“Will, apa kamu baik-baik saja? Will apa yang terjadi?” seru Olivia dari luar kanar mandi sambil berusaha membuka pintu di depannya. Namun tidak bisa William menguncinya dari dalam.Lagi-lagi perasaan yang seharusnya tidak lagi Olivia miliki kembali mengganggunya. Jujur saya ia mengkhawatirkan William dan Olivia tidam bisa mencegahnya. Perasaan itu muncul begitu saja begitu alami.“Will! Buka pintunya!” pinta Olivia kini ia menggedor pintu itu dengan cukup kuat.Namun William tidak kunjung membukannya. Malah keributan lainnya terdengar dari dalam kamar mandi. Suara benda-benda jatuh terdengar dari dalam dan membuat Olivia semakin cemas akan nasib suaminya.Olivia akhirnya berlari keluar ruangan menghampir satpam di pis depan rumah.Sedangkan di dalam kamar mandi William terlihat semakin kacau, ia terus menggosok kedua telapak tangannnya hingga memerah. William menngerang kemudian memukuli tembok washtafel seperti sedang mengenyahkan sesuatu dari telapak tangannya.Tetapi sesuatu yang
Olivia tertegun memikirkan ucapan Jimmy. Bagaimana bisa Jimmy mengetahuinya secepat itu? Dari mana pria itu mengetahuinya. Tetapi kalau benar Jimmy sudah menemukan pelakunya, bukankah Jimmy seharusnya memaki Olivia saat ini? Atau Jimmy baru menduga-duga?“Apa dia rekan....”“Aku harus segera pergi sebelum William terbangun,” sela Jimmy, “Dokter sedang dalam perjalan dan bisa kah kau memberitahuku lagi seandainya terjadi sesuatu semacam ini? Mungkin aku masih tetap bisa membantu William.”Olivia hanya mengerjap menatap Jimmy dengan rasa penasaran dan penuh selidik seperti sedang menebak-nebak sesuatu. Dan yang Olivia pikirkan bukanlah hal yang baik.“Kau tau sendiri kan Will banyak membantuku aku hanya ingin membalas budinya sebanyak yang aku bisa. Jadi tolong jangan berpikir yang bukan-bukan Liv, aku masih menyukai wanita.” Jelas Jimmy seolah bisa mengetahui apa yang Olivia pikirkan tentang sikapnya kepada WilliamWajah Olivia sontak memerah rasanya ia baru saja tertangkap basah. Sebe
‘Bagaimana? Kau baik-baik saja? Will tidak mencurigaimu kan?’ sebuah notifikasi pesan masuk dari ponsel Olivia.Olivia bangkit dari tempat tidurnya dan menggenakan kimono tidurnya lalu ia pergi menuju balkon seraya membawa ponselnya.Begitu dilihat ternyata pesan itu dari Daniel. Alis Olivia bertaut membaca pesannitu berkali-kali. Olivia tahu yang dibicarakan Daniel adalah kejadian tadi sore tapi mengapa dia harus peduli?‘Aku sengaja melakukannya padamu, supaya Will tidak mencurigai apa pun darimu. Mau bagaimana pun bukankah pertemuan kita cukup aneh untuk bisa terjadi?’ gelembung pesan baru kembali muncul.“Oh jadi itu tujuannya,” gumama Olivia.Kalau dipikir kembali Daniel memang tidak melakukan apa-apa selain menahan tubuh Olivia agar tetap terbaring di atas ranjang. Bahkan Daniel bisa sama menciumnya atau melakukan hal lainnya seberapa keras Olivia meronta Daniel tetap bisa melakukannya, tetapi pria itu tida
Setelah pembicaraan dengan Daniel, Olivia segera beranjak dengan resah menuju suatu tempat lainnya. Wajahnya terlihat panik dan pucat sejak ia menerima sebuah pesan dari ponselnya 10 menit yang lalu.Olivia menginjak pedal gas dan memacu mobilnya agar bergerak lebih cepat, melesat di jalan raya. Selama perjalanan yang terputar dalam benak Olivia adalah isi pesan itu.‘Kak ibumu melarikan diri dari rumah sakit karena mengejar seseorang. Kita sedang berusaha mencarinya.’ Bunyi pesan itu itu.Perasaan cemas semakin mencekik Olivia, bulir air mata perlahan jatuh membasahi wajah mulus wanita itu. Olivia seka berulang kali karena menghalangin pandangannya, tetapi air matanya tidak mau berhenti keluar, terus mengalir deras.Karena pandangan Olivia sedikit terganggu ia hampir saja menabrak seseorang yang melintas di jalan. Beruntung Olivia tidak terlambat menginjak pedal remnya. Dadanya naik turun karena luapan emosi dalam hatinya.Olivia turun
Langit mulai tampak oranye, matahari perlahan turun tenggelam di ufuk barat berhias deburan ombak yang saling berlomba memecah batu karang. Pantai itu selalu jadi tempat sederharana yang bisa dikunjungi semua orang tapi sanggup menyajikan pemandangan yang menakjubkan.Bersisian dengan pantai terdapat sebuah hotel megah yang berdiri kokoh. Di sana terlihat ada sebuah keributan di halaman hotel. Para staff berkumpul berusaha menghentikan satu orang ibu paru baya yang berusaha merusak fasilitas hotel.“Di mana anakku?!” Jerit ibu itu.****Olivia dan William tiba dipantai dan mencari ibu Olivia sepanjang bibir pantai. Tetapi mereka tetap tidak menemukannya. Olivia bahkan bertanya pada warga sekitar khawstir jika ibunya tenggelam terbasa arus laut.“Sepertinya ibumu tidak ada di sini.”“Bagaimana kalau dia hanyut? Will aku harus bagaimana?” Olivia bersimpuh di atas pasir putih, menangis tersedu-sedu.“Tapi tidak ada orang yang hanyut hari ini, begitu yang warga lokal katakan. Lebih baik k
“Oh, maksudku yang kamu alami sekarang bukan seberapa. Ibuku pernah memukulimu sampai kamu mimisan karena berusaha menahannya.” Olivia dengan cepat mengkonfirmasi ucapannya. Walaupun bukan itu yang sebenarnya ingin ia ucapkan.Kebencian tumbuh lagi dalam hati Oliva dan tanpa sadar membuatnya sulit untuk mengendalikan ucapannya.“Oh aku pikir apa.”DI saat yang sama sebuah pesan Olivia terima dari ponselnya. Pesan itu dari Daniel.‘Aku menemukan ide bagus, Will menemui seorang arsitek yang dekat denganku, aku akan meminta bantuannya untuk menjebak William.’Olivia tidak membalas pesan itu dan segera mengantongi ponselnya lagi. Untuk saat ini Olivia tidak peduli apa pun yang ingin Daniel lakukan pada William yang terpenting William mendapat penderitaan yang pedih akibat apa yang dilakukannya pada Selena.Malam hari Olivia dan william memutuskan untuk menginap di hotel milik William setelah mengantar ibu Oliv
Keesokan harinya Raka datang untuk menemui Olivia dan William. William yang menghubungin dan meminta bantuannya bahkan menawarkan bayaran yabg mengiurkan demi menemukan sosok yang menemui ibunya Olivia.Namun tentu saja Raka ingin menbantu bukan karena materi semata tapi karena Olivia dan Ibunya. Raka sudah mengenal ibu Olivia sejak ia masih kecil tentu saja Raka ingin membantunya.Mereka pun melihat seluruh rekaman CCTV yang ada di rumah sakit dan menmukan hal baru yang mungkin bisa membawa mereka oada sosok itu.“Dia cerdas sekali memakai transportasi umum, dia menghindar menggunakan kendaraan sewaan atau pribadi. Sepertinya dia sudah merencanakannya,” ujar Raka. “Kita harus ke terminal sekarang untuk memeriksa rekaman CCTV di sana.”“Tapi bisa saja dia turun di tengah jalan kan,” celetuk Olivia.“Itu bisa saja terjadi terlebih kalau dia adalah warga lokal dia pasti mensurvei dulu sebelum melakukan aksiny
Olivia mengepalakan jari-jari tangannya dengan erat lalu ia pukul tembok di sampinhnya dengan keras. Sungguh ia ingin menjerit sekencang-kencangnya saat ini. Daniel benar-benar gila.“Tolong jangan libatkan ibuku dia tidak tahu apa-apa,” pinta Olivia dengan suara parau.“Cih... kau yang membuatnya begini Olivia. Inilah konsekuensinya, aku sudah memberinu banyak kesempatan dan menahan diri untuk tidak melakukan ini, tapi kita tidak bisa membuang waktu. Padahal saat malam kau bersana Jimmy kau benar-benar bisa menanfaatkan momentnya, tapi kau malah menolaknya dalam memilih jalan memutar.”Olivia menggigit bibirnya lalu bulir-bulir air mata mulai jatuh dari pelupuk matanya. Ketakutan terpancar jelas dari kedua bola matanya. Pikirannya benar-benar buntu. Ia pikir bosa mengelebaui Daniel tapi ternyata Olivia salah.“Mulai sekarang lakukan saja perintahku, kau mengerti kan Olie?” tanya Daniel.