Malam ini terasa sangat dingin. Namun, mungkin malam ini harusnya menjadi malam pertama bagi Leya dan Aldrich.Saat ini hanya Leya saja yang ada di dalam kamar Aldrich yang sudah di hiasi bunga bunga layaknya kamar pengantin.Tangisan tak henti hentinya membanjiri pipi Leya, entah suatu keberuntungan atau malah mungkin masalah baru dengan terjadinya pernikahan ini.Leya mengusap air matanya, "Kemalangan apa lagi yang akan aku terima ya Alloh" gumam Leya.KrettPintu terbuka menampakkan Aldrich yang saat ini baru saja datang ke kamarnya, tadi Aldrich datang ke rumah Leya untuk memastikan kalau Kenan baik baik saja.Aldrich juga membawa baju salin untuk Leya karena bisa Aldrich lihat kalau saat ini Leya masih memakai baju pengantin tadi siang.Sebenarnya membawa baju salin hanya alasan Aldrich untuk melihat kondisi orang tua Leya yang mungkin masih hancur karena kejadian tadi siang, dan benar saja orang tua Leya memohon agar Aldrich menyayangi Leya serta memperlakukan Leya dengan baik.
Pagi ini mata Aldrich perlahan terbuka dia saat ini tengah memeluk Leya yang sudah menjadi istrinya itu.Wajah Leya terhalang oleh rambut panjang dia, baru kali ini Aldrich melihat Leya tanpa kerudung.Senyuman terulas di bibir pria kejam yang tengah patah hati itu, Aldrich diam diam menciumi pipi Leya yang sangat tembam."Beruntung sekali aku menikahi janda muda ini" Aldrich membatin.Saat Aldrich mencoba untuk mengecup bibir mungil Leya, sayang aksinya itu malah di ketahui oleh Leya yang saat ini sudah terbangun dari tidurnya.Seulas senyuman Leya perlihatkan pada Aldrich, saat ini dia ingin ke kamar mandi dan melaksanakan sholat subuh karena saat ini sudah masuk waktu subuh.Aldrich bertanya tanya tentang apa yang Leya lakukan, dan kemarin Aldrich sudah menjadi mualaf dan mungkin mulai saat itu Aldrich sudah harus melakukan apa pun yang orang muslim lakukan."Bagaimana caranya sholat" Aldrich bergumam sendiri dia tidak tau bagaimana caranya dan bagaimana doanya.Aldrich melihat ke
Di salah satu pusat perbelanjaan Aldrich mengantarkan Leya dan Emly untuk berbelanja.Aldrich mengambil dompetnya yang ada di saku celananya."Ambil ini. Belanja apa pun yang kamu suka, Emly akan menemani kamu" sahut Aldrich."Nomor pin nya apa kak" tanya Emly."Tanggal pernikahan aku dan Leya" jawab Aldrich."Oke".Aldrich memegang tangan Leya."Belanjalah jangan marah lagi, aku harus pergi ada urusan sebentar" bisik Aldrich tepat di telinga wanita yang memakai kerudung itu.Hanya anggukan kepala yang Leya jawab untuk Aldrich, Leya menatap tubuh suaminya yang saat ini sudah Pergi dari sana."Kak kau harus tau kalau kakak selalu mempunyai urusan yang mendadak, jangan marah kalau kakak ada urusan bisa saja urusan itu memang sangat penting" ucap Emly."Urusan penting apa" tanya Leya."Pekerjaan, jadi kakak harus memaklumi hal ini" ucap Emly yang langsung memegang tangan kakaknya dan masuk ke salah satu toko pakaian yang berjajar rapi.**Di meja salah satu cafe yang cukup terkenal terli
Malam harinya Leya tidak bisa tidur apa lagi dia tidak bisa menemukan suaminya."Kemana tuan" gumam Leya.Leya menatap pada putra kecilnya itu, baru kali ini dia bisa membelikan putranya mainan yang banyak.Leya mengusap rambut bocah kecil itu, dalam dirinya Leya ingin sekali melihat putranya itu bahagia."Ken, semoga saja tuan Al bisa sayang padamu" gumam Leya.KrettPintu terbuka dan menampakan Aldrich yang baru saja pulang ke mansion besarnya itu.Leya mendekat pada suaminya dia langsung mencium punggung tangan Aldrich."Mau makan tuan" tanya Leya."Tidak perlu aku sudah makan barusan" jawab Aldrich yang langsung masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Leya di sana.Leya hanya terdiam saja, dia sudah memaklumi sikap Aldrich yang memang seperti itu padanya.Leya duduk di pinggir ranjang yang ukurannya sangat besar itu.Namun, Leya sadar diri. Dia tidak mungkin tidak di atas kasur itu bersama dengan Aldrich apa lagi saat ini Leya bersama dengan Kenan.Leya tau betul kalau Kenan tidak
Emly menatap pada kakak iparnya itu."Aku merasa ada yang aneh pada kakak, kamu merasa gak kak" tanya Emly pada Leya yang saat ini tengah makan."Aneh bagaimana" tanya Leya."Baru kali ini dia seperti itu, dia pulang larut malam dan berangkat pagi sekali" ujar Emly.Leya mengingat sesuatu, malam tadi dia melihat ada tanda merah di leher Aldrich, saat ini Leya tau kalau Aldrich sangat suka menyewa wanita malam.Namun, dalam pikiran Leya saat ini. apakah Aldrich menyewa wanita lain padahal Aldrich sudah punya istri?, Hanya pertanyaan itu yang ingin Leya tanyakan pada Aldrich."Sudahlah mungkin tuan sibuk" jawab Leya yang malas memperpanjang masalah itu.Yang paling Leya beruntungkan sekarang hanyalah Aldrich sayang pada Kenan layaknya seorang Ayah pada putranya dan hal itu yang Leya inginkan. Selebihnya Leya bisa menahan dirinya untuk tidak marah pada perlakuan Aldrich.Sedangkan di sisi lain saat ini Aldrich datang ke hotel Shasya. Aldrich membawa makanan yang Shasya inginkan, dia lang
"Aaaaaa"Leya berteriak memekikan telinga siapa pun yang mendengarnya, bagaimana tidak saat ini Leya ketakutan karena melihat Aldrich yang saat ini sudah ada di sampingnya."Ada apa kak" tanya Emly yang ikut panik."Tuan anda mengagetkan aku" ujar Leya dengan nafas yang memburu seperti baru saja melihat hantu di sore hari."Kakak ini, dia kak Aldrich bukan Zombie" ujar Emly.Aldrich mendudukkan tubuhnya di samping Leya yang saat ini ada di sana."Kenapa kalian nonton ini" tanya Aldrich."Ini Film yang di rekomendasikan kak" sahut Emly.Aldrich merebahkan tubuhnya dan kepalanya tertidur di paha Leya yang saat ini duduk di sofa yang cukup panjang.Tidak peduli kaki dia menggantung karena tubuh Aldrich lebih panjang dari sofa itu, Aldrich memejamkan matanya merasakan nyaman rebahan di paha Leya.Leya menatap pada kening Aldrich yang terluka."Tuan, kening anda terluka" ucap Leya."Ini luka biasa" jawab Aldrich dengan mata yang masih tertutup.Leya memastikan penglihatan dia semalam benar
"Wanita siapa itu? Shasya".Emly menajamkan penglihatannya, tapi sayang wanita itu masuk lagi ke paviliun yang cukup mewah itu."Apa itu benar Shasya ya" gumam Emly yang tau betul siapa Shasya.Emly merasa sangat penasaran dia langsung turun ke lantai bawah yang saat ini ada Leya dan Aldrich, sayang Emly tidak mungkin izin pada kakaknya untuk melihat paviliun."Emly" sahut Aldrich dengan tatapan mata yang tajam."Ya kak" tanya Emly yang langsung duduk di samping Leya."Jaga Leya, aku ada urusan" ketus Aldrich yang langsung pergi dari sana meninggalkan Leya dan Kenan.Emly yakin sekali kalau Aldrich pasti pergi ke paviliun yang ada Shasya di dalamnya."Aku tidak boleh membiarkan kakak seperti ini, dia sudah punya istri tapi kenapa kakak malah menyimpan wanita lain di paviliun" Emly membatin."Kak Leya, apa kak Al pernah menyentuh mu" tanya Emly yang saat ini menatap pada Leya."Kenapa memangnya" tanya Leya yang malu mengatakan hal itu pada Emly."Jawab aku kak, aku janji tidak akan mem
Emly mengintip di jendela paviliun yang saat ini di dalamnya ada Shasya.Dan benar sekali saat ini Shasya ada di sana tengah menonton televisi. Namun, yang paling membuat Emly terkejut adalah perut Shasya yang sangat buncit."Apa Shasya hamil" gumam Emly.Tiba tiba saja ada tangan yang memegang pundak Emly, hal itu membuat Emly terkejut dia langsung menatap pada orang yang ada di sampingnya itu."Kak" kejut Emly karena ketahuan mengintip Shasya."Sedang apa" tanya Aldrich menatap tajam pada Emly yang saat ini ada di sana.Tatapan itu membuat Emly merasa sangat ketakutan, apa lagi dada Aldrich terlihat turun naik seolah menahan amarah yang saat ini akan membuncah.Tangan Aldrich mencekal kuat tangan Emly, saat ini Aldrich menarik Emly untuk menjauh dari sana."Sakit kak" ringis Emly.Aldrich membawa Emly ke pintu utama rumah itu, Aldrich menatap tajam pada Emly yang saat ini ikut campur pada kehidupan dia."Kenapa kamu lancang" tanya Aldrich.Emly sebenarnya ketakutan, hanya saja dia m
Hari ini adalah hari pernikahan Granida dan Clara, mungkin sudah lima hari sejak Aldrich pingsan, Granida berharap kalau Aldrich bisa datang tapi sayangnya Aldrich masih pingsan dan sepertinya kondisinya kurang baik sekarang.Kata Dokter, kesehatan Aldrich semakin menurun apa lagi tidak ada makanan yang masuk kedalam tubuh Aldrich, bahkan Aldrich tidak bergerak sama sekali di atas tidur.Granida juga meminta Leya untuk datang tapi sayangnya Leya tidak akan datang karena dia cemas pada kondisi Aldrich, sekarang saja Aldrich tengah dirawat di rumah sakit ternama, kabarnya Leya dan Emly sering kali terlibat sebuah pertengkaran yang membuat keduanya salah paham.Van sudah kehabisan akal untuk memisahkan Leya dan Emly apa lagi ada Sinta juga yang menjadi pendukung Emly, keadaan keluarga itu sekarang sangat kacau. Tapi Granida juga tidak bisa melakukan apa pun, dia tadinya ingin menunda pernikahannya, tapi tidak mungkin karena persiapannya sudah selesai.Granida sudah mengucapkan janji suci
Emly sejak tadi menangis dan mengadu pada Sinta tentang masalah yang baru saja dikatakan oleh Van padanya, Emly merasa kalau dia tidak salah bahkan dia juga merasa kalau Sinta juga tidak akan mungkin melakukan hal seperti itu pada Aldrich."Kamu percayakan sama Tante?" tanya Sinta memastikan kalau Emly masih berada di pihaknya.Emly menganggukan kepalanya karena memang dia sangat percaya pada Sinta."Tante, aku gak suka Leya berkata seperti itu pada Tante, jahat sekali mulutnya." Emly mengusap air matanya yang sejak tadi berjatuhan membasahi pipinya."Sudahlah lagian Tante juga tau kalau Leya memang sangat membenci Tante sejak pertama Tante datang kesini," ucap Sinta."Aku akan buat perhitungan padanya!" geram Emly. Tangannya terkepal kuat karena emosinya yang dia tahan.Emly langsung keluar dari kamar Sinta, dia akan menuju ke kamar Leya. Sekarang Emly sudah sangat marah pada Leya apa lagi dalam pikiran Emly, yang salah itu adalah Leya karena Leya sudah mengijinkan Aldrich pergi pada
Van akhirnya bisa menemui Leya, dia akan memberi tahukan semuanya pada Leya, tapi sayangnya saat Van akan masuk ke kamar Aldrich terlihat kalau diluar ada Sinta yang tengah menelpon seseorang.Van merasa semakin curiga apa lagi Sinta berbicara dengan berbisik-bisik di telponnya."Apa jangan-jangan dugaan aku ini benar? Tante Sinta yang melakukannya? Jahat sekali dia!" geram Van.Van masih memantau Sinta hingga Sinta pergi dari sana dan sekarang adalah saatnya Van untuk masuk kedalam dan membicarakan semuanya pada Leya.Setelah semuanya terbongkar Van tak akan melakukan apa pun pada Sinta hanya saja Van mau Sinta merasakan apa yang Aldrich rasakan."Aku mencurigai Tante Sinta." ujar Van sambil menganggukkan kepalanya karena dia yakin dengan ucapannya itu."Kenapa kakak begitu yakin?" tanya Leya yang sebenarnya senang sekali karena Van akhirnya menyadari hal itu."Aku merasa kalau dia terlibat sangat aneh," papar Van.**Aldrich menatap pada tantenya yang baru saja pulang entah dari man
"Aku kurang tau. Tapi aku mencurigai seseorang!" "Siapa?" sela Leya. "Aku curiga pada Tasya." ujar Van. Leya menganggukan kepalanya. Tapi dia tidak percaya kalau Tasya yang akan melakukan hal itu, apa lagi dia tau sekali kalau Sinta yang melakukannya, hanya saja Leya tak bisa bicara sekarang karena Van pasti akan mengklaim kalau Leya memfitnah Sinta. "Apa jangan-jangan, Nyonya Sinta." ucap Saga yang langsung menatap Van dan Leya. "Hah, jangan memfitnah Saga. Kau tak punya bukti!" Van berucap dengan nada ketus. "Aku memang tak punya bukti, tapi dari racun itu menunjukan kalau obat itu tidak ada di apotek mana pun. Dan Nyonya Sinta dulunya pernah bekerja di rumah sakit, bisa saja dia meracik obat itu sendiri." ungkap Saga mengungkapkan semua kejanggalan yang dia rasakan. "Bisa jadi, tapi kita gak punya bukti." bantah Van. "Kak Van, kita bisa punya bukti kalau kita bisa bekerja sama." Leya berucap dengan penuh harap, Leya tak bisa menemukan bukti sendirian makannya dia
"Kata anak buah ku, Tasya diusir dari villa Aldrich." ujar Rayandra pada istrinya Risa. Risa menatap pada suaminya yang saat ini terlihat sangat kacau, Rayandra baru saja pulang dari pekerjaannya dan sepertinya Rayandra mempunyai masalah yang berat, tapi dia tidak bicara pada Risa. Risa mendekat pada suaminya, Risa memegang tangan Rayandra. "Ada apa?" tanya Risa. Rayandra menggelengkan kepalanya. "Tidak, bagaimana keadaan anak kita?" tanya Rayandra mengusap perut Risa yang masih sangat rata. "Sepertinya baik-baik saja." jawab Risa. Risa mendengar Rezha yang saat ini menangis, dia langsung menggendong Rezha dan memberikan susu pada bayi itu. Walaupun Risa bukanlah ibu kandungnya tapi Risa sangat sayang pada Rezha. "Bisa aku minta sesuatu?" tanya Rayandra menatap pada Risa yang saat ini menunggu lanjutan dari ucapan Rayandra. "Bisakah kamu jauhi Danan, aku tidak suka padanya." paparnya. "Kenapa? Apa dia salah?" tanya Risa. "Tidak, hanya saja aku baru tau kalau dahulu Danan lah
Flashback on Di markas preman. Aldrich dan semua anak buahnya datang ke sana, mereka masuk kedalam markas yang sangat besar yang beranggotakan lima belas orang itu. Jika saling menyerang, tentu saja Aldrich lah yang akan menang. tapi sekarang yang paling penting adalah bernegosiasi agar mereka tidak lagi menganggu Aldrich dan anak buahnya untuk mengantar barang melewati jalan kawasan mereka. "Dimana ketua kalian?" tanya Aldrich dengan tatapan tajam yang membuat orang-orang yang melihatnya takut melihat Aldrich yang berwajah garang. Seorang pria paruh baya berjalan mendekat kearah Aldrich. "Ada apa?" tanyanya menatap Aldrich dari atas sampai bawah. "Kamu?" tanya Aldrich yang mendapatkan anggukan kepala dari pria paruh baya itu. "Bagus kalau begitu, aku datang untuk bernegosiasi bersama dengan kalian!" tegas Aldrich berusaha untuk tetap tenang dan tidak emosional. "Nego? Untuk apa?" tanya pria itu. "Perkenalkan nama aku, Aldrich. Kau tau Blooder?" tanya Aldrich menatap pada se
Leya terlihat sangat panik, pagi ini dia dikejutkan dengan pesan kalau Aldrich pingsan dari semalam, Leya yakin kalau suaminya itu tidak meminum obat yang dia berikan. Leya merasa kalau racun dalam tubuh Aldrich belum hilang karena sekarang saja Aldrich pingsan karena telat meminum obat itu. Leya menatap ke arah gerbang yang terlihat kosong, dia menanti Aldrich untuk dibawa pulang, katanya mereka masih dalam perjalanan menuju ke sana. Leya menyiapkan sebuah obat yang sudah dia larutkan kedalam air, Leya juga berjaga-jaga takutnya Sinta akan melakukan hal yang macam-macam padanya. "Kak," panggil Emly dari ambang pintu kamar Leya. "Kak, benar katanya kak Aldrich pingsan?" tanya Emly yang langsung mendekat pada Leya dengan tatapan khawatir. Leya menganggukan kepalanya. "Katanya 'Ya' tapi kita lihat saja nanti, semoga saja dia baik-baik saja." jawab Leya. "Kenapa kakak berangkat malam hari?" tanya Emly. "Katanya ada pekerjaan penting, aku gak tau dia pergi kemana." papar Leya. "A
Aldrich sengaja mengumpulkan semua pelayan yang ada di Villanya itu, hanya ada Tasya dan Bu Ani sedangkan semua anak buahnya berada diluar Villa untuk memastikan tidak terjadi macam-macam didalam Villa tuannya itu. Mereka sudah tau kalau Aldrich mengumpulkan semua orang, maka ada masalah yang terjadi disana. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Aldrich menatap tajam pada Tasya. Semua orang hanya diam saja tanpa ada yang bertanya alasan Aldrich mengumpulkan mereka, mereka seolah-olah takut pada Aldrich padahal dibelakang Aldrich banyak sekali yang mau mencelakai Aldrich. Hal seperti itu memang sudah biasa bagi Aldrich, tapi jika Aldrich tau siapa orangnya maka tak akan ada ampun bagi mereka yang sudah mengkhianatinya. "Jawab aku!" bentak Aldrich kembali bertanya pada Tasya yang hanya diam saja. "Kak, percuma bicara padanya." ujar Emly yang saat ini duduk di sofa bersama dengan anak-anak. "Tasya, apa harus aku cambuk dahulu lalu kau akan bicara?" tanya Aldrich menatap tajam pada
Tasya yang saat ini sedang berjalan kearah paviliun langsung terkejut saat ada seseorang yang langsung menarik tangannya, Tasya juga meringis kesakitan saat orang itu mendorong Tasya sampai tubuhnya mentok di tembok."Argh!" ringis Tasya kesakitan."Diam! Tasya, sebaiknya kau cepat pergi dari sini!" usul kekasih Tasya dengan tegas."Paul, aku datang kesini karena kamu 'kan? Jadi, kenapa aku harus pergi? Kamu juga jarang ada disini? Aku merasa aman disini!" protes Tasya membantah setiap kata yang Paul minta."Lalu, siapa yang meminta kamu membuat masalah dengan wanitanya Rayandra, kamu harus tau kalau Rayandra itu musuh tuan Aldrich. Kalau saja Rayandra marah dia pasti akan marah pada tuan Aldrich bukan padamu." terang Paul, dia berusaha agar Tasya sadar dan mau pergi dari sana.Hal ini memang kesalahan Paul yang sudah membawa Tasya masuk kedalam sana, tapi saat itu situasinya berbeda karena Paul tak terima kalau Tasya dinikahkan dengan laki-laki pilihan Ayahnya Tasya.Paul merasa kala