Share

Bab 14

Author: Emylia Arkana Putra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pelakor Itu Tanteku

Malam ini terasa begitu sepi. Aku hanya duduk termenung di kamar Fadil. Menemani bocah polos yang sudah terlelap dalam tidurnya. Suasana begitu hening.

Aku selalu teringat dengan masa indahku bersama Mas Pram. Dada ini terasa sesak jika mengingat semuanya. Jujur. Aku rindu dengan masa-masa itu. Tapi ini keputusan yang sudah kupilih untuk menjaga jarak sementara waktu.

Brem brem brem

Mas Pram?

Aku langsung bergegas membuka pintu kamar Fadil dan keluar. Seakan lupa kalau hubunganku dengan Mas Pram sedang tidak baik.

"Mas, kok baru pulang?" tanyaku menyambut Mas Pram.

Mas Pram tercengang di depanku. Dan aku sendiri belum menyadari sikapku itu.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu mau menyapaku lagi seperti dulu, Sayang."

Deg ... baru tersadar dengan sikapku ini.

Ya ampun. Apa-apaan aku ini?

"Ma - maksudnya, makanan untuk makan malam sudah kusiapkan di meja makan. Aku tadi memang ingin keluar," terangku ngeles.

Aduh. Kenapa harus seperti ini?

Aku langsung balik badan d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 15

    Pelakor Itu TantekuSepertinya aku tidak perlu menghubungi Tante Lili. Aku takut kalau hal ini akan menjadi celah untuk dia kembali lagi ke rumah ini. Sudah cukup aku menampung Tante yang tidak tahu diri itu. Lebih baik aku biarkan saja barang yang masih tertinggal, yang terpenting dia sudah keluar dari rumah ini. Apa aku telepon Ayah dan Ibu saja untuk menanyakan Tante Lili di sana atau tidak.Aku segera mengambil ponsel dan menelepon orang tuaku untuk memastikan hal tersebut."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam, Fa. Ada apa malam-malam telepon? Kalian semua sehat dan baik-baik saja 'kan?" tanya ibu terdengar khawatir"Alhamdulillah, kami semua sehat, Bu.""Pekerjaan Lili bagaimana, Fa? Lancar? Lili bilang, kamu dan Pram yang mengizinkan dia untuk tetap tinggal di sana, ya? Sebenarnya Ibu sudah bicara, agar dia segera mencari tempat kost. Tapi kalau kamu dan Pram yang meminta dia tinggal di sana, Ibu bisa apa."Aku terdiam sejenak mendengar ucapan Ibu. Pekerjaan Tante Lili memang

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 16

    Pelakor Itu TantekuMas Pram menggenggam tanganku yang masih memegang baju tidur. Dia menatapku dengan tatapan penuh makna. Mungkin dia sedang memikirkan harus dari mana menjelaskan padaku.Aku membalas dengan tatapan yang mengisyaratkan kalau aku sudah siap mendengar penjelasan darinya. Terlihat wajahnya yang sedikit ragu-ragu dan cemas, sebelum akhirnya Mas Pram mulai bicara."Semua itu tidak pernah aku inginkan, meskipun akhirnya aku tidak bisa menolaknya. Rayuan itu membuatku melupakan sejenak kamu dan Fadil. Sentuhan bibir Tante Lili tidak bisa ku elakkan, justru aku membiarkan dan menikmatinya meskipun hanya sesaat."Dadaku bergetar hebat. Sekuat tenaga mencoba menguatkan hatiku. Sesekali kuseka air mata yang tidak bisa kutahan.Mas Pram lebih erat menggenggam tanganku, seakan dia ingin memastikan apa aku masih menginginkan penjelasan yang lebih darinya."Terus?" ucapku dengan suara parau."Entah apa yang membuat Tante Lili menginginkan semua itu dariku. Setelah cumbuan pertama

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 17

    Pelakor Itu TantekuAku berjalan mengikuti Mas Pram. Berharap memang Tante Lili yang datang. Aku sudah menyiapkan beberapa pertanyaan yang tersimpan di dalam kepala. Aku ingin mendengar penjelasan langsung darinya.KleekkMas Pram membuka pintu."Assalamu'alaikum, Mbak Sifa. Ini ada sedikit kue untuk Fadil."Ternyata bukan Tante Lili yang datang, melainkan Mbak Hana-tetangga sebelah rumah.HemhhAku menghembuskan napas pelan untuk memendam sedikit rasa kecewa, karena sudah beranggapan kalau Tante Lili yang datang."Wa'alaikumsalam, terima kasih, Mbak Hana. Repot-repot segala," ucapku sembari mengulas senyum kaku. Mas Pram melirikku dengan dahi yang mengernyit. Mungkin karena melihat sikapku sedikit aneh.Setelah Mbak Hana pergi, aku langsung masuk dengan membawa kue pemberiannya."Sayang, aku belum selesai bicara, tadi." Mas Pram mengikuti ke manapun kakiku melangkah."Aku ingin menengok Ayah, Mas, beliau sakit. Ibu sudah memberitahu Tante Lili, tapi dia tega tidak menyampaikannya pa

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 18

    Pelakor Itu TantekuAku sedikit menggeser duduk'ku ke samping Mas Pram, berharap dia tidak hanya diam membisu seperti itu. Semua masalah datang dari dia dan Tante Lili. Tapi kenapa harus aku yang menanggung beban ini. Aku segera mengambil ponsel di dalam tas.[Bantu aku untuk menjawab keinginan Ibu yang menyuruhku menghubungi Tante Lili.] Segera mengirim pesan tersebut pada Mas Pram.[Bantu gimana, Sayang? Aku harus bilang apa sama Ibu?] Pesan balasan yang sangat cepat. Mas Pram ini, benar-benar bikin aku kesal. Coba Ayah tidak sakit, sudah ku'buka semua perbuatan kalian berdua. [Terserah,] balasku melirik sinis ke arahnya. Dari tadi aku terus yang harus menjawab semua pertanyaan dari Ayah dan Ibu soal Tante Lili. Sedangkan Mas Pram hanya bisa diam dengan perbuatannya. Tahan emosi kamu, Sifa! Jangan sampai Ibu curiga dengan sikapmu pada Mas Pram. "Gimana, Fa? Sudah dapat balasan dari tantemu?" tanya ibu lagi."Sudah," celetuk Mas Pram tiba-tiba. Seketika tatapan kami tertuju pa

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 19

    Pelakor Itu TantekuPOV Tante Lili"Mendingan Tante pergi dari sini! Aku tidak ingin Sifa lebih sakit hati lagi padaku," terang Pram yang tiba-tiba menyeret tanganku keluar dari kamar."Bukannya bagus, karena akhirnya Sifa mengetahui. Pram ... Pram, sudahlah, berhenti jadi orang munafik!" Ku'tatap wajahnya yang terlihat begitu marah padaku. "Aku tidak pernah menginginkan semua ini, dan Tante tahu itu. Aku hanya mencintai Sifa.""Kamu pikir, aku akan berhenti sampai di sini, Pram? Tidak. Aku tidak akan berhenti sampai di sini. Dan aku tidak akan pernah keluar dari rumah ini. Atau ... aku akan bilang sama orang tuanya Sifa kalau kamu mencintaiku," tegasku untuk mengancamnya."Lagi-lagi Tante mengancamku. Mau Tante apa?" Pertanyaan yang dari tadi aku tunggu, Pram. Dengan kamu bertanya seperti itu, aku bisa meminta apapun darimu."Simple. Aku menginginkan kamu, Pram.""Jangan gila, Tan. Aku tidak mencintai Tante sama sekali. Sekarang lebih baik Tante segera angkat kaki dari rumah ini!"

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 20

    Pelakor Itu Tanteku"Fa ...." Suara Ibu mengagetkan lamunanku."I - iya, Bu. Kenapa?""Kenapa? Kamu yang kenapa, Fa?""Si - Sifa tidak apa-apa, Bu," jawabku dengan senyum yang dipaksakan."Cerita sama Ibu kalau memang ada yang mengganjal pikiranmu, Fa! Jangan dipendam!"Sebenarnya Sifa juga ingin cerita. Sifa ingin mengungkapkan semua apa yang Sifa rasakan. Masalah rumah tangga Sifa dengan Mas Pram jadi bermasalah karena Tante Lili--adik kesayangan Ibu.Tapi, Sifa pikir, bukan waktu yang tepat menceritakannya sekarang. Ayah sedang sakit, Sifa tidak ingin menambah beban pikiran Ibu. Sifa takut, Ibu akan ikutan sakit setelah mendengar semuanya."Fa ....""Si ... Sifa baik-baik saja, kok, Bu. Mungkin karena sedikit lelah," jelasku agar Ibu tenang."Ya sudah, kamu istirahat saja! Sepertinya Fadil juga sudah di kamar bersama papanya."Sebenarnya aku masih tidak ingin satu kamar dengan Mas Pram. Tapi apa boleh buat, tidak mungkin aku tidur pisah ranjang di sini.""Kenapa lagi, Fa? Malah me

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 21

    Pelakor Itu TantekuTante Lili memasukkan barang-barangnya ke dalam kamar. Kamar yang berbatasan tembok dengan kamarku. Hal ini pasti akan dimanfaatkan Tante Lili karena akan lebih mudah mendekati Mas Pram.Sepertinya Tante Lili memang tidak main-main dengan niatnya merusak tanggaku. Tidak ada penyesalan yang terlihat sedikitpun darinya."Li ... ayo kita sarapan bareng," ajak ibu.Tante Lili keluar dengan pakaian sangat seksi. Sepertinya dia memang sengaja ganti pakaian seperti itu untuk menarik perhatian Mas Pram. Cara yang dulu pernah dia lakukan saat masih satu rumah dengan kami.Tante Lili berjalan menuju kursi yang dekat dengan Mas Pram. Sedangkan aku di samping Ibu, dan Fadil di tengah."Tante duduk di sini saja, aku yang pindah dekat Mas Pram. Biar Tante dekat sama Ibu. Sepertinya Ibu kangen banget sama Tante," ucapku mencegah Tante Lili dekat-dekat dengan Mas Pram.Tidak akan kubiarkan ada celah sedikitpun untuk Tante mendekati suamiku. Apalagi di rumah ini.Aku pun segera pin

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 22

    Pelakor Itu TantekuAku keluar dari kamar dengan perasaan bersalahku sebagai seorang istri. Hanya sebuah kata 'seandainya' yang terpikir di kepalaku. Ya, seandainya kamu tidak melakukan perbuatan itu, tidak mungkin sikapku akan berubah seperti sekarang ini, Mas. Seandainya Tante Lili tidak tinggal di rumah kita, pasti rumah tangga yang telah kita bina selama lima tahun masih baik-baik saja. Tetapi, kata 'seandainya' tidak bisa merubah semua yang telah terjadi. Sepertinya Mas Pram juga masih menyembunyikan banyak hal dariku."Sudahlah, Fa, tidak usah kamu paksakan hubunganmu dengan Pram! Aku yakin, hubungan kalian sudah hambar," ucap Tante Lili yang muncul di hadapanku.Seketika aku langsung menarik tangan Tante Lili dengan kasar."Tante pikir, Sifa akan akan diam dengan perbuatan Tante? Sifa masih baik hati belum menceritakan pada Ayah dan Ibu tentang perbuatan Tante yang memalukan itu.""Kenapa tidak kamu ceritakan saja?" jawabnya menantang.Entah setan apa yang sudah merasuki Tant

Latest chapter

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 42

    Pelakor Itu TantekuSatu bulan setelah kepulangan Tante Lili di rumah Ayah dan Ibu. Keadaannya masih tetap sama. Tante Lili hanya bisa berbaring. Dan semua aktivitasnya harus dibantu. Hari ini, aku dan Mas Pram berencana untuk menengok Tante Lili. Dan membujuk dia agar mau dibawa ke rumah sakit._"Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Kalian sudah datang. Ayo masuk! Ibumu sedang di kamar Lili," terang Ayah dengan menyambut kedatangan kami.Aku dan Mas Pram langsung menuju kamar Tante Lili. Sedangkan Fadil, dia bersama Mbak Tutik bermain di halaman. Kami memang sengaja mengajak Mbak Tutik agar aku bisa membantu Ibu mengurus Tante Lili selama di sini. Dan kami akan menginap untuk beberapa hari."Assala'mualaikum.""Wa'alaikumsalam. Pram, Fa," sapa ibu yang duduk di samping Tante Lili.Tante Lili hanya bisa menatap kami. Dia memang mulai sulit untuk berbicara. Dan lebih merespon dengan tatapannya. Sungguh tidak tega melihat keadaannya yang semakin hari semakin parah.Sudah berkali-kali

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 41

    Pelakor Itu TantekuAku dan Mas Pram sudah sepakat untuk memberitahu Ayah dan Ibu tentang keadaan Tante Lili saat ini.Kami memutuskan untuk pulang ke rumah Ayah dan Ibu. Karena tidak mungkin, kami mengabari hal ini hanya lewat telepon."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Sifa, Pram, kalian datang ke sini kok tidak memberi kabar dulu." Ibu terlihat sedikit kaget dengan kedatangan kami yang tiba-tiba. "Ayo, masuk!" ajak ibu dengan mengambil Fadil dari gendongan Mas Pram.Kami langsung duduk di ruang depan."Ibu tinggal sebentar, ambil minum dan kue. Kebetulan Ibu habis bikin kue kesukaanmu, Fa. Pas sekali kalian datang ke sini.""Ti - tidak usah, Bu. Ayah mana, ya? Sifa mau bicara sama Ayah dan Ibu." "Iya, tapi kalian kan habis perjalanan lumayan jauh. Istirahat dulu, nyantai-nyantai, baru kita bicara. Memangnya mau bicara soal apa, Fa? kamu terlihat serius banget.""Soal Tan - Tante Lili, Bu."Kini pandangan Ibu langsung tertuju ke arahku dengan tatapan yang dalam."Lili lagi. Apal

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 40

    Pelakor Itu Tanteku"Apa, Bu? Tante Lili kabur?"Baru semalam kulewati kebahagiaan bersama Mas Pram. Sekarang pikiranku sudah mulai cemas dan tidak tenang. Ibu memberi kabar, kalau Tante Lili kabur dari rumah. "Kenapa, Fa?" tanya bapak mertua dengan wajah yang penasaran."Kenapa, Sayang? Siapa yang kabur?""Tan - Tante Lili, kabur." "Fa, Ibu minta maaf, karena tidak bisa menjaga tantemu. Ibu sudah kunci kamarnya, tapi dia izin mau ke belakang. Dia pergi tanpa membawa pakaiannya."Tidak bisa dipungkiri, kalau aku merasa takut. Takut kalau Tante Lili akan datang untuk merusak rumah tanggaku bersama Mas Pram, lagi."Bu - bukan salah Ibu. Tapi, memang Tante Lili yang sudah kelewatan. Apa mungkin dia akan ke kota ini lagi, Bu?""Ibu juga tidak tahu, Fa. Kemarin, dia memang keberatan Ibu ajak pulang. Ibu suruh dia resign dari tempat kerjanya. Tapi, dia menolak."Apa sebenarnya rencana Tante Lili sekarang?"Kamu simpan baik-baik surat perjanjian waktu itu, Fa! Kalau Lili macam-macam lagi,

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 39

    Pelakor Itu Tanteku"Kalau berkenan, Mas Pram bisa dibawa pada Ustadz Faiz. In Syaa Allah, beliau bisa menangani keadaan Mas Pram saat ini," terang Pak Burhan selesai menandatangani surat perjanjian. Beliau menjadi salah satu saksi dalam surat perjanjian tersebut. Pak Burhan adalah RT di tempat tinggal Panji. Dan saran dari Pak Burhan disetujui semua pihak keluarga. Mereka yakin kalau Pak Burhan tidak mungkin berbohong atau punya niat tidak baik pada kami.Akhirnya, Pak Burhan langsung mengantar kami ke tempat Ustadz Faiz. Sedangkan Tante Lili, dia tidak dilepaskan begitu saja. Ayah dan Ibu akan membawanya pulang ke rumah. Mereka tidak mengizinkan Tante Lili tinggal satu kota denganku dan Mas Pram, lagi. Sesampainya di rumah Ustadz Faiz, aku terdiam sejenak. Pak Burhan dan semua keluarga nemandangku. Sepertinya mereka paham dengan sikapku itu. "Mari!" ajak Pak Burhan pada kami. "Assalamu'alaikum, Ustadz.""Wa'alaikumsalam," jawab ustadz dengan sikap yang begitu ramah. Aku berdiri

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 38

    Pelakor Itu Tanteku"Jangan, Mbak! Jangan bawa Lili ke pihak berwajib. Lili ngga mau di penjara. Lili mohon, Mbak! Lili minta maaf!" Kata-kata yang terus terucap dari mulut Tante Lili.Hal yang tidak pernah terbayangkan sedikitpun, kalau hubungan Tante Lili dengan kami akan seperti ini.Tangan Ibu terus menyeretnya. Dan Tante Lili tetap berusaha berontak. Ibu langsung menghentikan langkahnya. Dengan mata berkaca-kaca, Ibu menatap Tante Lili begitu tajam. "Minta maaf? Kamu bilang minta maaf? Kamu tahu, berapa banyak hati yang tersakiti karena ulahmu? Terutama Sifa, keponakanmu sendiri."Aku memang belum banyak bicara, karena masih syok dengan apa yang kulihat tadi. Bahkan, degupan jantung yang kencang masih begitu terasa. "Ini soal hati, Mbak. Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa bisa mencintai, Pram. Kenapa harus aku yang disalahkan atas semua ini. Tidak adil. Benar-benar tidak adil."PLAKKKKJawaban itu, membuatku mendaratkan sebuah tamparan untuk kesekian kalinya pada Tante Lili.

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 37

    Pelakor Itu Tanteku"Sudah pindah? Mak - maksud Bapak bagaimana, ya?" tanyaku pada seorang Bapak yang mengaku pemilik rumah yang di tempati pamannya Panji."Iya Mbak, mereka cuma nempatin rumah ini untuk satu bulan saja, tapi belum ada seminggu mereka sudah mengosongkan rumah ini. Kelihatannya mereka buru-buru."Tubuhku rasanya begitu lemas. Entah apa maksud dengan semua ini. Aku takut. Benar-benar takut."Ba - Bapak tahu dengan Ustadz yang menempati rumah ini?""Ustadz, Mbak? Saya malah tidak tahu kalau ada Ustadz. Saya permisi dulu, Mbak."Aku langsung berlari menuju mobil, di mana semua keluarga ada di dalam."Kenapa, Fa? Kenapa kamu terlihat bingung seperti itu?" tanya ayah dengan wajah penasaran."Sifa harus segera telepon Panji, Yah."Dadaku terasa bergemuruh dengan begitu banyak pertanyaan yang bergelayut dalam pikiran.Aku harus segera menelepon Panji. Apa maksud dari semua ini? Dengan cepat kutekan nama Panji dalam ponselku. "Panji, kamu di mana sekarang?" tanyaku tanpa mem

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 36

    Pelakor Itu TantekuSedikitpun tak kualihkan pandangan ini dari Panji. Aku merasa ada yang aneh dari sikapnya, apalagi setelah mendengar dia menyebut tanteku dengan sebutan 'Lili' seakan-akan begitu akrab. "Ngga enak banget lho, diliatin sampai segitunya," ucap Panji dengan memberi senyum tipis."Kamu sedang tidak menyembunyikan sesuatu dariku 'kan?" tanyaku tanpa basa-basi.Panji terdiam sejenak."Maksudmu aku berbohong?""Aku ngga bilang kamu berbohong. Memangnya kamu sedang berbohong?" Kuputar balik ucapan dari Panji.Suasana jadi terasa tegang dan kaku. "Ini sudah sampai pertigaan lho, Fa. Masa iya, kamu mau ngeliatin aku terus seperti itu?" terangnya dengan mengalihkan pertanyaan.Ekhem ... seketika pandangan kualihkan ke depan. "Kita berhenti di depan Coffee Shop."Hmhh ... sudahlah, lebih baik aku fokus soal Tante Lili dulu. Sudah terlalu banyak masalah yang aku hadapi saat ini."Makasih. Aku turun dulu, Nji."Aku langsung turun menuju Coffee Shop tempat ketemuan dengan Tant

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 35

    Pelakor Itu TantekuPagi yang seharusnya menjadi pagi paling membahagiakan. Di mana semua keluarga berkumpul. Tetapi hal itu tidak kurasakan, karena Mas Pram tidak ada di tengah-tengah kami."Fa. Mendingan kamu berangkat ke toko saja, daripada banyak pikiran di rumah! Lagian Fadil banyak yang jagain. Kamu bisa fokus dengan kerjaan di toko," ucap Mbak Indah yang mendekatiku di ruang depan."Ngga tahu lah, Mbak. Pikiranku masih fokus dengan Mas Pram.""Pram 'kan sudah ditangani sama Ustadz, kamu tenang, Fa!"Harusnya aku memang tenang, tapi entah kenapa perasaanku masih saja cemas. Apa mungkin karena aku tidak terbiasa tanpa Mas Pram? Hmhh ....Ada baiknya kalau aku berangkat ke toko saja. Daripada kepikiran Mas Pram terus di rumah. "Mbak, Sifa siap-siap dulu, ya. Mau ke toko.""Nah, gitu, Fa. Semangat!"Aku pun berlalu meninggalkan Mbak Indah sendirian dan masuk ke kamar untuk ganti baju serta menyiapkan semua yang harus dibawa. "Semuanya, Sifa pamit ke toko dulu, ya. Sifa titip Fadi

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 34

    Pelakor Itu TantekuPOV PanjiPerempuan itu memang tidak bisa kulupakan. Meski sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Dan sekalinya bertemu lagi, ternyata dia sudah menikah dengan teman kuliahku, Pram.Dari awal tidak ada niat sedikitpun untuk merebut dia dari temanku sendiri. Namun sebuah kesempatan membuat diriku tidak ingin menyia-nyiakannya.Aku memang pernah suka dengannya, sebuah rasa yang tumbuh ketika kita masih ABG. Kalaupun cinta, bisa disebut hanya cinta monyet. Berkali-kali aku mengirim surat padanya, tapi tak ada satupun yang dibalas. Dia memang salah satu primadona di SMP kami. Tetapi perasaanku dulu padanya masih tetap ada.Sifa, perempuan yang bisa menarik hati setiap lelaki yang memandangnya. Dia memang perempuan yang sederhana, tidak neko-neko seperti perempuan kebanyakan. Dan dari dulu tidak berubah. Dengan kesederhanaannya saja, dia terlihat begitu menarik dan anggun. Pria manapun tidak mungkin bisa menolaknya.***"Eh ... ngapain, Mbak, mengendap-endap di depan rumah

DMCA.com Protection Status