Mereka berjalan dengan tubuh yang lebih tegak dan pandangan yang lurus ke depan, semangat mereka juga semakin membara untuk memperlihatkan hasil latihannya. Saat mereka sudah tiba di arena, mereka kembali mendapat tatapan tajam dari banyak mata, tetapi kini mereka tetap berjalan penuh percaya diri. Di kursi VIP sudah ada Rugard, Yuna dan Sintess yang menjadi tamu istimewa dalam kompetisi tersebut dan membuat semua Profesor tampak bersemangat untuk unjuk gigi menarik perhatian mereka berdua.Aina yang Rugard tunjuk sebagai perwakilannya untuk membuka acara memanggil tiap Profesor dan perwakilan kelas yang mereka pilih untuk ikut kompetisi. Mereka langsung berbaris di arena dengan rapi, kemudian Aina menjelaskan tentang kompetisi yang akan mereka lakukan. Kompetisi kali ini terbagi menjadi empat kelompok yang harus mereka selesaikan, pertama adalah pertarungan individu, kedua pertarungan team dengan Profesor dan siswa, ketiga pertarungan kelompok dan terakhir pertarungan siswa melawan m
Kompetisi Akademi hanya seperti pertarungan latih tanding bagi para siswa kelas atas yang memiliki latar belakang Bangsawan dan orang kaya, mereka akan didukung oleh Profesor dengan perlengkapan dan artefak yang memadai untuk perlindungan dan senjata mereka. Berbeda cerita dengan para siswa kelas bawah yang merasa kompetisi seperti pertarungan hidup dan mati dengan kesiapan mereka untuk terluka. Karena itu kompetisi Akdemi itu tidaklah adil dan hanya meperlihatkan penindasan orang kuat dan berkuasa kepada orang lemah yang tidak memiliki apa-apa. Mereka yang tidak memiliki dukungan juga akan tetap di kelas bawah dan tidak akan bisa mengguakan perlegkapan memadai untuk membantu mereka bertarung, karena itu mereka harus siap terluka dan berjuang keras dalam kompetisi.Begitu pula dengan Siyuan yang menjadi siswa kelas U yang merupakan kelas under untuk tempat buangan para siswa gagal dan cacad dengan masa depan yang seram. Siryuan kembali ingat masa lalunya dan tidak menyangka b
“Apa yang Guru katakan? Kenapa juga Guru harus melakukan itu?” tanya Siyuan yang heran.“Itu karena kamu terlalu mudah untuk diperdaya dan terbawa emsoi, memang aku yang menyebabkan kamu merasakan ilusi kematian, tetapi aku melakukan itu karena kamu sudah terkena ilusi yang lawanmu lancarkan bahkan sebelum kalian bertarung,” jelas Ken.“Jadi ilusi pedang yang menusukku itu bukan perbuatan Guru?” tanya Siyuan lagi.“Ah, itu juga aku yang melakukannya, hahahaha,” jawab Ken sambil tertawa.“Lalu ilusi mana yang musuh gunakan kepadaku?” teriak Siyuan yang kesal pada Ken, karena ilusi yang dia tahu dan dia rasakan dengan sangat nyata hanya dua itu saja.Ken kemudian menjelaskan bila ilusi musuhnya adalah memperlihatkan siyuan kenangan masa lalunya yang kelam dan membuatnya terbawa emosi. Ilusi itu juga akan membuatnya langsung menyerang musuhnya yang mana lawannya sudah menyiapkan jebakan untuk
Semua penonton bersorak meriah saat kedua sihir yang mereka lepaskan akan bertabrakan. Guidine yakin sihirnya akan bisa menyapu bersih sihir Siyuan yang merupakan sihir satu circle yang lemah dan kecil. Sedangkan sihir miliknya merupakan sihir circle tiga yang sudah dia tingkatkan hingga daya hancurnya setara dengan sihir circle empat.Duuuaaar! Duuuaaar! Duuuaaar!Sihir keduanya sama-sama meledak, Guidine terkejut karena sihirnya bisa ditahan oleh sihir milik Siyuan yang secara logika tidak setara dengan sihirnya. Menyadari ada yang janggal membuatnya langsung merapalkan kembali mantra sihirnya, dan saat dia masih merapal mantranya, dua bola api sudah melesat kepadanya. Guidine langsung menghindari serangan tersebut yang membuat dia membatalkan rapalan mantranya, dia mengerutkan kening karena sihirnya berhasil digagalkan dan itu membuatnya menyadari sesuatu.Perbedaan kedua sihir sangat besar, karena itu sihir Guidine memiliki rapalan lebih lama dengan daya rus
Beberapa menit sebelum pertarungan dimulai.“Guru, apa tidak berbahaya bila aku menggunakan skill yang belum sepenuhnya aku kuasai?” tanya siswa yang mendampinginya kepada Ken.“Santai saja, kamu cukup mengikuti intruksinya sesuai rencana yang kita buat,” jawab Ken.“Aku mengerti, Guru, tetapi aku tetap takut akan menyerang Guru dan malah membuat kita kalah,” ujar Siswanya yang masih telihat ragu.“Aku ini lebih kuat dari kalian semua, kalau Reon dan Siyuan saja bisa mengatasi kamu yang lepas kendali, maka itu bukan masalah bagiku. Aku juga sudah memiliki taktik untuk bisa menang, jadi kamu fokus untuk menggunakan skillmu dengan baik,” jelas Ken.Mereka akhirnya menaiki arena dan bertemu dengan lawannya yang sudah bersiap dengan perlengkapan yang terlihat mencolok dan kuat. Hanya saja Ken yang bisa menganalisa semua perlengkapan tersebut bisa mengetahui dengan mudah setiap efek dari perlengkapan mereka. Ken melihat setiap perlengkapan memiliki satu efek berbeda, sedangkan ada satu per
Asap akibat ledakan itu langsung menyebar menutupi arena. “Uwaaaaa!” lalu terdengar suara teriakan dari Juanco yang seperti sedang mengamuk.“Duuuaaarrrr!” terjadi ledakan kembali yang sumbernya dari teriakan Jianco berasal, dan langsung menghempaskan semua asap berserta Ken berserta dua lawannya ke luar arena.“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya salah satu Profesor yang menonton.Semua penonton bingung dengan kejadian yang tiba-tiba itu, mereka semua mencoba menerka apa yang terjadi di arena. Rugard juga penasaran dengan apa yang Ken lempar, karena kekuatan Juanco tiba-tiba meningkat drastis hingga serangannya menghancurkan arena dan menghempaskan Ken dan yang lainnya. Sedangkan Wasit masih melihat situasi yang sedikit membingungkan dan kemudian memutuskan hasil pertandingan.“Pemenangnya team Ken,” teriak Wasit yang membuat semua penonton saling berbisik.“Tunggu, aku mengajukan keberatan ata
Terlalu santai dan percaya diri membuat Ken masuk dalam jebakan musuhnya, dan kini Ken tidak bisa bergerak dan dia juga belum sempat mengaktifkan artefaknya untuk membantu Juanco. Shaton tersenyum lebar melihat Ken yang mulai pucat karena keadaanya saat itu, dia juga mengambil artefak milik Ken. Juanco juga tidak bisa membantunya karena juga bertarung dengan siswa peringkat kedua Akademi Airyano yang dipilih Shaton.“Sekarang artefak ini jadi milikku.” Shaton merebut artefak milik Ken dari tangannya.“Sekarang kita lihat apa efek dari artefak ini, hahahaha,” ujar Sahton lalu mengaktifkan atrfak milik Ken yang kemudian membuat kekuatan sihirnya menigkat pesat.Saat itu ditempat penonton ada seorang pria yang tersenyum saat melihat Shaton mengaktifkan artefak milik Ken. “Aaaaaa!” tiba-tiba Ken berteriak sangat keras.Shaton terkejut saat Ken tiba-tiba berteriak keras, dia juga bingung dengan apa yang terjadi pada Ken. Dia tidak merasa melakukan apapun pada Ken seteleh membuatnya lumpuh
Ken mulai menjelaskan tentang detail cara dia melakukan rencananya hingga mulus, yang selalu diawali dengan mencari informasi tentang target dan sekitarnya. Dia mencari mulai dari sifat, sikap, dan semua orang yang dekat dengannya yang dia kumpulkan dalam waktu singkat. Ken memanfaatkan sifat serakah dan sikapnya yang suka pamer untuk menjual artefak itu pada Shaton dengan mudah. Sikapnya yang selalu ingin menjadi yang pertama dan menyingkirkan semua pesaingnya dengan segala cara membuat Shaton langsung mencoba menyingkirkan Ken saat dia melihat ada kesempatan menfitnahnya disemifinal.Kemenangan Ken yang secara tiba-tiba disemifinal menggunakan artefaknya pasti membuat Shaton yang serakah ingin memiliki artefak milik Ken. Ken yang sudah berperan menjadi orang lemah membuat Shaton sangat yakin bisa mendapatkan artefaknya, dan Ken juga mewujudkan keinginan Shaton untuk menggunakan artefaknya. Dengan menggunakan dulikat dirinya untuk melawan Shaton membuat Ken bisa dengan leluasa mengak
Warna rambut pirang yang berkilau seperti emas terurai hingga di bahunya, dan telihat sangat indah dengan wajah manis yang sangat cantik seperti boneka berbie. Bentuk tubuhnya juga aduhai yang membuat semua cowok membuka mulut mereka saat melihatnya berjalan. Kulitnya juga putih mulus yang terlihat sangat cerah terawat dengan baik, dan itu mmebuat semua cewek sangat ingin memiliki kulit sepertinya. Kedatangannya juga membuat suasana kelas menjadi hening karena semua siswa terus terpaku dan menatap kepadanya. “Perkenalkan nama saya Alice de Pendragon, mulai hari ini saya akan belajar di kelas ini.” Semua siswa langsung bersorak setelah mendengar perkenalannya, kecuali Ken yang tahu sosok tersebut sangat mirip dengan Garga. Namanya juga mirip dengan nama yang Ken berikan kepada Garga, hanya beda nama tengahnya saja, tetapi mengucapannya sama. Guru kemudian menjelaskan bila Alice merupakan siswa istimewa dan juga siswa pertukaran dari luar negeri yang akan belajar tentang budaya di Indo
Ken merasa tidak juga harus menggunakan kekuatannya untuk melawan Dion yang kekuatannya juga sudah menyatu sempurna. Ken merasa harus mencari tahu lebih dalam tentang metode yang Dion gunakan untuk menyatukan semua kekuatannya. Ken menggunakan skill overdrive yang membuat tubuhnya memiliki kekuatan dua kali lipat dan bergerak berdasarkan instingnya untuk bertarung menggunakan seluruh kekuatannya. Pergerakan Dion menjadi semakin cepat dan serangannya juga semakin kuat dari sebelumnya, Ken bisa merasakan perbedaannya dari tekanan yang Dion berikan. Beruntung Ken memiliki skill untuk mengimbangi kekuatan Dion dan langsung menggunakannya, jika tidak Ken akan terkena serangan Dion dan berakhir teluka. Ken kini juga kesulitan untuk menghindari serangan Dion dan hanya bisa bertahan, tetapi Dia masih bisa memberikan perlawanan dan serangan balasan dalam kondisinya yang semakin terdesak. Ken mulai kesal karena tidak segera menemukan metode yang Dion gunakan. “Ju*nc*k!” “Kugkk!” Ken bertriak
Ken tidak menyangka bila kejadiannya akan menjadi sangat buruk, karena dia tetap menyimpan kekuatan Dewi yang dia ambil kembali dari Reka. Kini mana, aura, kekuatan kegelapan Garga dan kekuatan Dewi bercampur dalam tubuh Ken dan terus saling bertabrakan. Ken mencoba untuk mengendalikan aliran dari kekuatannya agar bisa berjalan selaras dan menyatu dengan baik. Dia ingat dengan apa yang terjadi pada Dion yang mana kekuatan kegelapan bersatu dengan aura dan kekuatan Dewi menyatu dengan mana.Hanya saja yang membuat Ken merasa aneh adalah keempat kekuatan itu terbagi menjadi dua yang berada pada sisi kanan dan kiri tubuh Dion. Ken yang mencoba mempelajari tentang hal itu saat bertarung dengan Dion akhirnya bisa mengetahui metode yang Dion gunakan. Hanya saja Ken menggunakan metode yang mirip, tetapi metode yeng Ken gunakan lebih sempurna dan bisa menyatukan semua kekuatan itu agar bisa mengalir selaras pada tubuhnya.Semua kekutan itu berjalan bersama mengalir ke seluruh tubuh Ken dan ki
Tubuh Ken tidak bisa bergerak karena tekanan kuat yang dipancarkan oleh Dion, dan perasaan takut saat melihat Dion seakan melihat Dewa kamatian yang akan mencabut nyawanya. Kekuatan Dion yang sudah terlepas seluruhnya di luar perkiraan dan akal sehat yang Ken miliki, dan tanpa Ken sadari Dion sudah ada dihadapannya dan menusuk jantungnya. Kecepatan Dion sudah melebihi apa yang bisa Ken hadapi, bahkan matanya masih belum berkedip dan Dia sudah tertusuk kedua kalinya oleh Dion.Dion benar-benar seperti terlahir kembali, dan dia bisa merasakan sensasi yang sama seperti yang dia rasakan saat dia baru menjadi Dewa. Kini Dion juga sudah berhasil menyingkirkan Ken yang merupakan penghalang utamanya untuk menjadi penguasa mutlak. Meski begitu Dion tidak terbawa suasana dan memastikan Ken benar-benar mati ditangannya sendiri.Melihat Ken yang tidak bisa bereaksi akan serangannya dan hanya menatapnya dengan wajah yang tampak terguncang hingga matanya bergetar, membuat Dion benar-benar puas. Dia
Melihat Garga yang sudah tidak bisa bereaksi dengan semua serangannya yang sudah menargetkan Ken, membuat Dion yakin jika dia benar-benar berhasil. “Duuuaarrrrr!”“Sialan! dia kab--, craassssttttt!” Dion terkejut saat Ken berhasil menebas dirinya.Dion yang sebelumnya penuh percaya diri bila berhasil menyerang Ken jadi terkejut karena keberadaan Ken lenyap sebelum semua sarangan mengenai dirinya. Kini dia juga terkejut karena Ken yang tiba-tiba bisa muncul kembali tanpa luka yang bahkan berhasil menyerangnya. Dion benar-benar tidak tahu trik apa yang Ken gunakan, namun dia merasa bila Ken berpindah ke sebuah dimensi untuk menghindari semua serangannya.Berkat perhitungannya yang matang, Ken berhasil berpidah ke celah antar dimensi pada detik-detik semua serangan Dion akan mengenainya. Ken akan benar-benar mati jika dia tidak berpindah dalam celah ruang dan waktu pada saat itu, namun Ken juga harus kehilangan tempatnya bersembunyi. Karena dia yang berpindah saat ada Dion di dekatanya a
Ken seakan dipaksa harus memilih untuk terus maju, karena Dion juga berhasil merusak diemnsi yang merupakan efek dari setu senjatanya. Sejata itu juga langsung patah saat dimensinya berhasil Dion hancurkan, dan membuat Ken terlempar keluar. Ken memang tidak memiliki waktu lagi, karena Dion benar-benar berniat untuk menyingkirkannya.[Garga, buat dia sibuk saat aku menyiapkan sesuatu untuk melawannya.] ujar Ken dan dia juga memberi beberapa informasi kepada Garga lewat telepati.Dion tersenyum saat dia mendengar perintah Ken yang dia kirim lewat telepati kepada Garga, dengan itu dia tidak perlu lagi membaca maksud dari isyarat yang Ken gunakan. Berkat itu Dion tidak perlu memperdulikan Garga, dan langsung menuju tempat yang akan Ken tuju. Dengan penuh percaya diri Dion melesat dan menunggu kedatangan Ken, namun dia tidak melihat adanya Ken yang datang kearahnya dan Garga juga tidak mengejarnya.Dion terhenti sejenak dan mencerna apa yang sebenarnya terjadi, karen
Semua orang terkejut saat melihat Murka terkena sebuah serangan yang tidak meraka sadari sama sekali, bahkan Ken juga tidak tahu akan serangan tersebut. Serangan itu seperti leser yang sangat cepat mencapai targetnya, bahkan tubuh Murka yang kuat bisa berlubang. Lebih parahnya lagi, Reka yang berusaha dia lindungi juga mengalami luka yang cukup parah.Perasaan Ken yang tidak nyaman saat meninggalkan Dion meski dalam keadaan sekarat, kini membuat sebuah malapetaka bagi semuanya. Emosinya langsung memuncak saat melihat sahabatnya yang terkapar bersimbah darah dengan kondisi tubuh penuh lubang. Murka juga tidak bergerak sama sekali, Ken bergegas mendekat dan merasakan tubuh Murka sudah dingin. Jantung Ken seakan terhenti sebentar setelah mengerti kondisi sahabatnya, namun perasaanya seakan masih tidak bisa terima dan langsung meminta bantuan Garga.“Murka bertahanlah, Garga cepat sembuhkan dia!” teriak Ken yang panik.Garga mendekat pada Murka, namun setelah melihat kondisi Murka, dia ti
Ken dan Garga tidak tahu apa yang sudah Dion lakukan, hingga dia bisa merebut kekuatan dan tubuh Dewi Aria, dan lagi gempa yang terjadi membuat Ken merasa hal buruk akan terjadi. Kekutan yang terus diserap oleh tubuh Dion juga membuat Ken penasaran dengan asalnya, dia merasakan campuran dari aura dan mana. Kondisi mereka berdua juga tidak menguntungkan, karena tidak bisa bergerak dan akan buruk jika Dion menyerang. Akan tetapi, Dion tidak menyerang keduanya dan hanya tertawa saja, mengetahui Dion yang melewatkan kesempatan itu membuat Ken berpikir bila Dion juga dalam kondisi yang sama.Jika apa yang Ken pikirkan memang benar maka dia masih memiliki kesempatan untuk kembali merubah keadaan, namun jika tidak maka situasinya akan buruk bagi mereka. Belum lagi firasat buruk Ken tentang kekuatan yang terus Dion serap dalam tubuhnya, yang membuat Ken berpikir bila Dion bergantung kepada kekuatan itu. Ken juga mencoba untuk terus menggerakkan anggota tubuhnya meski itu sulit dan hanya melak
Ken bisa mendengar jika suara yang keluar dari mulut Dewi Aria bukan suara wanita, melainkan suara pria yang sangat dia kenal. Bahkan ekspresi wajah dan gaya dari sikap sombongnya juga sama persis meski tubuhnya merupakan wanita. Hanya saja Ken tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana cara hal itu bisa terjadi.Pikiran Ken juga dibuat bingung dengan siapa yang saat itu berada dalam tubuh Dewi Aria, apakah Dewi Aria sendiri atau Dion. Karena yang Ken ketahui sebelumya adalah Dion yang sudah tidak sadarkan diri dan sekarat, sedangkan Dewi Aria yang panik dalam keadaan putus asa. Semua itu berubah saat kemunculan Dewi Aria dari portal, tetapi yang paling mungkin adalah Dewi Aria mencoba untuk menyerap kembali kekuatannya dari tubuh Dion.Hanya saja Ken merasa janggal dengan suara dan gaya yang Dewi Aria pelihatkan kepadanya, dan cara bertarungnya juga terasa berbeda. Bila semua itu hanya sekedar efek dari dia menyerap kekuatan Dion, Ken merasa efeknya terlalu tumpang t