Biarpun Max tak merencakan sesuatu, Lyra tetap tak ingin menemui Max dan mantan kerja sang suaminya. Mengapa dirinya harus repot-repot mengunjungi vila kakak iparnya jika bisa berduaan di kamar sepanjang malam dengan Jason?“Kenapa kau malah berkata akan ke vila mereka?! Apa kau tidak ingat perlakuan Max padaku? Dia mungkin ingin melakukan sesuatu yang buruk padaku atau padamu,” tegur Lyra dengan bibir cemberut.John mengapit gemas mulut Lyra menggunakan ibu jari dan telunjuk tanpa banyak tenaga. Kemudian, dia mengecup singkat bibir merah muda kesukaannya itu.Lyra membeliak singkat. Dia selalu dibuat berdebar-debar oleh kejutan menyenangkan dari sang suami.“Kau semakin menggemaskan dengan bibir seperti ikan,” bisik John merayu.“Aku sedang bicara serius, John!” Lyra memukul-mukul manja lengan sang suami.Sama dengan Lyra, John pun masih mencurigai Max. Dia tak akan lengah jika hanya pergi menemui kakaknya.Ada satu hal lagi yang ingin John tunjukkan pada Max, yaitu hubungannya denga
Lyra mengangguk, kemudian melangkah maju bersama sang suami. Telinganya disambut oleh musik yang kian keras terdengar ketika sampai di dalam vila.Lima karyawan Foster Corp yang berpapasan pagi tadi sontak memandangi kedatangan Lyra dan John. Mereka tersenyum dan menyapa John singkat, lalu kembali fokus kepada dua gadis berpakaian mini yang sedang menghibur para pria itu.“Kau sedikit terlambat, John. Mereka sudah selesai makan malam. Tetapi, aku belum makan karena ingin makan denganmu.”Max tiba-tiba mendorong Lyra ke samping, memisahkannya dengan sang suami. Sang kakak ipar merangkul John selagi menuntunnya ke ruangan lain. Mengabaikan Lyra Bell yang terperangah marah. ‘Max Foster … apa kau sengaja melakukan ini padaku?” geram Lyra dalam hati sambil mengepalkan tangan.John menepis tangan Max yang mengalung di pundaknya. Kemudian, dia berbalik untuk menggandeng sang istri.“Apa-apaan kau? Lyra ada di sini bersamaku,” gerutu John dengan kening berkerut, pertanda dia tak menyukai perb
John Foster ternganga tak percaya. “Bagaimana kau bisa memiliki pikiran buruk seperti itu tentangku?”Lyra mengerling, lalu melihat hidangan di depannya. Tak mengacuhkan John yang masih heran karena dituduh macam-macam.“Jika kau tidak percaya, kau boleh membelah kepalaku untuk melihat isi di dalamnya. Yang ada dalam benakku hanyalah dirimu. Yang ada dalam ingatanku hanyalah tubuhmu, bukan tubuh wanita lain,” tegas John.Lyra memalingkan wajah ke arah sang suami dengan mulut yang sedikit terbuka. “Jadi, kau mengatakan jika kau menyukaiku sejak dulu karena tubuhku?”John mendongakkan kepala hingga lurus pada langit-langit selagi membuang napas kasar. Namun, kala dirinya berkedip, John lalu menyadari bahwa sang istri sedang cemburu.Mendadak, pria itu tersenyum sambil menegakkan badan ke posisi semula. Dan itu justru membuat Lyra semakin kesal.“Jadi, dugaanku memang benar. Kau mungkin hanya tertarik dengan tubuhku dan salah mengartikan perasaanmu sendiri selama ini,” ucap Lyra miris.J
Bibir Lyra berkedut akan tersenyum, tetapi dia segera menahan diri. ‘Kau tidak harus mengatakan terang-terangan begitu, John,’ batin Lyra.Di muka pintu, Max terlihat berjalan menuju ke ruangan itu. John yang melihat sang kakak langsung mengangkat dagu Lyra dan mendekatkan wajah.“Max ada di luar. Mari tunjukkan padanya jika dia tidak akan punya kesempatan untuk mencurimu dariku,” bisik John.“Apa maksud—”John mencium bibir Lyra sebelum sang istri selesai bicara. Walaupun terkejut oleh ciuman mendadak itu, Lyra menikmatinya seakan lupa bahwa mereka ada di vila orang lain.Pemandangan mesra itu pun langsung tertangkap oleh indra penglihatan Max dan berhasil membuat Max menghentikan langkah kakinya. Max mematung sejenak sebelum melangkah masuk. Max menyeret kursi sehingga menimbulkan suara yang membuat Lyra dan John menghentikan ciuman mereka.“Ayolah, John, aku juga ada di sini. Kau bisa melanjutkan kemesraan kalian nanti malam.” Max terkekeh melihat Lyra tersipu malu.Reaksi Max ter
Kini, terlihatlah emosi yang dipendam Sasha sejak tadi. Menurut Lyra, Sasha mungkin berpikir jika dirinya tak perlu bersikap baik jika hanya ada mereka berdua. Namun, Lyra pun tak begitu mempermasalahkan perubahan sikap Sasha. Lyra juga tak pernah berharap bisa berteman, dan bahkan tak menyukai Sasha sedikit pun.“Kenapa harus aku yang bertanggung jawab atas nasib burukmu? Aku tidak pernah mengatakan perselingkuhanmu pada Max.”“Bohong!” pekik Sasha, lalu menangkup mulutnya sambil melihat ke arah dua pria Foster yang ada di balkon.Beruntung, John dan Max masih serius bicara di luar sehingga tak begitu mendengar percakapan mereka. Namun, manik hijau gelap John Foster terus menatap sang istri.Lyra seakan tahu jika John bertanya menggunakan tatapan matanya yang berubah menjadi tajam. Dia lalu mengangguk pada John untuk memberi isyarat dengan tatapan matanya jika keadaan di dalam baik-baik saja.“Tanyakan sendiri kepada Max jika kau tidak percaya,” balas Lyra acuh tak acuh.Suara derin
“Lepaskan aku!” Max menyentak lengan John dengan kasar meski tak terlepas dari kerah bajunya. “Jangan sembarangan menuduh orang! Aku sudah mengatakan kepada orang-orang di luar untuk memastikan keadaan aman terkendali!”John memicingkan mata sambil menggeram dan melepaskan sang kakak. Max menepuk-nepuk kerah bajunya yang kusut dengan raut wajah kesal.“Kita cari sama-sama jika kau tidak percaya padaku. Lyra mungkin hanya ke kamar kecil. Kau terlalu berlebihan mengkhawatirkannya,” gerutu Max sambil berjalan keluar terlebih dulu.John mengikuti Max dengan tangan mengepal. Seolah dia bersiap menghajar kakaknya jika sungguh melakukan sesuatu kepada Lyra.Tatapan matanya begitu tajam seakan melubangi punggung Max. Max juga menyadari hawa kemarahan John yang belum pernah dilihatnya.“Lyra Bell! Di mana kau?!” panggil Max keras agar mengalahkan musik di ruangan depan.Tampaknya, para karyawan Foster Corp tahu jika musik mengganggu. Musik keras itu perlahan berhenti berputar.“Ada apa, Tuan?”
Pandangan Lyra lalu beralih pada sang suami. John Foster juga terkejut setelah mendengar ucapan kakaknya.Sebelum Max melakukan kekerasan lain pada Sasha, John menarik lengan sang kakak hingga berputar menghadap dirinya. “Apa katamu? Kau menyukai siapa?”Max seperti orang yang kedapatan mencuri di depan si pemilik. Dia juga tampak terkejut oleh ucapannya barusan.“Tidak … maksudku … tuduhan Sasha tidaklah benar. Aku hanya ingin menegaskan jika perasaanku tidak ada hubungan dengan kesalahan yang telah dia perbuat di belakangku.”“Kau—”“John Foster, hati-hati dengan kakakmu itu. Dia hanya mencari-cari alasan karena sebenarnya dia menyukai istrimu,” sela Sasha.Sebelumnya, Sasha berusaha membujuk Max supaya mau kembali memperhatikan dirinya, juga memperbaiki hubungan mereka. Tuduhan Max spontan membuat Sasha membela diri hingga tak lagi peduli oleh kemarahan Max.Max menyentak tangan John, kemudian hendak menyambar rambut Sasha. Namun, John lekas menangkap pergelangan tangannya lagi.“M
“Apa-apaan kau?! Keluar dari sini!” bentak John murka.John sudah dibuat marah pada Sasha yang bicara tentang masa lalunya sesuka hati pada Lyra, seolah-olah Sasha tahu yang sesungguhnya terjadi. Ditambah lagi, wanita itu sembarangan masuk area pribadinya bersama sang istri, serta seenak hati ingin menginap di sana.“Tolong aku ….”Sasha terisak-isak sambil memeluk diri sendiri yang gemetaran. Masih terlihat bekas tamparan yang kemerahan di pipi kirinya.Namun, penampilan Sasha tak membuat Lyra ataupun John kasihan. Bukan karena mereka tak punya hati, tetapi pasangan suami istri itu sama-sama memiliki kewaspadaan tinggi.Bisa jadi, Sasha hanya bersandiwara untuk bisa merayu John lagi, pikir Lyra. Sedangkan John berprasangka jika Sasha ingin memengaruhi Lyra dan membuat hubungan mereka merenggang.“John, panggilkan taksi atau apa pun untuk mengantarkan Nona Parker kembali ke tempat tinggalnya.”“Temanku mengantarku sampai di tempat ini. Tidak ada taksi maupun angkutan lainnya yang menu
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t