Nadia, jam kerja aku sudah habis, dan ini pesanan meja no 3, tuan El dengan sekertaris nya itu. Nanti kamu yang antar ke sana ya." Pinta Kiara memberi tahu kan rekan kerjanya itu. Setelah di angguki dan di ok kan oleh Nadia, Kiara pun pergi meninggalkan Kiara dan masuk ke dalam ruangan karyawan untuk bersiap pulang. "Akhirnya aku bisa istirahat juga hari ini, untung saja tidak ada jam kuliah, aku akan langsung pulang saja." Gumam Kiara penuh semangat hari ini ia akan pulang sore hari. Nadia dengan rekan nya yang masih bekerja pun mengantarkan pesanan El itu ke mejanya. "Silahkan tuan ini pesanan anda, selamat menikmati." Ucap Nadia dengan ramah dan sopan dengan menampilkan senyuman manisnya itu. El yang tersadar jika bu
El dan Kiara duduk satu meja yang sama dengan saling berhadapan. El terus memperhatikan Kiara dan mencuri-curi pandang pada Kiara, tanpa Kiara ketahui. Sesekali El mengusap wajahnya pelan, berdekatan dan berhadapan dengan Kiara seperti ini membuat jantung El berdebar tidak karuan, baru kali ini El merasakan perasaan seperti ini, tak bosan rasanya menatap wajah cantik gadis di hadapannya itu. Ada keinginan dan dorongan yang kuat saat ini yaitu ingin selalu berdekatan, memeluk dan ingin memiliki dia seutuhnya. Seorang pelayan datang dan tersenyum ramah kepada El, namun tidak pada Kiara yang terlihat seperti orang biasa, apalagi Kiara yang masih memakai seragam kerja nya. Kiara menyadari ji
"Saya sudah selesai." Ucap El seraya mengelap mulutnya dengan tisu. "Tuan makanan ini masih banyak, mubajir jika tidak di habiskan." Kiara pun sangat menyayangkan. "Kalau merasa sayang, ya sudah kamu saja habiskan makanan ini semua." Titah El dengan santai. "Mana mungkin saya bisa menghabiskan makanan ini, perut saya sudah merasa kenyang sekali saya sudah tidak kuat. Apa anda ingin saya muntah di sini." Ujar Kiara tak mampu. "Menjijikkan sekali, pokoknya saya tidak mau ada makanan tersisa di sini, terserah kamu mau apakan makanan ini!" Titah El tak mau terbantahkan. "Tuan." Lirih Kiara. 'ya ampun aku harus bagaimana menghabiskan semua makanan ini, aku s
Setelah sampai di depan yang Kiara maksud, Kiara pun memesan ojol di sana dengan tujuan yang sudah di berikan alamat oleh El sebelum nya saat kemarin dia di antar pulang olehnya. Sesampainya di depan gedung apartemen, Kiara pun menghampiri dua security yang tengah berjaga di sana. "Permisi pak, saya mau tanya apa tuan Rafael Dirgantara tinggal di apartemen ini?" Tanya Kiara ingin memastikan jika alamat yang ia datangi tidak salah. "Tuan Rafael Dirgantara? Iya beliau tinggal di sini. Apa kamu sudah memiliki janji dengan nya? Apa hubungan kamu dengan tuan Rafael?" Dua security itu pun menatap Kiara dan memberikan rentetan pertanyaan pada nya. "Emh saya pelayan nya tuan El." Jawab Kiara dengan sangat yakin.
Di dalam perjalanan menuju kampus, Kiara yang tengah kesal dengan El mencoba menelpon teman kuliah nya, ia akan mengabarkan jika dirinya akan datang terlambat, namun alasan Kiara tidak memberi tahu karena gara-gara tuan El menyebalkan itu. 10 menit waktu Kiara terlambat datang ke kampus dan melihat jika teman-teman nya sudah berkumpul di sana dan itu membuat Kiara tidak enak hati. "Maaf teman-teman aku telat." Ucap Kiara dengan nafas ngos-ngosan karena tadi ia berlari-lari saat menuju ke kampus. "Gak apa-apa Kiara, kita juga baru kumpul, tenang saja." Teman nya pun tidak masalah dengan keterlambatan Kiara. "Ya sudah, karena kita sudah kumpul semua ayok kita kerjakan tugas kita supaya cepat selesai." Ajak teman nya itu.
Di dalam mobil Kiara pun duduk di sebelah El yang memegang kemudi, setelah memasang sabuk pengaman pada Kiara El pun menyalakan mesin mobil nya. Hanya keheningan di antara mereka berdua, apalagi dengan Kiara yang setengah bingung kenapa tuan El itu menjemput nya di kampus tidak berani bertanya apapun karena ia begitu sangat canggung. Ekhemm El pun berdehem untuk mencairkan suasana di dalam mobil. "Kenapa kamu tidak membalas pesan dari saya?" Tanya El pada Kiara. Kiara pun menoleh pada El yang bertanya. " Memang itu pesan dari anda tuan, jadi tadi itu nomor anda, anda dapat nomor saya dari mana?" Rentetan pertanyaan di berikan pada El. "Jangan balik bertanya yang tanya kan saya kenapa malah kamu yang jadi bertanya." Balas El kesal dengan rentetan pertanyaan Kiara "Eh maaf tuan." Ucapnya lirih. El menarik napas nya pelan merasa tak enak melihat gadis yang ada di hadapannya seperti sedih karena ucapannya yang sedikit jutek padanya. "Iya tadi nomo
Di saat sedang merasakan makanan yang tersedia di atas meja, Kiara melirik sekilas pada El yang duduk berada di depan nya dengan santai ia menikmati makanannya. Tersadar Kiara dari tadi meliriknya terus walau sekilas El pun tersenyum, "Kenapa kamu melirik saya terus jika mau lihat, lihat saja, saya tidak akan keberatan kok, saya sadar jika wajah saya begitu tampan." Ucapnya bangga tanpa berhenti menyantap makanan nya. Uhuk Kiara terbatuk-batuk mendengar ucapan El itu dengan pedenya ia mengatakan seperti itu dan Kiara pun malu ternyata ia ketahuan melirik pada El. El pun dengan sigap memberikan air minum yang ia punya pada gadis itu, "Kalau makan pelan-pelan santai saja jangan buru-buru, tenang saya masih memiliki banyak waktu." Ucapnya tersenyum tipis seperti menggoda. Kiara hanya diam saja tidak menanggapi nya setelah ia minum air pemberian tuan El itu, memalingkan pandangannya ke arah luar cafe yang cukup bisa menghibur, namun bukan hiburan yang ia
"Kiara tunggu!" panggil El pada Kiara Kiara tidak memperdulikan panggilan El itu, ia terus berlari sakit hati plus malu yang kini ia rasakan, di pikiran nya saat ini adalah menjauh dan mencari tempat yang bisa membuat nya tenang. El yang melihat Kiara tidak mendengar panggilan nya ia langsung mengejar gadis itu, El membuntuti kemana gadis itu pergi ia khawatir terjadi apa-apa padanya. Masalah Amanda tunangan nya ia tak peduli pada perempuan itu. Kiara naik angkutan umum, menahan air matanya supaya tidak jatuh, banyak orang yang memperhatikan nya. Satu tujuan saat ini adalah pergi menenangkan dulu hati dan perasaan nya saat ini tak ingin pulang ia pun pergi menuju taman dimana banyak keramaian yang bisa membuat nya sedikit terhibur. El terus mengikuti Kiara dari belakang tanpa sepengetahuan gadis itu, ia memberikan waktu pada gadis itu, El takut jika ia langsung menemui nya, gadis itu akan membencinya dan menjauh dari nya. Setelah lama di taman
Sesampainya di depan ruangan El masuk dengan rasa gugup sekaligus senang nya, ia langsung duduk di kursi kepemimpinan dan memutar kursi itu membelakangi Kiara yang dari tadi mengikuti nya.El langsung memegangi dadanya yang berdebar tiga kali lebih cepat saat ini. Wajahnya yang berseri dan bibir nya yang tersenyum di balik sana membuat Kiara mengerutkan kening nya."Sedang apa yang di lakukan pak El, kenapa dia diamkan aku seperti ini? Dia tadi memanggil ku untuk mengikuti nya sekarang malah aku di anggurin seperti ini!" Kesal Kiara karena El tak kunjung menyampaikan apa maksud dia menyuruh Kiara untuk ke ruangannya."Pak Rafael..." Panggil Kiara dengan hati-hati. "Maaf pak tadi bapak panggil saya ke sini untuk apa ya?" Tanyanya dengan sangat hati-hati.Sedangkan El ia masih memegang dadanya itu, ia masih menenangkan hatinya yang kurang ajar nya masih berdebar-debar mengingat kejadian tadi, lalu El pun menyentuh bibirnya yang masih merasakan bagaimana lembut nya
Kiara mengikuti langkah cepat dan lebar pimpinan sekaligus pemilik hotel itu. Langkah cepatnya El membuat Kiara pun menjadi cepat padahal ia saat ini menggunakan sepatu yang berhak cukup tinggi.Ketika mereka melangkahkan kaki, Kiara melihat seorang rekan kerjanya yang sedang mengepel lantai, dan mungkin El tidak memperhatikan nya, maklum saja dia adalah bos untuk apa memperhatikan bawahan nya secara detail."Awas pak El ada genangan a....aaaaaa." Mendengar Kiara berteriak dengan cepat El membalikkan tubuhnya dan dengan refleks menarik pinggang Kiara dengan tangan nya yang akan terjengkang itu. Kiara pun yang merasakan tubuhnya akan terjatuh menjengkang karena licin nya genangan air itu pun tanpa sadar menarik jas yang El kenakan saat ini, sehingga jika di slow motion gerakan mereka terlihat jelas saling tarik menarik, dan pada saat itu El tanpa sengaja mengecup kening Kiara saat Kiara menarik jas El dengan kedua tangan nya sehingga Kiara menabrak dada bidang El itu. S
Kiara menjamu semua tamu yang hadir dalam penjamuan tersebut, salah satu di antara mereka Kiara mengenalnya ya Kiara melihat Ferdi berada di sana duduk dengan santai nya. "Apa kak Ferdi masih sedang bekerja ya? Oh mungkin kak Ferdi di ajak bos nya kesini karena dia kan bekerja di perusahaan itu." batin Kiara. Dengan sopan dan ramah Kiara bersikap, semua tamu di sana pun sangat bersikap ramah. Kiara yang bertugas menjamu apapun yang mereka butuhkan dari mengambilkan makanan, minuman dan hidangan penutup. Terdengar dari obrolan mereka seperti pertemuan keluarga bukan seperti pertemuan kolega bisnis. Dan alangkah terkejutnya Kiara saat mendengar pemilik itu mengenalkan anaknya kepada semua tamu nya itu, dan anak yang di maksud nya adalah Ferdi kakak kelas Kiara semasa kuliah. Saat Kiara tak sengaja melihat Ferdi, Ferdi pun sedang menatap Kiara dan tersenyum tipis. Kiara membalas senyuman Ferdi kaku. Setelah selesai menjamu keluarga Ferdi yang masih
Setelah kejadian 350 itu terjadi hari hari Kiara jalani dengan ikhlas ya suatu kata yang mudah di ucapkan namun sulit untuk di jalani, tapi mau bagaimana lagi semua sudah terjadi Kiara meyakini bahwa setiap masalah pasti ada solusinya. Ya, solusi yang akan membuat nya susah seumur hidup Kiara. "Kiara" panggil seseorang, Kiara pun membalikkan badan nya untuk mengetahui siapa yang memanggil nya. "Kak Ferdi kakak lagi ngapain disini?" tanya Kiara pada Ferdi "Aku sedang kerja disini itu perusahaan tempat aku bekerja." ucapnya menunjukkan ke arah perusahaan besar dekat hotel Kiara bekerja. "Kak Ferdi kerja di perusahaan itu? Wah keren banget kakak bisa kerja di sana, itu kan perusahaan besar dan gak mudah orang bisa kerja di sana." ucap Kiara kagum. Ferdi hanya tersenyum dengan perkataan Kiara, "Kamu kerja di hotel ini?" tanya Ferdi melihat dari seragam Kiara. Kiara hanya mengangguk membenarkan pertanyaan Ferdi. "Wah kita bisa terus ketemu dong Kiara." cic
"Kamu tidak akan saya pecat, kamu masih bisa bekerja disini dan soal mengganti kerugian nya kamu bisa mencicil nya dengan uang gaji kamu selama kamu mampu." urai El penuh serius. Kiara melongo tidak percaya akan penawaran gila El, bagaimana mungkin uang sebanyak 350 juta di bayar dengan mencicil menggunakan uang gaji nya, bisa-bisa seumur hidup ia harus mencicil nya. "Kalau kamu tidak menerima penawaran saya kamu bisa membayar semua kerugian saya cash sekarang juga!" ancamnya. Kiara semakin melongo tak percaya dari mana ia bisa dapat kan uang sebanyak itu dengan waktu yang sangat cepat. Kiara menghela napas nya berat, "Baiklah pak saya terima penawaran yang pertama saja, saya akan mencicil nya, walaupun seumur hidup saya." ujarnya sendu dan pasrah. "Pilihan pertama lebih baik dari pada pilihan kedua sangat berat." ucap kiara dalam hatinya. "Baiklah kalau begitu, masalah sudah terselesaikan kan jadi mari kita bersalaman." ucapnya El lalu ia pun mengulurkan tan
Di sebuah ruangan El dan Kiara tengah berada, tadi El memerintahkan Kiara untuk mengikuti keruangan nya. El yang duduk di kursi kepemimpinan nya dengan santai sedangkan Kiara berdiri didepan meja El dengan wajah tertunduk, takut dan jantung berdebar kencang yang kini Kiara rasakan. Tangan yang berada di belakang tubuhnya ia remas pertanda bahwa seorang Kiara sedang sangat gugup. Bagaimana tidak gugup, berdua dalam satu ruangan dan sang bos besar sedang menatap secara intens tanpa ada kata-kata. "Ah kenapa pak El hanya diam saja tanpa berbicara, lebih baik aku di marahi oleh nya daripada di tatap seperti itu." batin Kiara dalam hatinya. "Apa aku yang harus lebih dulu berbicara dan minta maaf ya." batin nya takut. "Aku sangat merindukan sosok perempuan yang ada di hadapanku ini, dia sekarang berbeda, sangat cantik dan terlihat lebih dewasa, ingin rasanya aku memeluk nya dengan erat mengobati rasa rindu yang begitu dalam." batin El merindukan. "Maaf pak.
Hari demi hari, Minggu demi Minggu dan sekarang sudah 3 bulan berlalu Kiara bekerja. Dimana Kiara ia di tempatkan bekerja sebagai asisten manager hotel yang bertanggung jawab atas rekan-rekan kerja seperti para karyawan yang bekerja sebagai pelayan, bertanggung jawab atas semua yang harus dilakukan oleh para pelayan atas pelayanan terbaik terhadap para tamu hotel. "Ayok semua karyawan berkumpul semua, bos besar hari ini akan datang." ucap Bu manager pada semua karyawan dengan nada yang sangat tinggi dan penuh emosi. Semua para pekerja dan pelayan disana berkumpul dengan cepat karena terlihat Bu manager nya marah besar seperti nya ada masalah besar, dan dimana bos pemilik hotel yang tidak pernah datang hari ini akan datang bersama sekretaris nya. Semua karyawan kasak kusuk bertanya ada apa tapi tidak ada satu orangpun yang menjawab. Kiara yang sedang di dalam toilet belum mengetahui bahwa semua pekerja harus berkumpul, seorang bos besar pemilik sekaligus pemim
Waktu begitu sangat cepat tak terasa akhirnya Kiara pun tengah lulus kuliah nya di kampus dengan nilai yang lumayan untuk dirinya, jerih payahnya selama ini membuahkan hasil cukup membahagiakan selain ia bisa menyelesaikan pendidikan sarjana nya ia juga bisa menghasilkan uang sendiri untuk biaya pendidikannya. Pagi hari seperti biasa Kiara menyiapkan segala keperluan nya untuk berjualan, merapikan dan menata semua alat-alat dan buah-buahan supaya siap untuk nanti ketika ada pembeli datang. Ketika tengah asyik dengan kegiatannya sebuah panggilan telepon membuat ponselnya berdering sangat keras lalu ia pun mengangkat dan menerima panggilan telepon itu. "Iya selamat pagi juga, benar saya Kiara, ah terimakasih banyak ya." ucap Kiara saat menerima telepon. Setelah selesai panggilan itu Kiara pun tersenyum bahagia karena lamaran yang ia tuju di terima. *** Sore harinya Kiara pulang, ia akan memberi tahu ibu dan ayahnya bahwa dia di panggil o
Ah sial!" Umpat Tristan dengan kesal karena bagian bawah nya di tendang dengan sangat kuat oleh Kiara. Kiara dengan cepat mencari kunci pintu villa itu lalu membuka pintu itu segera, keluar dengan rasa takut di hati nya. "Sialan, Kiara!" Teriak Tristan dengan sangat kesal seraya memegang bagian bawah area terpentingnya itu karena merasa ngilu yang luar biasa. Kiara tidak mempedulikan panggilan Tristan padanya. I