Apakah kisah cinta harus selalu berakhir bahagia?
Tubuh Lyra Bell gemetar hebat tatkala mendengar suara teriakan Asher Smith. Maniknya tepusat pada pintu, tetapi pandangannya kabur oleh air mata yang mengalir kian deras.Detak jantung Lyra seperti orang yang mengalami serangan jantung, hingga membuat tubuhnya lemas dan seperti mengambang hampir pingsan. Lyra mengepalkan kedua tangan dengan erat untuk menjaga kesadaran.“John ….” Max Foster meninggalkan Lyra dan hendak masuk ke dalam ruangan itu. Akan tetapi, seorang perawat mencegahnya masuk. “Anda belum boleh masuk ke dalam, Tuan,” tegas perawat itu.“Apa yang kau katakan, hah?! Pasien di dalam sana adalah adik kandungku! Kau mengizinkan orang asing masuk, sedangkan kau tidak memperbolehkan aku yang merupakan keluarganya?!” bentak Max murka.Sosok Max Foster itu belum pernah terlihat sebelumnya. Max seperti seorang yang marah besar, tetapi juga menyimpan rasa khawatir yang ditahan sekuat hati. Bahkan, dia memaki Asher yang diizinkan masuk ke ruangan itu.“Tetapi, Tuan Asher—”Max
Lyra Bell terdiam oleh pergerakan kecil di bawahnya. Dia sampai memaksa diri untuk berhenti menangis dan menahan napas guna merasakan gerakan kecil pada tubuh John.Irama jantung mulai terdengar dan dada John pun naik-turun perlahan. Lyra spontan mendongak ke atas untuk melihat wajah John.Mata John terbuka. Sang suami memandangi Lyra tanpa menekuk wajah. Rintihan lirih keluar dari mulut John tatkala Lyra spontan bertumpu di dadanya untuk menegakkan badan. “Ugh …, Lyra, aku tahu kau sangat ingin memelukku. Tetapi, bisakah kau menyingkir sebentar?” pinta John dengan wajah mengernyit menahan sakit.Luka akibat pecahan kaca di punggung John masih baru dan belum lama diobati. Sementara Lyra menekan dada John sehingga punggungnya terasa seperti dicabik-cabik.Lyra yang sadar akan perbuatannya langsung menarik kedua tangan dari dada John. Mulutnya masih setengah terbuka oleh keterkejutan.Lyra tercengang melihat John Foster pucat dan terlihat lemah. Saat ini, sosok John hanya seperti pria
Selama John dirawat, Lyra yang akan menangani situasi yang tengah terjadi. Lyra tak akan membiarkan kejadian buruk itu terulang kembali jika memang disebabkan oleh seseorang yang mengincar nyawa mereka.Namun, John sepertinya tak begitu peduli dengan masalah tersebut. Saat ini, hanya satu yang ingin John dengar dari sang istri.“Dibanding membahas masalah yang sudah berlalu, bagaimana jika kau mengatakan perasaanmu padaku seperti tadi?” John menarik Lyra hingga menunduk tepat di depan wajahnya. “Aku tidak begitu mendengar ucapanmu tadi, Lyra. Tolong katakan sekali lagi ….”“John! Aku sedang membahas masalah penting! Jika dugaanku benar, mungkin saja orang itu ada di sekitar kita saat ini!”Lyra sungguh ingin membahas tentang kecelakaan mereka, sekaligus menghindar dari tuntutan sang suami. Dia menyembunyikan rasa malu dengan pembahasan yang lebih penting agar John tak mengingat curahan hatinya.‘Sekarang bukan waktu yang tepat. Sangat memalukan mengungkap perasaanku di rumah sakit dan
“Sudah kubilang, bukan? Kau kalah telak, John! Kepribadian Lyra bertolak belakang dengan istriku. Dia tegas, memiliki kepribadian dan prinsip yang kuat. Sejak awal, kau seharusnya menahan diri untuk tidak mengungkap perasaanmu. Buatlah dia tergila-gila padamu terlebih dulu.” Asher Smith sedang menasihati John sambil berbaring santai di tempat tidur perawatan. Matanya terpusat melihat foto-foto seksi Laura untuk mengobati kerinduan.Sementara pemilik tempat tidur itu sedang mondar-mandir di depan pintu. Berpikir keras untuk meluluhkan Lyra.John sampai mengabaikan rasa sakit yang begitu hebat di punggungnya. Bahkan, tangannya pun masih susah digerakkan karena tulang belikatnya terbentur oleh pintu mobil yang hancur.Yang ada di benak John hanyalah sikap Lyra Bell. Sudah jelas-jelas Lyra mengungkap bahwa dia menyukai dirinya, tetapi kenapa Lyra bahkan tak mau mengabulkan keinginannya untuk mengatakan lagi?Mendapat peringatan keras darinya, Lyra dengan mudahnya mengatakan, ‘Istirahatla
“Apakah ada yang mengganggu pikiran Anda, Nyonya? Anda bisa menyuruh saya melakukan apa pun jika Anda membutuhkan bantuan,” ucapan Bart menyadarkan Lyra dari lamunan.“Aku sudah mendengar kronologi kejadiannya darimu. Itu sudah cukup.” Lyra mengangguk penuh pengertian. “Istirahatlah, Bart. Sebelum kembali ke kamarmu, tolong panggilkan satu orang yang bisa dipercaya kemari. Aku butuh bantuan untuk menyelidiki kecelakaan ini lebih mendalam.”Bart menatap Lyra penuh keterkejutan. Area di tengah kedua mata Bart berkerut, pertanda memikirkan sesuatu yang tak begitu dia yakini.“Apa Anda pikir, ada seseorang yang sengaja menabrak mobil kita?”Lyra menghela napas panjang. Setelah mendengar cerita Bart, dia jadi semakin yakin oleh prasangkanya. “Benar. Mobil merah itu menyerempet mobil kita lebih dulu. Lalu, mungkin pura-pura kehilangan kendali kemudi dan sengaja berputar agar bisa menabrak mobil yang seharusnya aku dan John kendarai, sebelum mobil merah itu akhirnya berhenti dan menabrak mob
Lyra mencermati perubahan mimik wajah tampan lawan bicaranya. Tatapan Mark seakan menyiratkan suatu masalah besar dan cukup serius.Kelopak mata Lyra terbuka lebar untuk sesaat ketika memikirkan satu kemungkinan, setelah Mark mengatakan ingin bicara empat mata dengannya.‘Jangan-jangan, Tuan Mark ingin ….’ Lyra meneguk ludah susah payah. Dia tersipu malu tatkala menyadari ada pria lain yang mungkin ingin mengutarakan cinta padanya.“Aku tidak yakin, apakah aku perlu mengatakan ini atau tidak. Maksudku, kondisimu sekarang juga belum sepenuhnya pulih. Dan Tuan John ….” Mark menahan kata-katanya.Lyra menjadi semakin yakin dengan tebakannya. Mark tak bisa menatap fokus Lyra dan melakukan gerakan-gerakan kecil yang menunjukkan bahwa dia sedang gugup.‘Aduh, bagaimana ini, Tuan Mark? Aku adalah wanita bersuami. Kau tidak seharusnya menyuka—’Kata hati Lyra yang terlalu percaya diri terhenti tatkala mendengar lanjutan dari ucapan Mark, “Tentang kecelakaanmu itu, aku mendapat informasi yang
John Foster duduk di kursi roda di depan pintu yang terbuka. Di belakangnya, Asher mendorong masuk kursi roda yang diduduki John dengan senyum tipis.Asher Smith menunduk sambil bergumam di samping kepala John. “Wah, aku tidak menyangka jika Mark dan Lyra membuat perjanjian rahasia. Mark memang populer, John. Kau pasti juga sadar jika bukan kau satu-satunya pria dengan tampang lumayan.” Dia kemudian menegakkan badan sambil memicingkan mata licik.Kedua tangan John yang bersandar di lengan kursi roda mengepal. Dia menatap nyalang Mark dan Lyra bergantian.Apakah pernyataan cinta Lyra sebelumnya hanya rasa kasihan atau bersalah karena melihat kondisinya? Sekarang, Lyra justru bermesraan dengan pria lain!“Lihat, lihat … mereka seperti dua pencuri yang tertangkap basah.” Asher kembali memanasi John.John ingin turun dari kursi roda dan menghajar Mark setelah mendengar perkataan Asher. Namun, punggungnya masih terasa sakit sehingga belum bisa berdiri dengan benar.“Mark, kupikir kau sudah
Meski mendengar penjelasan Asher yang pasti bisa John percaya, dia masih khawatir jika Lyra menyembunyikan sesuatu darinya. Tidak, John masih cemburu karena Lyra hanya berdua di ruangan yang sama dengan Mark.Apalagi, Lyra mengulurkan kelingking untuk mengikat janji dengan pria itu. Padahal, Lyra belum pernah melakukan itu dengannya. Lyra dan John hanya pernah berjanji ketika mereka menandatangani kontrak pernikahan secara formal.John Foster sangat kecewa. Dia ingin selalu jadi yang pertama ketika melakukan apa pun dengan Lyra.“Kenapa jadi membicarakan Tuan Mark lagi? Ough! Kau membuatku stres! Sudahlah, terserah kau saja!”Lyra melipat tangan di depan dada dengan bibir cemberut selagi berjalan ke arah tempat tidur. Melihat Asher menempati kasurnya, Lyra menyentak selimut di bawah badan Asher agar pria itu menyingkir.“Minggir kau!” sergah Lyra dengan wajah mengernyit kesal.Asher menggelinding ke tepi ranjang, lalu berdiri dengan mulut terbuka. Selain istri dan ibunya, Lyra merupak
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t