta maaf.Sementara itu, John begitu senang meliha
*Dua jam lalu sebelum John dan Asher ke kamar perawatan Lyra ….Telinga Asher Smith terasa sangat panas tatkala mendengar kalimat yang John utarakan berkali-kali, “Aku sangat merindukan Lyra. Bukankah aku harus lebih sering bersamanya agar hubungan kami semakin dekat? Kenapa kau berkata yang sebaliknya?”John telah mendengar rencana Asher yang menyuruhnya untuk tak terlalu kentara mengejar Lyra. Lagi pula, John masih sakit dan tak bisa banyak bergerak. Kondisi itu bisa menjadi kesempatan untuk menarik perhatian Lyra. Jika Lyra sungguh menyayangi John, dia akan datang dengan sendirinya.Sayang, John tak tahan dengan kerinduan yang lebih menyakitkan dari luka di punggung dan beberapa bagian tubuh lainnya. Dia lebih memilih terluka daripada tak bisa bertemu Lyra.“Astaga! Kau ini sangat tidak sabaran! Tunggulah orang membawa kursi roda untukmu!” sentak Asher setelah lelah mendengar keluhan John.John berusaha duduk dengan menopang lengan. Kakinya memang masih lemah, tetapi dia masih bisa
“Benar. Waktu itu, persediaan di bank darah sedang banyak yang kosong,” terang si perawat.‘Sulit dipercaya! Seorang Max Foster mau mendonorkan darah untuk John?’ batin Lyra terkejut.Di mata Lyra Bell, sosok Max seperti pria jahat yang tak bisa diperbaiki. Kebaikan Max selalu menjadi keraguan besar Lyra.Tetapi, sosok Max yang mengkhawatirkan John ketika belum sadar sedikit mengusik Lyra. Apakah Max sungguh memedulikan John? Ataukah itu hanya sandiwara?“Dia kakakku. Sudah sewajarnya mendonorkan darah untukku.” Walaupun berterima kasih kepada Max, John tak mau Lyra jadi kagum pada kebaikan sang kakak. John memang tak pernah melarang Lyra untuk akur dengan Max, tetapi dia takut Lyra akan terpikat oleh kakaknya.“Ya, benar, dia memang kakakmu ….” Lyra seakan baru ingat jika mereka bersaudara. Dari segi mana pun, kecuali wajah dan suara yang hampir serupa, tak ada kemiripan lain pada kedua pria itu.“Sudah selesai, Tuan, kami akan datang dua jam lagi untuk mengecek kondisi Anda sekali
Pria yang selalu tampak misterius dan dingin itu biasanya terlihat seakan tak mau didekati orang lain. Lyra pun berpikir jika John Foster hanya pernah tersenyum untuknya. Namun, kenyataan di hadapannya membuat Lyra kecewa. John menanggapi ucapan Ivanna Parker dengan tawa kecil. Membuat Lyra geram sampai mencengkeram kenop pintu dengan kuat.“Oh, Nyonya Lyra, senang melihatmu baik-baik saja.”Lyra menoleh ke arah tempat duduk di sudut ruangan. Dia baru sadar jika di dalam ruangan itu bukan hanya ada John dan Ivanna.“Tuan Alaric Parker, saya tidak tahu jika Anda dan Nona Ivanna akan kemari.”Meski tersenyum, hati Lyra diselimuti rasa panas melihat kedekatan sang suami dan putri dari Alaric Parker. Dia ingin sekali mendorong Ivanna yang duduk di dekat tempat tidur John untuk menjauhkan mereka.“Kami baru saja mendapat kabar kecelakaan kalian dan langsung datang ke sini. Kau pasti sudah tahu, John sudah kuanggap seperti putraku sendiri,” tutur Alaric.Jika dilihat dari cara bicaranya, A
‘Ada yang salah dengan orang tua ini,’ batin Lyra sambil mengamati tawa Alaric Parker penuh selidik. Sekilas, Lyra merasakan tatapan tajam dan tak suka yang berasal dari Alaric.“Kenapa Anda tidak mencoba untuk mengenalkan Max dan Nona Ivanna terlebih dulu, Tuan? Max memang terlihat sulit diatur, tetapi dia juga sangat kompeten dengan pekerjaannya. Buktinya, dialah yang sekarang memimpin Foster Corp,” pancing Lyra.Tawa Alaric sirna. Berganti dengan senyuman aneh yang membuat perut Lyra seperti diaduk-aduk. Senyuman itu tampak hangat, tetapi juga terasa menekan. Tatapannya pun teduh, namun seperti menyimpan sesuatu yang tak dapat Lyra terka. Dan rasa tak nyaman menyelimuti Lyra tatkala menatap Alaric Parker.Entah mengapa Lyra tak suka dengan sosok Alaric. Dia tiba-tiba merasa mual karena terintimidasi secara halus.Bukan seperti sosok Asher Smith yang terang-terangan ketika membenci orang. Alaric Parker seperti pria yang menyembunyikan kelicikan di balik sosok berwibawa. Atau mungk
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t