"Wanita siapa itu? Shasya".Emly menajamkan penglihatannya, tapi sayang wanita itu masuk lagi ke paviliun yang cukup mewah itu."Apa itu benar Shasya ya" gumam Emly yang tau betul siapa Shasya.Emly merasa sangat penasaran dia langsung turun ke lantai bawah yang saat ini ada Leya dan Aldrich, sayang Emly tidak mungkin izin pada kakaknya untuk melihat paviliun."Emly" sahut Aldrich dengan tatapan mata yang tajam."Ya kak" tanya Emly yang langsung duduk di samping Leya."Jaga Leya, aku ada urusan" ketus Aldrich yang langsung pergi dari sana meninggalkan Leya dan Kenan.Emly yakin sekali kalau Aldrich pasti pergi ke paviliun yang ada Shasya di dalamnya."Aku tidak boleh membiarkan kakak seperti ini, dia sudah punya istri tapi kenapa kakak malah menyimpan wanita lain di paviliun" Emly membatin."Kak Leya, apa kak Al pernah menyentuh mu" tanya Emly yang saat ini menatap pada Leya."Kenapa memangnya" tanya Leya yang malu mengatakan hal itu pada Emly."Jawab aku kak, aku janji tidak akan mem
Emly mengintip di jendela paviliun yang saat ini di dalamnya ada Shasya.Dan benar sekali saat ini Shasya ada di sana tengah menonton televisi. Namun, yang paling membuat Emly terkejut adalah perut Shasya yang sangat buncit."Apa Shasya hamil" gumam Emly.Tiba tiba saja ada tangan yang memegang pundak Emly, hal itu membuat Emly terkejut dia langsung menatap pada orang yang ada di sampingnya itu."Kak" kejut Emly karena ketahuan mengintip Shasya."Sedang apa" tanya Aldrich menatap tajam pada Emly yang saat ini ada di sana.Tatapan itu membuat Emly merasa sangat ketakutan, apa lagi dada Aldrich terlihat turun naik seolah menahan amarah yang saat ini akan membuncah.Tangan Aldrich mencekal kuat tangan Emly, saat ini Aldrich menarik Emly untuk menjauh dari sana."Sakit kak" ringis Emly.Aldrich membawa Emly ke pintu utama rumah itu, Aldrich menatap tajam pada Emly yang saat ini ikut campur pada kehidupan dia."Kenapa kamu lancang" tanya Aldrich.Emly sebenarnya ketakutan, hanya saja dia m
TokkTokk"Emly, kalian dengar aku kan" tanya Leya sambil mengetuk ngetuk pintu kamar Emly yang tadi di kunci oleh Aldrich."Kak" teriak Emly yang saat ini bersama dengan Van di dalam kamarnya."Aku akan susul tuan, aku akan minta kuncinya" Leya langsung pergi dari sana menuju ke arah Aldrich yang saat ini ada di paviliun mansion itu.Sedangkan Emly saat ini menatap pada Van yang hanya diam saja.Laki laki mes um itu sangat mudah merasa tegang jika bersama dengan seorang wanita."Kak coba kamu dobrak pintunya" pinta Emly.Van bangkit dari duduknya. Namun, saat ini tatapan matanya tidak bisa lepas dari Emly."Kak sadarlah" geram Emly pada Van.Sudah beberapa tahun Emly bersama dengan Van, dan Emly sangat tau bagaimana dengan Van yang selalu resah jika bersama dengan seorang wanita."Ya Em" ucap Van yang mencoba membuka pintu kamar Emly, tapi sayang saat knop pintu di tarik oleh Van.Knop pintu itu malah terlepas dari pintu, "Maafkan aku Em" ucap Van."Arghh, kakak ini yang benar saja"
Suara Adzan berkumandang terdengar sampai ke telinga wanita berusia 20 tahunan itu, wanita berkerudung itu melupakan sesuatu karena terlalu nyaman dengan selimut dan bantal dia yang empuk.Janda beranak satu itu terbangun dia menyelimuti kembali putranya yang tertidur di sampingnya.Pipinya masih berdenyut. Namun, Leya berpura pura untuk melawan rasa sakit itu.Dalam hatinya ada rasa marah pada orang itu, Leya tidak sesabar itu dalam menghadapi kenyataan hidupnya, hanya saja mungkin Leya tetap diam karena takut untuk melawan.Leya langsung menuju ke kamar mandi, dia mengambil air wudhu agar dia bisa melaksanakan sholat subuh.Tetapi, dia langsung teringat dengan Adik iparnya yang semalaman bersama dengan laki laki di kamar."Astaghfirullah aku lupa pada Emly" gumam Leya yang langsung menyudahi aktivitas dia yang tengah berwudhu.Leya menuju ke ranjang, dia mencari sesuatu yang semalam dia ambil dari saku Aldrich.Sayang seribu sayang, Leya tidak menemukan barang yang dia cari itu."Ak
Gerimis turun dari langit yang terlihat mulai mendung, Leya langsung terpogoh pogoh untuk mengambil jemuran dia yang sudah mulai kering.Namun, tatapan mata istri Aldrich itu fokus pada seseorang yang berbaring di tanah membiarkan kulit mulusnya terkena air hujan."Nona biar saya yang angkat jemuran" sahut anak buah Aldrich.Baru kali ini anak buah Aldrich mau mengangkat jemuran milik majikannya.Sedangkan Leya mendekat pada wanita dengan rambut panjang itu."Astaghfirullah" gumam Leya yang melihat ternyata wanita itu pingsan di tanah.Leya mencoba menggoyangkan tangan wanita itu, tapi sayang tidak ada respon dari wanita itu."Nona anda kenapa hujan hujanan" sahut anak buah Aldrich yang langsung membukakan payung untuk Leya.Leya menatap pada anak buah Aldrich yang bertanya tanya itu."Apa kamu kenal" tatapan mata Leya berharap anak buah Aldrich tau siapa wanita itu."Dia Nona Shasya"."Siapa Nona Shasya? Kamu kenal?" Cecar Leya."Kekasih tuan Aldrich"."Hah, Kekasih?" Kejut Leya.Bra
Hening...Hanya hening yang terasa oleh dua insan yang berada dalam satu ruangan itu.Leya bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun pada suaminya itu.Bahkan Aldrich juga hanya terdiam sambil mencari topik pembicaraan untuk menjelaskan pada Leya kalau dia dan Shasya itu tidak ada apa apa."Nona ini pakaian anda" ujar anak buah Aldrich yang baru kembali dari Mansion untuk mengambil pakaian milik Leya dan Aldrich."Terimakasih pak" ucap Leya.Leya langsung pergi dari sana menuju ke arah toilet yang ada di rumah sakit.Leya langsung mengganti pakaian dia yang basah.Leya menatap pada cermin yang besar yang ada di kamar mandi itu."Apa bayi yang wanita itu kandung adalah anak dari Tuan Al" gumam Leya.Pemikiran itu yang selalu muncul di benak Leya, bukan tanpa alasan tapi Leya tau betul siapa Aldrich.Suaminya itu sangat suka gunta ganti pasangan tidur, dan Leya berpikir kalau Shasya adalah wanita yang hamil anak Aldrich.AaaaaTeriak seorang wanita yang membuat Leya tersadar, dia langsu
TukAldrich mengetok kepala Leya yang saat ini terlihat sangat menggemaskan di mata Aldrich."Kau pikir aku akan selingkuh dari mu" ujar Aldrich."Ya kau selingkuh, buktinya kau tidur dengan dia" ucap Leya."Aku tidak mungkin melakukan sesuatu pada Shasya, aku malas sekali mencicipi wanita bekas sahabat aku sendiri"."Oh".Aldrich menatap pada Leya, rasanya dia gemas sekali pada wanita itu, sayangnya Aldrich masih marah apa lagi barusan Leya berbicara dengan orang lain."Siapa pria tadi" tanya Aldrich."Danan, teman aku" jawab Leya.Aldrich mencekal tangan Leya dia membawa wanita itu menuju kearah toilet yang ada di sana.Aldrich mengunci pintu kamar mandi di rumah sakit itu."Ada apa tuan" tanya Leya.Aldrich mendorong Leya ke dinding kamar mandi itu, dia memegang kedua tangan Leya dan mengarahkan ke atas kepala Leya.Dengan buas Aldrich mengecupi bibir mungil Leya, tidak ada berontak dari Leya, dia hanya menerima perlakuan Aldrich padanya dengan pasrah.Namun, Leya mengingat tentang
"Danan" bentak Shasya."Jangan marah, aku baik kok" tawa renyah terdengar dari mulut busuk itu.Perbedaan usia mereka sangat jauh. Namun, kenyataannya Shasya masih terlihat sangat muda walaupun usianya sudah menginjak kepala tiga."Sabar Tante"."Keluar Danan, aku muak melihat wajah munafik seperti mu".Shasya terlanjur marah dia tidak mau Danan semakin memanfaatkan dia.Shasya sudah terlanjur suka pada Rayandra, sayangnya Danan memfitnah Shasya sehingga membuat Shasya menjadi buruk di mata Rayandra.Danan menarik pakaian Shasya, hingga membuat pakaian rumah sakit itu sobek di bagian bahunya."Luka ini, hahahaha, kau tau karena luka mu ini! Aku punya masalah besar" geram Danan."Lepaskan aku Danan".Shasya berusaha melepaskan cekalan tangan Danan yang sangat kuat di bahunya."Aku kesakitan" Shasya meringis, tapi sayang manusia iblis seperti Danan tidak akan mungkin melepaskan Shasya begitu mudah."Kau kesakitan Tante" tanya Danan tertawa terbahak-bahak."Dasar bocah ingusan" geram Sha
Hari ini adalah hari pernikahan Granida dan Clara, mungkin sudah lima hari sejak Aldrich pingsan, Granida berharap kalau Aldrich bisa datang tapi sayangnya Aldrich masih pingsan dan sepertinya kondisinya kurang baik sekarang.Kata Dokter, kesehatan Aldrich semakin menurun apa lagi tidak ada makanan yang masuk kedalam tubuh Aldrich, bahkan Aldrich tidak bergerak sama sekali di atas tidur.Granida juga meminta Leya untuk datang tapi sayangnya Leya tidak akan datang karena dia cemas pada kondisi Aldrich, sekarang saja Aldrich tengah dirawat di rumah sakit ternama, kabarnya Leya dan Emly sering kali terlibat sebuah pertengkaran yang membuat keduanya salah paham.Van sudah kehabisan akal untuk memisahkan Leya dan Emly apa lagi ada Sinta juga yang menjadi pendukung Emly, keadaan keluarga itu sekarang sangat kacau. Tapi Granida juga tidak bisa melakukan apa pun, dia tadinya ingin menunda pernikahannya, tapi tidak mungkin karena persiapannya sudah selesai.Granida sudah mengucapkan janji suci
Emly sejak tadi menangis dan mengadu pada Sinta tentang masalah yang baru saja dikatakan oleh Van padanya, Emly merasa kalau dia tidak salah bahkan dia juga merasa kalau Sinta juga tidak akan mungkin melakukan hal seperti itu pada Aldrich."Kamu percayakan sama Tante?" tanya Sinta memastikan kalau Emly masih berada di pihaknya.Emly menganggukan kepalanya karena memang dia sangat percaya pada Sinta."Tante, aku gak suka Leya berkata seperti itu pada Tante, jahat sekali mulutnya." Emly mengusap air matanya yang sejak tadi berjatuhan membasahi pipinya."Sudahlah lagian Tante juga tau kalau Leya memang sangat membenci Tante sejak pertama Tante datang kesini," ucap Sinta."Aku akan buat perhitungan padanya!" geram Emly. Tangannya terkepal kuat karena emosinya yang dia tahan.Emly langsung keluar dari kamar Sinta, dia akan menuju ke kamar Leya. Sekarang Emly sudah sangat marah pada Leya apa lagi dalam pikiran Emly, yang salah itu adalah Leya karena Leya sudah mengijinkan Aldrich pergi pada
Van akhirnya bisa menemui Leya, dia akan memberi tahukan semuanya pada Leya, tapi sayangnya saat Van akan masuk ke kamar Aldrich terlihat kalau diluar ada Sinta yang tengah menelpon seseorang.Van merasa semakin curiga apa lagi Sinta berbicara dengan berbisik-bisik di telponnya."Apa jangan-jangan dugaan aku ini benar? Tante Sinta yang melakukannya? Jahat sekali dia!" geram Van.Van masih memantau Sinta hingga Sinta pergi dari sana dan sekarang adalah saatnya Van untuk masuk kedalam dan membicarakan semuanya pada Leya.Setelah semuanya terbongkar Van tak akan melakukan apa pun pada Sinta hanya saja Van mau Sinta merasakan apa yang Aldrich rasakan."Aku mencurigai Tante Sinta." ujar Van sambil menganggukkan kepalanya karena dia yakin dengan ucapannya itu."Kenapa kakak begitu yakin?" tanya Leya yang sebenarnya senang sekali karena Van akhirnya menyadari hal itu."Aku merasa kalau dia terlibat sangat aneh," papar Van.**Aldrich menatap pada tantenya yang baru saja pulang entah dari man
"Aku kurang tau. Tapi aku mencurigai seseorang!" "Siapa?" sela Leya. "Aku curiga pada Tasya." ujar Van. Leya menganggukan kepalanya. Tapi dia tidak percaya kalau Tasya yang akan melakukan hal itu, apa lagi dia tau sekali kalau Sinta yang melakukannya, hanya saja Leya tak bisa bicara sekarang karena Van pasti akan mengklaim kalau Leya memfitnah Sinta. "Apa jangan-jangan, Nyonya Sinta." ucap Saga yang langsung menatap Van dan Leya. "Hah, jangan memfitnah Saga. Kau tak punya bukti!" Van berucap dengan nada ketus. "Aku memang tak punya bukti, tapi dari racun itu menunjukan kalau obat itu tidak ada di apotek mana pun. Dan Nyonya Sinta dulunya pernah bekerja di rumah sakit, bisa saja dia meracik obat itu sendiri." ungkap Saga mengungkapkan semua kejanggalan yang dia rasakan. "Bisa jadi, tapi kita gak punya bukti." bantah Van. "Kak Van, kita bisa punya bukti kalau kita bisa bekerja sama." Leya berucap dengan penuh harap, Leya tak bisa menemukan bukti sendirian makannya dia
"Kata anak buah ku, Tasya diusir dari villa Aldrich." ujar Rayandra pada istrinya Risa. Risa menatap pada suaminya yang saat ini terlihat sangat kacau, Rayandra baru saja pulang dari pekerjaannya dan sepertinya Rayandra mempunyai masalah yang berat, tapi dia tidak bicara pada Risa. Risa mendekat pada suaminya, Risa memegang tangan Rayandra. "Ada apa?" tanya Risa. Rayandra menggelengkan kepalanya. "Tidak, bagaimana keadaan anak kita?" tanya Rayandra mengusap perut Risa yang masih sangat rata. "Sepertinya baik-baik saja." jawab Risa. Risa mendengar Rezha yang saat ini menangis, dia langsung menggendong Rezha dan memberikan susu pada bayi itu. Walaupun Risa bukanlah ibu kandungnya tapi Risa sangat sayang pada Rezha. "Bisa aku minta sesuatu?" tanya Rayandra menatap pada Risa yang saat ini menunggu lanjutan dari ucapan Rayandra. "Bisakah kamu jauhi Danan, aku tidak suka padanya." paparnya. "Kenapa? Apa dia salah?" tanya Risa. "Tidak, hanya saja aku baru tau kalau dahulu Danan lah
Flashback on Di markas preman. Aldrich dan semua anak buahnya datang ke sana, mereka masuk kedalam markas yang sangat besar yang beranggotakan lima belas orang itu. Jika saling menyerang, tentu saja Aldrich lah yang akan menang. tapi sekarang yang paling penting adalah bernegosiasi agar mereka tidak lagi menganggu Aldrich dan anak buahnya untuk mengantar barang melewati jalan kawasan mereka. "Dimana ketua kalian?" tanya Aldrich dengan tatapan tajam yang membuat orang-orang yang melihatnya takut melihat Aldrich yang berwajah garang. Seorang pria paruh baya berjalan mendekat kearah Aldrich. "Ada apa?" tanyanya menatap Aldrich dari atas sampai bawah. "Kamu?" tanya Aldrich yang mendapatkan anggukan kepala dari pria paruh baya itu. "Bagus kalau begitu, aku datang untuk bernegosiasi bersama dengan kalian!" tegas Aldrich berusaha untuk tetap tenang dan tidak emosional. "Nego? Untuk apa?" tanya pria itu. "Perkenalkan nama aku, Aldrich. Kau tau Blooder?" tanya Aldrich menatap pada se
Leya terlihat sangat panik, pagi ini dia dikejutkan dengan pesan kalau Aldrich pingsan dari semalam, Leya yakin kalau suaminya itu tidak meminum obat yang dia berikan. Leya merasa kalau racun dalam tubuh Aldrich belum hilang karena sekarang saja Aldrich pingsan karena telat meminum obat itu. Leya menatap ke arah gerbang yang terlihat kosong, dia menanti Aldrich untuk dibawa pulang, katanya mereka masih dalam perjalanan menuju ke sana. Leya menyiapkan sebuah obat yang sudah dia larutkan kedalam air, Leya juga berjaga-jaga takutnya Sinta akan melakukan hal yang macam-macam padanya. "Kak," panggil Emly dari ambang pintu kamar Leya. "Kak, benar katanya kak Aldrich pingsan?" tanya Emly yang langsung mendekat pada Leya dengan tatapan khawatir. Leya menganggukan kepalanya. "Katanya 'Ya' tapi kita lihat saja nanti, semoga saja dia baik-baik saja." jawab Leya. "Kenapa kakak berangkat malam hari?" tanya Emly. "Katanya ada pekerjaan penting, aku gak tau dia pergi kemana." papar Leya. "A
Aldrich sengaja mengumpulkan semua pelayan yang ada di Villanya itu, hanya ada Tasya dan Bu Ani sedangkan semua anak buahnya berada diluar Villa untuk memastikan tidak terjadi macam-macam didalam Villa tuannya itu. Mereka sudah tau kalau Aldrich mengumpulkan semua orang, maka ada masalah yang terjadi disana. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Aldrich menatap tajam pada Tasya. Semua orang hanya diam saja tanpa ada yang bertanya alasan Aldrich mengumpulkan mereka, mereka seolah-olah takut pada Aldrich padahal dibelakang Aldrich banyak sekali yang mau mencelakai Aldrich. Hal seperti itu memang sudah biasa bagi Aldrich, tapi jika Aldrich tau siapa orangnya maka tak akan ada ampun bagi mereka yang sudah mengkhianatinya. "Jawab aku!" bentak Aldrich kembali bertanya pada Tasya yang hanya diam saja. "Kak, percuma bicara padanya." ujar Emly yang saat ini duduk di sofa bersama dengan anak-anak. "Tasya, apa harus aku cambuk dahulu lalu kau akan bicara?" tanya Aldrich menatap tajam pada
Tasya yang saat ini sedang berjalan kearah paviliun langsung terkejut saat ada seseorang yang langsung menarik tangannya, Tasya juga meringis kesakitan saat orang itu mendorong Tasya sampai tubuhnya mentok di tembok."Argh!" ringis Tasya kesakitan."Diam! Tasya, sebaiknya kau cepat pergi dari sini!" usul kekasih Tasya dengan tegas."Paul, aku datang kesini karena kamu 'kan? Jadi, kenapa aku harus pergi? Kamu juga jarang ada disini? Aku merasa aman disini!" protes Tasya membantah setiap kata yang Paul minta."Lalu, siapa yang meminta kamu membuat masalah dengan wanitanya Rayandra, kamu harus tau kalau Rayandra itu musuh tuan Aldrich. Kalau saja Rayandra marah dia pasti akan marah pada tuan Aldrich bukan padamu." terang Paul, dia berusaha agar Tasya sadar dan mau pergi dari sana.Hal ini memang kesalahan Paul yang sudah membawa Tasya masuk kedalam sana, tapi saat itu situasinya berbeda karena Paul tak terima kalau Tasya dinikahkan dengan laki-laki pilihan Ayahnya Tasya.Paul merasa kala