Bobby dan Samantha berdiri di balkon ruangan kantor Samantha. Mereka saling pandang, sementara Samantha berupaya untuk menganalisis lebih mendalam, sementara Bobby merasa cemas namun berusaha menunjukkan ketegasannya."Apa yang ingin kau tanyakan, Samantha?" Tanya Bobby dengan segera."Tolong berikan jawaban yang sejujurnya atas pertanyaanku, apakah kau bersedia?" Samantha bertanya dengan ragu."Tentu, Samantha. Aku akan memberikan jawabannya dengan jujur," Bobby menghela nafas."Apakah kau mencintaiku, Bobby?" Tanya Samantha dengan bimbang."Eh, dari mana kau mendapatkan pertanyaan seperti itu?" Bobby terkejut bukan main, pasalnya ia belum mempersiapkan jika Samantha bertanya demikian.Tapi Bobby akhirnya berpikir, mungkin Ivander yang telah membeberkan rahasianya."Bobby, sebenarnya tidak perlu kau tahu, aku hanya ingin kau berbicara jujur," ucap Samantha.Bobby memandang Samantha dengan hati yang tidak tenang."Tapi apakah benar kau mencintai aku?" Tambah Samantha."Iya, aku mencin
Beberapa hari kemudian, Bobby dan Jessica berjumpa. Pertemuan mereka berlangsung di sebuah restoran bergaya mewah. Dengan penampilan bak sempurna masing-masing.Dengan penuh keanggunan, mereka memesan sejumlah hidangan yang tergolong mewah dan menguras kantong. Tapi mereka tidak mempermasalahkan, karena mereka punya tujuan yang sama. Yaitu, makan enak.Tanpa diduga, Bobby tersentuh oleh kenangan yang seakan-akan telah ia alami saat bersama Jessica. Dia merasa pernah mengenal Jessica sebelumnya."Jessica, ini kedua kalinya kita bertemu, tapi aku merasa seolah-olah kita pernah saling kenal saat dulu," ujar Bobby dengan heran menatap Jessica."Oh, iya? Di mana sebelumnya? Mungkin perasaan itu hanya kebetulan, Bobby," Jessica tersenyum seraya memakan dengan santai hidangannya."Tapi aku yakin aku pernah melihatmu di suatu tempat. Apakah kamu pernah tinggal di Finlandia Lapland?""Ya, aku memang pernah tinggal di sana waktu masih SD. Setelah itu, pindah ke Indonesia sejak SMP. Bahkan aku l
Samantha merasa hawa di ruang dapur Neneknya berubah begitu dingin, seperti udara di musim dingin yang membekukan. Neneknya tampaknya enggan berbicara dengannya, bahkan berpapasan pun seolah dihindari."Nenek, ada apa? Kenapa tiba-tiba seperti ini?" Samantha, bingung, akhirnya bertanya pada Neneknya.Neneknya hanya terdiam, sibuk dengan kegiatannya memasak di dapur."Nenek, tolong katakan padaku, kenapa? Sejak kemarin, Nenek tampak enggan berbicara denganku, bahkan seolah tengah menghindari kehadiranku," Samantha mencoba lagi.Neneknya akhirnya menghentikan aktivitasnya, menatap Samantha dengan tatapan serius. "Kamu bukan seperti cucuku yang ku kenal dulu, aku merasa bahwa aku tidak pernah punya cucunya yang pendendam," ujarnya dengan nada tegas."Kenapa Nenek berpikir seperti itu? Aku tidak mengerti kenapa Nenek berpikir seperti itu," Samantha bertanya dengan keterkejutan."Manusia tidak ada yang sempurna. Kamu terlalu sering menghindar dari masalah, bukan menyelesaikan. Kau perlu t
Ivander memasuki ruang konsultan pernikahan dengan wajah penuh kekhawatiran."Pak, saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Samantha, Istri saya, ingin bercerai, dan saya merasa hancur," ungkap Ivander dengan penuh keluh kesah nan frustasi."Mari tenangkan diri, Tuan Ivander. Ceritakanlah secara jujur. Apa yang terjadi?" Konsultan bersikap ramah."Saya tidak bisa menutupi kesalahan saya. Saya berselingkuh, bahkan menikah siri tanpa persetujuan istri saya. Dia tahu semua ini dan pergi meninggalkan rumah hingga saat ini, saya benar-benar sangat menyesal dan ingin kembali lagi, saya mencintainya," Ivander menghela nafas berat."Kesalahan bisa menjadi langkah awal untuk memperbaiki hal-hal, menjadkan sebuah pelajaran baru. Apakah Anda telah mencoba meminta maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut?" Konsultan mengangguk."Sudah, tapi dia bersikeras untuk bercerai. Bahkan setelah sidang pertama kemarin, dia masih bersikukuh. Dia tidak mau memberikan saya kesempatan lagi untuk hidupnya,"
Saat Ivander meninggalkan klub malam dalam kondisi mabuk berat, ia merasa frustrasi karena perceraian dengan Samantha yang sebentar lagi akan resmi.Ivander segera mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi, berusaha cepat pulang. Namun sayangnya, ia malah mengalami kecelakaan dan mobilnya menabrak trotoar jalan."Samantha benar-benar akan menceraikan aku, apakah aku bisa mendapatkan penggantinya lagi?" Tanya Ivander dengan dirinya sendiri seraya mengemudi mobil dengan frustasi.Ivander terus mengendarai mobil dengan cepat setelah keluar dari klub malam."Samantha, seharusnya kau bersyukur karena aku sangat mencintaimu. Belum tentu laki-laki lain bisa menerima dirimu seutuhnya. Kenapa?" Ucapnya lagi.Brrakkk!Ivander memukul kemudi mobil dengan kesal."Samantha! Aku mencintaimu sampai ku mati! Maafkan kebodohanku!" Teriak Ivander kesetanan penuh emosi.Dalam keadaan mabuk berat, Ivander mengemudikan mobil
Ivander merasakan kesadarannya kembali, matanya perlahan membuka, menyapu ruangan putih yang sejuk. Samantha duduk di sampingnya dengan senyuman lega."Samantha, apa yang terjadi?" Ivander bertanya, mencoba menyusun memori yang hancur."Kau mengalami kecelakaan, Ivander. Tapi sekarang kau sudah berada di ruang rawat inap. Istirahatlah," Samantha menjelaskan, serata tetap fokus bekerja di pinggir ranjang Ivander."Aku merindukanmu, Samantha," ucap Ivander memandang Samantha."Aku juga merindukanmu, tapi pekerjaan di Brazil semakin rumit. Aku akan mencoba yang terbaik," Samantha tersenyum, meskipun pandangannya tetap tertuju pada layar laptop. "Aku akan baik-baik saja. Yang penting, kita akan tetap bersama. Bukankah kau sempat berkata padaku, bahwa kau masih menyayangi dan mencintaiku?" Ivander mengangguk, memahami beban yang Samantha pikul."Aku berharap begitu. Kau sejak dulu adalah orang penting dalam hidupku, Ivander. Ya.. aku.. aku memang mengatakan semua itu padamu," Samantha men
"Kak, aku datang membawa kabar buruk. Ivander dan Samantha memutuskan untuk tidak bercerai," ucap Leona memandang Livia."Tidak mungkin! Aku yakin Samantha pasti akan meninggalkannya. Kenapa mereka bisa mengubah keputusan mereka?" Livia terkejut dengan penuh emosi."Mungkin karena mereka menemukan jalan untuk memperbaiki hubungan mereka, kak. Aku sendiri sebenarnya tidak suka mendengar kabar tersebut, Ivander hanya pantas bersanding dengan dirimu," ucap Leona dengan kesal."Bagaimana dengan rencanaku? Aku ingin Ivander menjadi suamiku dan aku menguasai kekayaannya, bahkan seluruh tubuh Ivander juga ingin aku kuasai.""Kak, Livia, kamu tidak bisa mengendalikan perasaan orang lain. Ivander memilih untuk bersama Samantha. Tapi aku tidak tahu, jika kau bebas nanti. Intinya, keputusan Ivander suka bertekad bulat.""Apa? Jadi Ivander tidak akan menjadi milikku? Ini tidak bisa terjadi!""Tapi coba pahami. Kita tidak bisa memaksakan cinta dan pernikahan. Aku rasa cinta mereka memang begitu ku
"Samantha, Ayah tidak suka dengan tindakanmu yang bertemu dengan Ivander. Kau tahu betapa kecewanya Ayah padanya" ujar Tuan Jackson mengernyitkan dahi."Maafkan aku, Ayah. Aku hanya ingin berusaha merawat dirinya, aku juga merasa bersalah. Ivander stress, semua karena diriku, hingga akhirnya dia kecelakaan," Samantha meminta maaf."Untuk apa? Apakah kau masih berpikir untuk membatalkan gugatan ceraimu dengan Ivander?" Tanya Tuan Jackson serius."Ya, Ayah. Aku ingin memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Aku rasa dan hatiku juga berbicara, bahwa Ivander sudah berubah dan sangat menyesali perbuatannya dahulu padaku," Jawab Samantha menatap serius Tuan Jackson."Tidak, Samantha! Ayah menentang keras keputusan ini. Aku sudah kecewa dengan Ivander!" Tuan Jackson berkilah dengan sangat marah."Ayah, tolong pahami aku. Aku percaya dia bisa berubah. Dia sudah benar-benar sangat menyesal dan bersalah, dia akan menebus semua kesalahanku padanya," ucap Samantha memohon.'Tidak ak