Sontak Syahira langsung mendongakkan wajahnya, menatap tajam wajah Luna. Ia sama sekali tak terima jika dirinya dituduh sebagai wanita panggilan. Karena, ia tak seperti apa yang dituduhkan oleh atasannya.
"Maaf, Bu Luna. Aku bukan wanita seperti itu!" sanggah Syahira.
"Oh, ya? Lalu, apa namanya jika bukan wanita panggilan, hah? Datang ke hotel bersama dengan seorang pria beristri, bahkan, lihat, tanganmu saja digandeng seperti itu oleh Tuan Rinto," ucap Rena dengan suara yang cukup keras, sehingga membuat beberapa pengunjung yang berada di hotel itu menatap ke arah Syahira. Sepertinya, Rena memang sengaja melakukan hal itu untuk mempermalukan Syahira.
"Aku ...."
Tuan Rinto langsung memotong perkataan Syahira.
"Ini bukan urusanmu, Luna. Jadi, kamu tidak perlu capek-capek untuk mengurusi Syahira!" tegasnya. "Ayo kita naik, Syahira!"
Tuan Rinto kembali menarik tangan Syahira untuk segera pergi meninggalkan Luna dan langsung memasuki lift.
"Iiiihh ... siapa juga yang mau mengurusi pelayan kampung itu. Gak ada kerjaan banget!" gerutu Luna sepeninggal Tuan Rinto. "Tapi, ini kabar bagus. Sekarang, aku punya ide," gumamnya kemudian ia tersenyum menyeringai.
Luna mengambil ponselnya lalu mengambil gambar Syahira dari belakang yang sedang digandeng tangannya oleh Tuan Rinto. Setelah mendapatkan foto Syahira, Luna tersenyum puas.
Luna segera mengirim foto Syahira pada Samuel lewat aplikasi berwarna hijau. Ia tersenyum sangat puas setelah foto Syahira sedang bersama dengan Tuan Rinto, kini sudah terkirim pada ponsel Samuel.
"Mampus kamu, Syahira. Samuel pasti akan membencimu."****
"Pakaikan gaun itu padanya dan dandani dia!" titah Tuan Rinto pada Della, yang tak lain adalah asisten pribadinya.
Kemudian, pengusaha kaya raya itu duduk di atas sofa menghadap televisi.
Della segera mengangguk dan menjawab hormat. "Baik, Tuan...."
Perempuan itu lalu mendekati Syahira yang sedari tadi masih berdiri di ambang pintu. Ia sama sekali tak ingin masuk ke dalam kamar hotel tersebut.
"Ayo, ikut aku!" Dengan kasar, Della langsung menarik tangan Syahira.
"Aku tidak mau! Aku mohon, izinkan aku pergi dari sini." Syahira berbicara dengan berurai air mata. Ia benar-benar takut sekarang.
Namun, Della tidak peduli. "Gak usah banyak protes, deh! Harusnya kamu senang bisa diajak kesini oleh Tuan Rinto. Kalau kamu bisa memuaskan Tuan Rinto, hidupmu dijamin bahagia dan bergelimang harta!" seru Della.
"Tapi, aku bukan perempuan seperti itu." Syahira mencoba menjelaskan.
Tanpa menunggu lagi, Della langsung menarik tangan Syahira dan masuk ke dalam.
"Ayo, buka bajumu!" titah Della.
Syahira membelalakan matanya. "Di sini?" tanyanya. Ia tak mau jika harus berganti pakaian di tempat itu, sementara ada Tuan Rinto yang akan melihatnya.
Della menganggukkan kepalanya dan tersenyum sinis. "Iya! Terus di mana lagi?" hardiknya.
Syahira mengedarkan pandangannya. Tak ada ruangan lagi di tempat itu. Hanya ada kamar mandi.
"Aku ganti di kamar mandi saja," ucapnya.
Asisten Tuan Rinto itu mengehela nafasnya, malas. "Huh, bikin repot aja! Nanti juga seluruh tubuhmu itu akan dilihat oleh Tuan Rinto!" desisnya.
Namun, Syahira tak memperdulikan perkataan Della. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Syahira sudah memakai gaun seksi pemberian Tuan Rinto.
"Ya ampun, gaunnya seksi banget. Aku gak mau keluar memakai baju kayak gini," gumam Syahira.
Ia melihat bayangan dirinya di depan cermin yang ada di dalam toilet tersebut.
Gaun berwarna hitam itu memang sangat seksi, sehingga memperlihatkan beberapa bagian tubuh Syahira. Dada dan lengannyanya tereskpos dengan sempurna. Panjang gaun itu juga tak hanya sampai selutut, hingga memperlihatkan kakinya yang jenjang."Hei, buka pintunya, aku akan mendandanimu!" teriak Della dari depan pintu kamar mandi tiba-tiba. Wanita itu terdengar kesal karena Syahira tampak sengaja mengunci pintunya.
Bahkan, Della terus saja menggedor pintu kamar mandi terus-menerus.
Syahira pun tidak ada pilihan lain.
Perlahan, ia membuka pintu kamar mandi.Namun, Della sudah menatapnya tajam "Heh, jangan sampai kamu membuat Tuan Rinto kecewa, ya. Kalau tidak, dia tidak segan untuk menghancurkan hidupmu!" ancam wanita itu.
Tuan Rinto memang terkenal sangat kejam, dia tak segan akan menghancurkan orang yang berani melawannya.
Della tahu itu dan merasa malas jika harus mendapat tugas tambahan karena Syahira. "Pokoknya, jangan berani melawannya!"
******
Sementara itu, di sebuah rumah mewah. Samuel yang sedang makan malam dengan ayahnya dikejutkan dengan pesan yang masuk lewat aplikasi berwarna hijau.
Kedua matanya membulat sempurna saat melihat siapa yang ada di dalam foto tersebut."Kamu kenapa, Sam?" tanya Romi yang penasaran dengan perubahan ekspresi wajah putranya.
"Yah, lihat ini!"
Samuel lantas menyerahkan benda pipih itu pada ayahnya.
"Apakah benar itu Syahira? tanyanya untuk memastikan.
Romi menautkan kedua alisnya. "Ya, ini memang Syahira. Dan Ayah juga kenal siapa pria yang menggandeng tangannya."
"Siapa pria itu, Yah? Lalu kenapa Syahira bersama dengan pria itu di hotel?" tanya Samuel yang sangat penasaran.
Romi melihat siapa yang mengirim pesan itu. "Luna?" gumamnya.
Wajah ayah dari Samuel tiba-tiba berubah. "Sekarang, kamu harus selamatkan Syahira dari pria itu. Nanti, Ayah akan menjelaskan kepadamu alasannya."
Tanpa menjawab lagi, Samuel lantas segera pergi menuju hotel Sahara.
****
"Kamu memang sangat cantik, Syahira. Tak sia-sia aku mengeluarkan banyak uang untukmu. Setelah malam ini, kamu akan menjadi milikku selamanya. Hahahaha ...."
Tuan Rinto memindai penampilan Syahira dari ujung kaki, hingga ujung rambutnya. Syahira benar-benar terlihat sangat cantik dan juga seksi.
Sementara itu, Syahira merasa sangat risih dengan penampilannya saat ini. Ini kali pertama dalam hidupnya memakai gaun yang seksi.
"Maksud Tuan, apa?"
"Ayo kita menuju restoran. Aku sudah sangat lapar. Nanti, kamu makan yang banyak, ya, cantik. Agar tubuhmu fit saat melayaniku nanti." Tuan Rinto tak menjawab pertanyaan Syahira. Ia justru langsung menarik tangan Syahira untuk segera turun dan menuju restoran.
Sementara itu, Luna tak sabar untuk menunggu kedatangan Samuel. Ia yakin jika Samuel pasti akan datang.
"Nah, itu dia," ucapnya saat melihat Samuel yang sudah masuk ke dalam hotel.
"Di mana Syahira?" tanya Samuel.
"Ayo ikut aku!"
Luna tersenyum penuh kemenangan. Ia yakin Samuel pasti akan sangat marah mengetahui jika Syahira ternyata adalah seorang wanita panggilan.
Sebuah kebetulan .... ternyata, Syahira dan Tuan Rinto pun baru saja keluar dari lift.
Mereka berpapasan dengan Luna dan juga Samuel."Syahira!"
Samuel langsung memanggil Syahira.
Luna tersenyum menyeringai. 'Mampus kamu, Syahira!' batinnya.
Namun, tanpa diduga Samuel langsung menarik tangan Syahira. Pria itu bahkan membuka jasnya dan langsung memakaikannya pada Syahira. "Ikut aku sekarang!"
"Ikut aku sekarang!" Samuel menarik tangan Syahira, mengajaknya untuk meninggalkan hotel tersebut. Tentu saja Syahira sangat shock, karena tiba-tiba Samuel datang. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, Samuel melepaskan jasnya, kemudian memakaikan pada Syahira. Menutupi bagian pundaknya yang terbuka. Syahira tersenyum tipis. Setidaknya kali ini ia bisa selamat karena Samuel datang di waktu yang tepat. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti karena ternyata Tuan Rinto juga menarik sebelah tangan Syahira."Tunggu! Siapa kamu, berani-beraninya membawa calon istriku?" tanya Tuan Rinto dengan amarah yang sangat jelas terlihat di wajahnya.Samuel langsung menoleh, menatap tajam pada pria yang telah mengakui Syahira sebagai calon istrinya. Sementara itu, Luna membulatkan kedua matanya. Menatap sinis pada Syahira dan Samuel bergantian. Ia tak menyangka jika ternyata laki-laki yang dicintainya itu justru malah merelakan jasnya untuk menutupi bagian tubuh gadis yang sangat ia benci. Karena yang a
"A--apa yang akan Tuan lakukan? Bukankah Tuan hanya akan mengajak saya untuk makan malam?" tanya Syahira dengan gugup. Karena saat di rumahnya tadi, Tuan Rinto meminta ijin kepada ibu tirinya untuk mengajaknya makan malam. Namun ternyata saat ini pria paruh baya yang ada dihadapannya terlihat seperti seekor binatang buas yang siap akan menerkam mangsanya. Tuan Rinto tersenyum menyeringai. "Awalnya memang begitu. Tapi saya berubah pikiran setelah melihatmu memakai gaun seksi itu. Terlebih tadi, saat ada laki-laki yang ingin membawamu. Pernikahan kita akan dipercepat. Mulai malam ini, kamu akan menjadi milik saya. Setelah ini, kita akan menikah besok pagi.""A--apa? Besok?" Syahira sangat terkejut mendengar perkataan Tuan Rinto. "Iya. Dan saya tidak menerima penolakan!" jawab Tuan Rinto dengan tegas. Seolah tau jika Syahira pasti tidak akan menerima keputusannya yang mendadak ini. Syahira menggelengkan kepalanya. Ia tak sanggup membayangkan jika sebentar lagi diriny
"Kurang ajar!" murka Tuan Rinto. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Pria yang sedang dikuasai oleh hawa nafsu itu terlihat sangat marah. Matanya menatap tajam pada laki-laki yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Laki-laki yang ingin menyelamatkan Syahira itu ternyata adalah Samuel."Kamu lagi! Siapa kamu berani-beraninya masuk ke kamar ini, hah?" bentak Tuan Rinto.Samuel berjalan mendekati Syahira yang sedang terduduk di tepi ranjang. Penampilannya sungguh memprihatinkan. Terlihat sekali dari wajahnya, jika gadis itu sedang sangat ketakutan. Samuel segera melepaskan jasnya dan langsung dipakaikan pada Syahira. "Jangan sentuh gadis itu! Dia milikku!" bentak Tuan Rinto saat Samuel akan membantu Syahira untuk berdiri. Namun Samuel tak mengindahkan bentakan dari Tuan Rinto. Ia langsung merangkul pundak Syahira dan membawanya keluar dari kamar tersebut. Sementara itu, Tuan Rinto tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia tak mungkin menyusul Syahira yang sudah dibaw
"Bercandanya gak lucu, Pak," dengus Syahira kesal. Tiba-tiba Samuel menepikan mobilnya. "Loh, kok berhenti di sini, Pak? Rumah saya kan, masih jauh," protes Syahira. Kedua netranya menatap ke luar jendela kaca mobil tersebut Samuel menatap wajah Syahira lekat-lekat. Malam ini Syahira terlihat sangat cantik meskipun rambutnya sedikit berantakan. Apalagi saat ini Syahira hanya menggunakan gaun yang cukup seksi. Meskipun bagian atas tubuhnya ditutupi oleh jas milik Samuel, tapi pahanya yang mulus dan putih terekspos dengan sempurna. Sebagai laki-laki normal, tentu saja naluri kelelakiannya bangkit saat melihat pemandangan yang begitu indah di depan matanya. Samuel mencondongkan tubuhnya lebih dekat lagi dengan Syahira. "Pp--pak, apa yang akan Ba--bapak lakukan?" tanya Syahira dengan gugup. Jantungnya berdetak sangat cepat. Bagaimana tidak Syahira merasakan gugup yang luar biasa. Karena dengan tiba-tiba, tubuh Samuel mendekati Syahira. Sampai-sampai aroma parfumnya tercium hingga men
"Maafkan, atas kejadian hari ini, Tuan Rinto. Saya harap anda tidak membatalkan rencana untuk menikahi Syahira." Dari suaranya, jelas terdengar jika Rena sangat khawatir. Takut Tuan Rinto tak jadi menikahi anak tirinya. Jika itu terjadi, hilang sudah tambang emasnya."Oke. Kali ini saya maafkan. Besok malam dandani gadis itu secantik dan seseksi mungkin. Saya akan membawanya untuk berkencan! Dan saya tidak mau kejadian seperti hari ini terulang kembali. Paham!" "Baik, Tuan. Saya akan melakukannya untuk anda. Terimakasih karena sudah mau memaafkan kami."Tuan Rinto segera mengakhiri panggilan teleponnya."Bener-bener kamu, Syahira! Awas aja kamu, aku akan memberi hukuman untukmu karena telah membuat Tuan Rinto kecewa!" Rena bermonolog. Rena terlihat sangat marah. Wanita itu benar-benar murka pada Syahira. "Siapa laki-laki yang sudah berani membawa kabur anak kampungan itu?" geramnya. 'Aduh, ibu pasti marah besar. Gimana caranya agar aku bisa masuk ke k
"Kalau Syahira menikah dengan Tuan Rinto yang kaya raya itu, kita juga bakal kecipratan hartanya, Cellin. Apa kamu tau, Bahkan pria tua kaya raya itu menjanjikan Ibu akan memberikan satu villa mewah yang ada di puncak Bogor miliknya," tutur Rena dengan bersemangat."Serius, Bu?" "Iya. Maka dari itu, Ibu harus membujuk Syahira agar mau menikah dengan Tuan Rinto. Bagaimanapun caranya.""Kalau Syahira tetap gak mau gimana, Bu? Kenapa gak Ibu aja yang nikah sama Tuan Rinto? Kalau dilihat dari umur, kayaknya cocok sama Ibu," celetuk Cellin. "Cih, ogah banget Ibu nikah sama pria yang kayak ikan buntel itu. Ibu itu lebih suka sama pria yang tubuhnya atletis, proporsional gak kaya Tuan Rinto," jawab Rena. "Tapi kan kaya raya, Bu. Yang penting hartanya berlimpah. Kalau Syahira tetap gak mau gimana?" tanya Cellin lagi. "Pasti mau. Udah ah, gak usah bahas masalah itu dulu. Mami juga lapar.""Ya udah, kalau gitu suruh Syahira buat nyiapin makan malam untuk kita." Cellin memberi usul. "Ibu la
"Syahira!" Syahira yang tadi sedang terburu-buru berjalan, terpaksa harus menghentikan langkahnya saat mendengar ada seseorang yang memanggil namanya. Gadis itu terdiam. Namun tak berani untuk menoleh ke belakang. 'Ya ampun siapa yang manggil namaku malam-malam begini? Mana suaranya laki-laki lagi. Jangan-jangan orang jahat lagi.' Syahira berbicara di dalam hatinya. Jantungnya berdetak kencang. Perasaannya mulai tidak enak. Tubuhnya tiba-tiba bergetar. Yang ada di dalam pikiran yang saat ini jika ia akan diculik atau dirampok oleh orang yang memanggil namanya tadi. 'Sebaiknya aku berlari secepat mungkin. Semoga saja orang jahat itu gak mengejarku,' batinnya lagi. Kemudian Syahira menghitung di dalam hatinya. Setelah hitungan ketiga, gadis itu langsung mengambil langkah seribu. Berlari secepat mungkin. Berharap orang yang memanggil namanya tadi tidak mengikuti dirinya. Namun Syahira tak berani untuk menengok ke belakang tubuhnya. Jadi ia tak tau apakah orang
"Loh, Pak Darman juga kenal sama laki-laki yang ada di samping saya?" tanya Syahira penasaran. "Lah ya iya, kenal toh, Mbak. Mas Samuel ini kan--""Pak, pesen nasi goreng spesialnya satu dong," teriak salah satu pelanggan yang baru saja datang."Oh, iya, sebentar, Pak!" seru Pak Darman.Pria yang sudah lebih dari sepuluh tahun berjualan nasi goreng itu kemudian kembali menuju gerobaknya. "Tadi Pak Darman mau bicara apa, ya? Emangnya Bapak juga kenal sama penjual nasi goreng itu?" "Kenal, karena udah langganan beli nasi goreng disini," jawab Samuel singkat. Kemudian ia menyuap satu sendok nasi goreng yang masih mengeluarkan asap itu ke dalam mulutnya. "Huh, hah ... panas, pedes," ucap Samuel dengan mulut penuh nasi goreng. "Ya ampun, pelan-pelan kenapa, Pak. Udah tau masih panas gitu langsung makan aja," ucap Syahira memberitahu. "Soalnya saya lapar. Lagian kalau nunggu dingin, nanti rasa nasi gorengnya gak enak. Saya lebih suka nasi goreng y
"Ayo cepat mandinya, jangan lama-lama!" seru Romi. Kemudian ia pun kembali ke ruang tengah dan duduk si sofa semula. Sambil menunggu anak dan menantunya bersiap-siap, Romi memainkan ponselnya.Samuel segera mengetuk pintu kamar mandi yang memang hanya ada satu di dalam villa itu. Tok ...tok ... tok ..."Syahira, apa kamu bisa lebih cepat di kamar mandinya?" Samuel sedikit berteriak tepat di depan pintu kamar mandi. "I--iya, ini sebentar lagi juga udah selesai, kok," sahut Syahira dari dalam kamar mandi. Kemudian ia pun segera menyelesaikan ritual mandinya dengan tergesa-gesa. 'Huh, ga enak banget mandi aja di tungguin.' Syahira menggerutu di hatinya. Menit berikutnya, pintu kamar mandi pun terbuka, dan Samuel masih berdiri di depan pintu, membuat Syahira merasa malu, karena saat ini Syahira hanya mengenakan handuk. Tubuh polosnya kini hanya berbalut handuk. Syahira dan Samuel sama-sama mematung dan saling pandang. Samuel sampai meneguk air liurnya b
"Pagi, pengantin baru," sapa Romi yang sepagi ini sudah berada di depan pintu villa yang ditempati oleh Syahira dan Samuel. Syahira yang baru bangun, sangat terkejut melihat kedatangan ayah mertuanya yang tiba-tiba, dan sepagi ini pria paruh baya yang masih terlihat tampan diusianya itu sudah datang ke villa. Entah untuk apa Romi datang sepagi ini. "Pa ... Pak Romi?" pekik Syahira terkejut. "Ayolah, Syahira. Jangan panggil 'pak'. Panggil Ayah saja. Kamu ini sekarang adalah istri dari Samuel, putra Ayah satu-satunya. Jadi, Ayah juga sudah menganggap kamu sebagai putri Ayah."Romi mengacak rambut Syahira. Pria itu memperlakukan Syahira sudah seperti anak kandungnya sendiri. Karena memang sedari Syahira kecil, Romi sudah menganggap gadis itu sebagai anaknya sendiri. Dan betapa bahagianya Romi saat ini, setelah keinginannya terwujud untuk menikahkan putranya dengan Syahira. 'Ish, kenapa ayah sama anak itu tingkahnya sama saja. Sama-sama suka mengacak rambutku,' g
"Kamu kenapa, Syahira? Kok ngeliatin aku kayak gitu?" Samuel memicingkan matanya. Menatap wajah perempuan yang baru saja dinikahinya itu. "Eh ... siapa yang ngeliatin Bapak. Kepedean, deh," sanggah Syahira sembari memalingkan wajahnya, menatap hamparan lautan di depannya. Terlihat sekali jika Syahira berusaha untuk menutupinya. Perempuan yang kini sudah sah menjadi istri dari Samuel itu, saat ini pasti sedang merasakan malu.Samuel tersenyum. Laki-laki yang kini berkulit putih itu masih terus memandangi wajah Syahira. Ekspresi wajah istrinya sungguh sangat menggemaskan bagi Samuel. Baginya, Syahira masih sama seperti dulu. Syahira kecil yang manja dan menggemaskan. Rasanya, Samuel masih tak percaya jika saat ini ia telah menikahi gadis kecilnya. "Kenapa jadi sekarang Bapak yang ngeliatin aku kayak gitu?" protes Syahira yang merasa dirinya sedang diperhatikan oleh Samuel. Kali ini giliran Samuel yang terlihat salah tingkah. Ia merasa termakan oleh omongannya s
"Cellin!" pekik Rena begitu terkejutnya, saat ia melihat putri kesayangannya itu tiba-tiba jatuh pingsan di dekatnya.Kedua matanya langsung membelalak lebar. Wajah Rena pun sudah terlihat begitu panik dan kebingungan, tak mengerti kenapa putrinya jadi seperti ini lagi.Rena berjalan cepat menghampiri Cellin yang sudah terpejam tak berdaya. Lekas ia duduk bertekuk lutut di samping sang putri dan menepuk-nepuk pipi Cellin dengan pelan."Astaga, Cellin! Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu jadi seperti ini, Nak?" Rena masih panik dan mengguncang-guncangkan tubuh Cellin supaya mau terbangun."Ayo bangun, Cellin. Jangan buat ibu jadi cemas begini," panik Rena, karena putrinya itu tak kunjung membuka matanya.Rena benar-benar kebingungan dan kalang kabut. Dia tak tahu apa yang telah terjadi kepada putrinya, kenapa akhir-akhir ini Cellin seringkali mendadak pingsan seperti saat ini.Melihat Cellin yang tiba-tiba jatuh pingsan, membuat hati bersih Syahira pun ter
"Ya ampun, Cellin. Apa yang terjadi sama kamu?"Rena tengah duduk di atas tempat tidur dengan wajahnya yang terlihat begitu cemas. Di sampingnya tampak sang putri kesayangan yang sedang berbaring miring membelakanginya.Selimut tebal nampak menutupi tubuh gadis remaja itu hingga sebatas telinganya. Di balik selimut tebal itu, terlihat bahunya naik turun dan suara isakan pelan terdengar."Hiks, hiks," isak tangis Cellin tergugu, membuat dadanya terasa kian sesak.Menyaksikan putrinya yang sedang menangis tertahan, tentu saja membuat Rena semakin merasa cemas. Perlahan ia menyentuh punggung Cellin dan mengusap-usapnya."Cellin, ada apa, Nak? Katakan sama ibu, apa yang terjadi sama kamu?" bujuk Rena.Akan tetapi, Cellin sama sekali tak mau menjawab pertanyaan ibunya dan memilih untuk tetap diam meringkuk sambil terus menangis. Rena menjadi kebingungan dengan sikap sang putri. Tangannya kemudian terulur meraih kepala Cellin, tetapi tiba-tiba Rena merasa sangat te
Dengan langkah berjingkat, Syahira berjalan keluar dari kamar. Sengaja ia berjalan pelan seperti itu agar tak menimbulkan suara yang bisa mengganggu istirahat Samuel saat ini."Aku harus segera masak, mumpung dia masih tidur," gumam Syahira, sembari membuka pintu kamar dengan pelan dan menutupnya kembali dengan berhati-hati.Kritt!Begitu pintu kamar tertutup, Syahira kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Ruangan luas yang tampak rapi itu menyambut kedatangan Syahira di sana. Pasti Mbak Siti yang sudah merapikan tempat itu sebelumnya. Syahira pun kemudian mulai berjalan mendekati lemari es yang berada di sudut dapur."Mungkin ada sesuatu yang bisa aku masak pagi ini," gumam Syahira, berucap pada dirinya sendiri.Perlahan tangannya mulai meraih gagang pintu lemari es tersebut dan lekas menariknya. Kulkas pun terbuka lebar, tetapi ketika suhu dingin dari lemari es itu menguar menerpa wajah Syahira, seketika kedua mata gadis itu membelalak lebar. Kedua bibirn
Brukk!Syahira terkejut bukan main, ketika tiba-tiba Samuel menarik pergelangan tangannya, hingga membuat tubuh Syahira terjatuh dan mendarat sempurna di atas tubuh kokoh milik Samuel."Aaa." Syahira memekik kecil, tetapi kemudian kedua matanya segera beradu tatap dengan manik hitam milik Samuel yang begitu tajam.Hawa panas langsung menjalari sekujur tubuhnya saat itu juga, bagaikan sengatan listrik yang mampu mengendalikan urat sarafnya menjadi tak biasa. Dada Syahira bergemuruh sangat kencang, saat dia merasakan sentuhan tangan Samuel yang begitu hangat tengah melingkar di pergelangan tangannya."Sstt!" Samuel refleks meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir istri polosnya itu.Degh! Degh! Degh!Bagaikan genderang perang yang sedang ditabuh dengan sangat kencang, begitulah kondisi jantung Syahira saat ini. Kencang dan cepat tak terkendali. Tubuh Syahira serasa menjadi beku di detik itu juga, merasakan jemari hangat yang menyentuh bibirnya untuk pertama kali di dalam hidupnya.Sua
Kedua pasang mata itu masih saling beradu, mengunci tatapan satu sama lain dengan begitu lekat. Detak jantung keduanya semakin terasa kencang tak beraturan. Hawa dingin di malam itu, justru membuat suhu tubuh Samuel dan Syahira tiba-tiba memanas. Terlebih dengan posisi mereka yang sedang terjatuh seperti saat ini.Tubuh Syahira mematung, seakan ia tak bisa menggerakkannya sama sekali. Sebisa mungkin ia berusaha menahan nafas, ketika merasakan hembusan nafas hangat beraroma mint milik Samuel menyapu wajahnya. Aroma harum nan maskulin turut menembus indra penciuman Syahira. Aroma harum dari tubuh Samuel, membuatnya ingin menyesap aroma itu lagi dan lagi.Sementara Samuel, tatapan tajamnya itu terus mengarah lekat pada wajah cantik gadis yang kini sedang berada di bawahnya. Matanya mulai berkelana, menyusuri setiap inci wajah Syahira tanpa ada satu pun yang lepas dari tatapannya.Tiba-tiba saja Samuel merasakan tubuh bagian bawahnya bereaksi, ketika tak sengaja dada bidangnya itu bersent
Lagi dan lagi, entah untuk yang keberapa kalinya malam ini kata-kata Samuel sukses membuat wajah Syahira terasa memanas dan tampak memerah. Bisikan suara Samuel yang begitu lembut, masih terasa berdenging tepat di telinganya. Syahira bahkan bisa merasakan sapuan nafas hangat Samuel menerpa telinga dan lehernya."Bagaimana? Apa kamu benar-benar menunggu saya untuk menggendong kamu?" bisik Samuel, bertanya sekali lagi.Lutut Syahira terasa semakin bergetar dibuatnya. Kali ini ia sudah tak bisa menahan detak jantungnya yang nyaris saja melompat keluar. Meskipun kedua lututnya terasa lemas, tetapi Syahira sudah tak mempunyai pilihan lain lagi saat ini."Aku … aku …."Berusaha memaksakan kakinya yang terasa gemetar, Syahira pun akhirnya memutuskan untuk berjalan mundur beberapa langkah. Tatapan matanya masih mengarah lekat pada Samuel, sedangkan dadanya tampak naik turun karena deru nafasnya yang memburu."Ayolah, tenang saja. Aku akan melakukannya pelan-pelan," ucap Samuel lagi, sembari t