Share

Bab 22

Penulis: Emylia Arkana Putra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pelakor Itu Tanteku

Aku keluar dari kamar dengan perasaan bersalahku sebagai seorang istri. Hanya sebuah kata 'seandainya' yang terpikir di kepalaku.

Ya, seandainya kamu tidak melakukan perbuatan itu, tidak mungkin sikapku akan berubah seperti sekarang ini, Mas. Seandainya Tante Lili tidak tinggal di rumah kita, pasti rumah tangga yang telah kita bina selama lima tahun masih baik-baik saja.

Tetapi, kata 'seandainya' tidak bisa merubah semua yang telah terjadi. Sepertinya Mas Pram juga masih menyembunyikan banyak hal dariku.

"Sudahlah, Fa, tidak usah kamu paksakan hubunganmu dengan Pram! Aku yakin, hubungan kalian sudah hambar," ucap Tante Lili yang muncul di hadapanku.

Seketika aku langsung menarik tangan Tante Lili dengan kasar.

"Tante pikir, Sifa akan akan diam dengan perbuatan Tante? Sifa masih baik hati belum menceritakan pada Ayah dan Ibu tentang perbuatan Tante yang memalukan itu."

"Kenapa tidak kamu ceritakan saja?" jawabnya menantang.

Entah setan apa yang sudah merasuki Tant
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 23

    Pelakor Itu TantekuSetelah terbangun aku tidak bisa memejamkan mata lagi. Ingin sekali membangunkan Mas Pram untuk menanyakan hal ini. Tapi Mas Pram tidur begitu pulas. Aku harus menunggu sampai subuh, dan itu masih beberapa jam lagi.Aku duduk termenung. Seakan masih tidak percaya kalau perempuan yang tak lain tanteku sendiri tega berbuat seperti ini padaku.Aku pikir setelah Tante Lili pergi dari rumah kami, dia akan berhenti mendekati Mas Pram. Tapi ternyata tidak, justru dia semakin berani memperlihatkan padaku.Menghela napas panjang dan berharap semua ini akan segera berakhir. Ingin sekali aku memberi pelajaran pada Tante yang tidak tahu diri itu.Tanpa sadar aku meremas selimut yang dipakai Mas Pram dengan begitu kesal."Tante Lili sudah keterlaluan, sangat keterlaluan," ucapku penuh amarah."Sayang, kamu tidak tidur?" tanya Mas Pram yang tiba-tiba terbangun.Aku pun langsung menoleh ke arahnya."Apa aku sudah mengganggu tidurmu, Mas?""Tidak, Sayang," jawab Mas Pram sembari b

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 24

    Pelakor Itu TantekuAku melepas dengan kasar genggaman tanganku dari baju Tante Lili, lalu mengejar Ibu yang baru beberapa langkah meninggalkan kami."Bu, Sifa bisa jelaskan. Sifa benar-benar minta maaf." terangku dengan langsung memeluk tubuh Ibu dan menghentikan langkah beliau.Ibu hanya berdiam diri tanpa membalas pelukanku yang semakin erat. Aku tahu apa yang Ibu rasakan. Aku mengerti kenapa sikap Ibu seperti ini."Sebenarnya apa yang telah terjadi antara kamu dan Tante Lili? Kenapa sikapmu sampai kasar padanya? Itu bukan Sifa yang Ibu kenal."Aku melepas pelukan dan menatap wajah Ibu dengan air mata yang berderai."Apa Ibu yakin ingin mengetahui semua ini?"Ibu mengusap air mataku dengan penuh kelembutan. Meski beliau tidak menjawab apa-apa, tapi sorot mata beliau mengharapkan kejujuran dariku.Aku menuntun Ibu ke kamar Tante Lili. Di sana masih terlihat ketegangan dan kecemasan dari raut wajah Mas Pram dan juga tanteku. Aku menatap Mas Pram dengan rasa pilu. Sedikit gelengan ke

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 25

    Pelakor Itu TantekuPagi ini tidak seperti kemarin, di mana kumpul bersama orang tua sangat mendamaikan jiwa. Semua berubah setelah kejadian tadi malam.Ibu yang biasa kulihat dengan senyum ramahnya, kini hanya diam. Bahkan bicara sepatah katapun tidak.Raut wajah yang menyimpan kepedihan dan rasa kecewa terlihat begitu jelas.Mungkin semua ini memang berat untuk Ibu, sama seperti yang kurasakan saat mengetahui perbuatan Mas Pram dan Tante Lili di belakangku.Aku juga merasa sedih, marah, dan kecewa. Bahkan untuk bertahan dengan keadaan seperti ini tidaklah mudah. Aku bergegas masuk ke kamar dan mengemasi semua barang-barang. Sebenarnya aku masih ingin di sini, tapi aku tidak sanggup melihat kesedihan Ibu. Aku tidak bisa. Mungkin dengan kami pulang, hati Ibu akan lebih tenang."Sayang, kenapa mengemasi barang-barang? Kamu ingin pulang sekarang?""Iya, Mas. Aku tidak bisa melihat Ibu sedih seperti itu. Mungkin Ibu akan lebih tenang kalau kita pulang. Karena beliau pasti butuh ketenang

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 26

    Pelakor Itu Tanteku[Sifa tidak akan pernah bercerai dengan Mas Pram. Karena Sifa akan tetap mempertahankannya.]Pasti Tante Lili sengaja menerorku seperti ini. Berbagai cara dia lakukan untuk merebut Mas Pram dariku. Keterlaluan sekali perempuan itu.[Kamu akan menyesal kalau masih kekeh ingin mempertahankan Pram.]Aku mencoba menelepon Tante Lili, tapi tidak diangkat. Beberapa kali mencobanya masih tetap diabaikan. Sungguh membuatku kesal.[Tidak akan pernah ada penyesalan bagi seorang istri yang mempertahankan suaminya dari pelakor.]Kenapa Tante Lili membuat hidupku jadi tidak tenang. Aku tidak bisa memungkiri rasa takutku ini. Keinginan Tante Lili untuk memiliki Mas Pram tidak main-main."Pesan dari siapa, Sayang?" tanya Mas Pram terlihat penasaran karena dari tadi jemariku sibuk menari di layar ponsel. Dari perempuan yang kamu tanggapi rayuannya. Dia benar-benar sudah sakit jiwa."Mas Pram hanya terdiam, dia langsung paham atas ucapanku. Sepertinya aku yang harus menutup celah

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 27

    Pelakor Itu TantekuBrakkkTiba-tiba terdengar suara barang jatuh yang membuatku begitu kaget.Fadil?Hanya dengan memakai handuk aku langsung keluar dari kamar, khawatir kalau terjadi apa-apa dengan Fadil. Karena setelah mandi, Fadil aku titipkan pada Mas Pram."Mas ... Fad ...," seketika ucapku langsung terhenti ketika melihat Tante Lili sudah ada di depanku.Guci kesayanganku sudah pecah dan berserakan di lantai. Aku memandang Tante Lili tanpa bisa berkedip sedikitpun. Mau apa perempuan ini datang lagi ke rumah kami? "Ada apa ini, Mas?"Wajah Mas Pram terlihat begitu emosi. Sebenarnya ada apa ini? Kenapa guciku sampai pecah? Pandanganku langsung mencari Fadil yang tidak terlihat diantara mereka."Fadil ... Fadil ...," teriakku.Hahh ... aku menghembuskan napas lega ketika melihat Fadil ada di ruang tengah sedang bermain dengan mainannya.Apa mungkin Mas Pram yang menyuruh Fadil tetap di sini? Aku langsung menggendong Fadil dan membawanya ke kamar."Fadil, kamu di sini sebentar

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 28

    Pelakor Itu TantekuPagi yang sudah kutunggu dari semalam. Sudah tidak sabar ingin segera menyuruh Tante Lili angkat kaki dari rumahku.Tadi malam yang harusnya menjadi momen kebersamaan aku dan Mas Pram akhirnya pupus sudah. Situasi yang sangat tidak mendukung untuk kami jalan-jalan dan makan bersama di luar. Lagi-lagi semua karena masalah Tante Lili.Masalah ini semakin membuat lelah. Kapan masalah ini berakhir dan kebahagiaan seperti dulu datang lagi?Pagi ini aku sudah menyelesaikan pekerjaan lebih awal dari biasanya. Meski semalam mataku hanya terpejam sesaat. "Mau ke mana, Sayang, pagi-pagi sudah cantik?" tanya Mas Pram saat melihatku sudah dandan dan rapi."Kamu lupa, kalau hati ini mau menyelesaikan soal rumah yang sudah kamu berikan pada perempuan itu?"Mas Pram terlihat kaget mendengar jawabanku."Kenapa kaget begitu? Kemarin 'kan aku sudah bilang.""A - aku antar saja, ya."Aku balik badan dan mendekati Mas Pram."Tidak perlu, kamu cukup menemani Fadil sebentar. Sarapan su

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 29

    Pelakor Itu TantekuAku hanya bisa diam dengan rasa sakit hati. Seumur hidup baru kali ini aku dipermalukan di depan umum menjadi tontonan banyak orang. Dan yang lebih menyakitkan, tanteku sendiri yang melakukannya padaku.Ingin rasanya membalas perlakuan Tante Lili saat tadi bersikap kasar padaku, tapi hatiku tak kuat untuk melakukannya di depan umum. Bahkan mulutku seakan terkunci. Dan hanya tangisan yang mewakili perasaanku."Ini." Panji memberikan tissu padaku.Aku tahu, sesekali Panji menoleh ke arahku, meski pandanganku tertuju ke depan. Drrttt ... drrttt ... drrttt ....Terdengar suara getaran ponsel milik Panji. "Iya, Pram. Sifa dan Fadil aku antar pulang. Maaf tadi tidak izin kamu dulu. Oh, oke, sebentar."Panji memberikan ponselnya padaku. Sepertinya Mas Pram ingin bicara.Aku menggelengkan kepala memberi isyarat kalau tidak ingin bicara dengan Mas Pram."Pram, maaf, Sifa tidak ingin bicara denganmu. Aku hanya menyampaikan apa yang harus aku sampaikan. Sekali lagi aku mint

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 30

    Pelakor Itu Tanteku"Fadil, ayo ikut Mama kerja, Nak!" ajakku dengan rasa sakit atas perlakuan papanya padaku.Aku memesan taksi online untuk berangkat ke toko, sedangkan Mas Pram balik lagi ke kamar.Tidak berapa lama taksi online yang kupesan akhirnya datang. Aku segera mengajak Fadil masuk ke dalam taksi tanpa berpamitan lebih dulu pada Mas Pram. Takutnya dia akan merasa terganggu dan marah-marah lagi.Aku menarik napas dalam dan menghembuskan pelan. Tanpa disadari air mata pun mengalir dengan sendirinya. Hatiku terlalu sakit atas sikap Mas Pram yang begitu kasar.Kenapa cobaan rumah tanggaku dengan Mas Pram begitu berat?Getaran ponsel yang ada di genggamanku mengalihkan pikiran. Dengan semangat segera melihat siapa yang menelepon, berharap Mas Pram yang menghubungiku untuk meminta maaf.Ternyata, Panji?"Assalamu'alaikum, hallo, Nji," jawabku sembari menyeka air mata."Kita jadi ketemuan di toko atau dimana, Fa? Sorry, aku telepon kamu. Soalnya dari tadi Pram aku hubungi tidak di

Bab terbaru

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 42

    Pelakor Itu TantekuSatu bulan setelah kepulangan Tante Lili di rumah Ayah dan Ibu. Keadaannya masih tetap sama. Tante Lili hanya bisa berbaring. Dan semua aktivitasnya harus dibantu. Hari ini, aku dan Mas Pram berencana untuk menengok Tante Lili. Dan membujuk dia agar mau dibawa ke rumah sakit._"Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Kalian sudah datang. Ayo masuk! Ibumu sedang di kamar Lili," terang Ayah dengan menyambut kedatangan kami.Aku dan Mas Pram langsung menuju kamar Tante Lili. Sedangkan Fadil, dia bersama Mbak Tutik bermain di halaman. Kami memang sengaja mengajak Mbak Tutik agar aku bisa membantu Ibu mengurus Tante Lili selama di sini. Dan kami akan menginap untuk beberapa hari."Assala'mualaikum.""Wa'alaikumsalam. Pram, Fa," sapa ibu yang duduk di samping Tante Lili.Tante Lili hanya bisa menatap kami. Dia memang mulai sulit untuk berbicara. Dan lebih merespon dengan tatapannya. Sungguh tidak tega melihat keadaannya yang semakin hari semakin parah.Sudah berkali-kali

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 41

    Pelakor Itu TantekuAku dan Mas Pram sudah sepakat untuk memberitahu Ayah dan Ibu tentang keadaan Tante Lili saat ini.Kami memutuskan untuk pulang ke rumah Ayah dan Ibu. Karena tidak mungkin, kami mengabari hal ini hanya lewat telepon."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Sifa, Pram, kalian datang ke sini kok tidak memberi kabar dulu." Ibu terlihat sedikit kaget dengan kedatangan kami yang tiba-tiba. "Ayo, masuk!" ajak ibu dengan mengambil Fadil dari gendongan Mas Pram.Kami langsung duduk di ruang depan."Ibu tinggal sebentar, ambil minum dan kue. Kebetulan Ibu habis bikin kue kesukaanmu, Fa. Pas sekali kalian datang ke sini.""Ti - tidak usah, Bu. Ayah mana, ya? Sifa mau bicara sama Ayah dan Ibu." "Iya, tapi kalian kan habis perjalanan lumayan jauh. Istirahat dulu, nyantai-nyantai, baru kita bicara. Memangnya mau bicara soal apa, Fa? kamu terlihat serius banget.""Soal Tan - Tante Lili, Bu."Kini pandangan Ibu langsung tertuju ke arahku dengan tatapan yang dalam."Lili lagi. Apal

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 40

    Pelakor Itu Tanteku"Apa, Bu? Tante Lili kabur?"Baru semalam kulewati kebahagiaan bersama Mas Pram. Sekarang pikiranku sudah mulai cemas dan tidak tenang. Ibu memberi kabar, kalau Tante Lili kabur dari rumah. "Kenapa, Fa?" tanya bapak mertua dengan wajah yang penasaran."Kenapa, Sayang? Siapa yang kabur?""Tan - Tante Lili, kabur." "Fa, Ibu minta maaf, karena tidak bisa menjaga tantemu. Ibu sudah kunci kamarnya, tapi dia izin mau ke belakang. Dia pergi tanpa membawa pakaiannya."Tidak bisa dipungkiri, kalau aku merasa takut. Takut kalau Tante Lili akan datang untuk merusak rumah tanggaku bersama Mas Pram, lagi."Bu - bukan salah Ibu. Tapi, memang Tante Lili yang sudah kelewatan. Apa mungkin dia akan ke kota ini lagi, Bu?""Ibu juga tidak tahu, Fa. Kemarin, dia memang keberatan Ibu ajak pulang. Ibu suruh dia resign dari tempat kerjanya. Tapi, dia menolak."Apa sebenarnya rencana Tante Lili sekarang?"Kamu simpan baik-baik surat perjanjian waktu itu, Fa! Kalau Lili macam-macam lagi,

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 39

    Pelakor Itu Tanteku"Kalau berkenan, Mas Pram bisa dibawa pada Ustadz Faiz. In Syaa Allah, beliau bisa menangani keadaan Mas Pram saat ini," terang Pak Burhan selesai menandatangani surat perjanjian. Beliau menjadi salah satu saksi dalam surat perjanjian tersebut. Pak Burhan adalah RT di tempat tinggal Panji. Dan saran dari Pak Burhan disetujui semua pihak keluarga. Mereka yakin kalau Pak Burhan tidak mungkin berbohong atau punya niat tidak baik pada kami.Akhirnya, Pak Burhan langsung mengantar kami ke tempat Ustadz Faiz. Sedangkan Tante Lili, dia tidak dilepaskan begitu saja. Ayah dan Ibu akan membawanya pulang ke rumah. Mereka tidak mengizinkan Tante Lili tinggal satu kota denganku dan Mas Pram, lagi. Sesampainya di rumah Ustadz Faiz, aku terdiam sejenak. Pak Burhan dan semua keluarga nemandangku. Sepertinya mereka paham dengan sikapku itu. "Mari!" ajak Pak Burhan pada kami. "Assalamu'alaikum, Ustadz.""Wa'alaikumsalam," jawab ustadz dengan sikap yang begitu ramah. Aku berdiri

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 38

    Pelakor Itu Tanteku"Jangan, Mbak! Jangan bawa Lili ke pihak berwajib. Lili ngga mau di penjara. Lili mohon, Mbak! Lili minta maaf!" Kata-kata yang terus terucap dari mulut Tante Lili.Hal yang tidak pernah terbayangkan sedikitpun, kalau hubungan Tante Lili dengan kami akan seperti ini.Tangan Ibu terus menyeretnya. Dan Tante Lili tetap berusaha berontak. Ibu langsung menghentikan langkahnya. Dengan mata berkaca-kaca, Ibu menatap Tante Lili begitu tajam. "Minta maaf? Kamu bilang minta maaf? Kamu tahu, berapa banyak hati yang tersakiti karena ulahmu? Terutama Sifa, keponakanmu sendiri."Aku memang belum banyak bicara, karena masih syok dengan apa yang kulihat tadi. Bahkan, degupan jantung yang kencang masih begitu terasa. "Ini soal hati, Mbak. Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa bisa mencintai, Pram. Kenapa harus aku yang disalahkan atas semua ini. Tidak adil. Benar-benar tidak adil."PLAKKKKJawaban itu, membuatku mendaratkan sebuah tamparan untuk kesekian kalinya pada Tante Lili.

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 37

    Pelakor Itu Tanteku"Sudah pindah? Mak - maksud Bapak bagaimana, ya?" tanyaku pada seorang Bapak yang mengaku pemilik rumah yang di tempati pamannya Panji."Iya Mbak, mereka cuma nempatin rumah ini untuk satu bulan saja, tapi belum ada seminggu mereka sudah mengosongkan rumah ini. Kelihatannya mereka buru-buru."Tubuhku rasanya begitu lemas. Entah apa maksud dengan semua ini. Aku takut. Benar-benar takut."Ba - Bapak tahu dengan Ustadz yang menempati rumah ini?""Ustadz, Mbak? Saya malah tidak tahu kalau ada Ustadz. Saya permisi dulu, Mbak."Aku langsung berlari menuju mobil, di mana semua keluarga ada di dalam."Kenapa, Fa? Kenapa kamu terlihat bingung seperti itu?" tanya ayah dengan wajah penasaran."Sifa harus segera telepon Panji, Yah."Dadaku terasa bergemuruh dengan begitu banyak pertanyaan yang bergelayut dalam pikiran.Aku harus segera menelepon Panji. Apa maksud dari semua ini? Dengan cepat kutekan nama Panji dalam ponselku. "Panji, kamu di mana sekarang?" tanyaku tanpa mem

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 36

    Pelakor Itu TantekuSedikitpun tak kualihkan pandangan ini dari Panji. Aku merasa ada yang aneh dari sikapnya, apalagi setelah mendengar dia menyebut tanteku dengan sebutan 'Lili' seakan-akan begitu akrab. "Ngga enak banget lho, diliatin sampai segitunya," ucap Panji dengan memberi senyum tipis."Kamu sedang tidak menyembunyikan sesuatu dariku 'kan?" tanyaku tanpa basa-basi.Panji terdiam sejenak."Maksudmu aku berbohong?""Aku ngga bilang kamu berbohong. Memangnya kamu sedang berbohong?" Kuputar balik ucapan dari Panji.Suasana jadi terasa tegang dan kaku. "Ini sudah sampai pertigaan lho, Fa. Masa iya, kamu mau ngeliatin aku terus seperti itu?" terangnya dengan mengalihkan pertanyaan.Ekhem ... seketika pandangan kualihkan ke depan. "Kita berhenti di depan Coffee Shop."Hmhh ... sudahlah, lebih baik aku fokus soal Tante Lili dulu. Sudah terlalu banyak masalah yang aku hadapi saat ini."Makasih. Aku turun dulu, Nji."Aku langsung turun menuju Coffee Shop tempat ketemuan dengan Tant

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 35

    Pelakor Itu TantekuPagi yang seharusnya menjadi pagi paling membahagiakan. Di mana semua keluarga berkumpul. Tetapi hal itu tidak kurasakan, karena Mas Pram tidak ada di tengah-tengah kami."Fa. Mendingan kamu berangkat ke toko saja, daripada banyak pikiran di rumah! Lagian Fadil banyak yang jagain. Kamu bisa fokus dengan kerjaan di toko," ucap Mbak Indah yang mendekatiku di ruang depan."Ngga tahu lah, Mbak. Pikiranku masih fokus dengan Mas Pram.""Pram 'kan sudah ditangani sama Ustadz, kamu tenang, Fa!"Harusnya aku memang tenang, tapi entah kenapa perasaanku masih saja cemas. Apa mungkin karena aku tidak terbiasa tanpa Mas Pram? Hmhh ....Ada baiknya kalau aku berangkat ke toko saja. Daripada kepikiran Mas Pram terus di rumah. "Mbak, Sifa siap-siap dulu, ya. Mau ke toko.""Nah, gitu, Fa. Semangat!"Aku pun berlalu meninggalkan Mbak Indah sendirian dan masuk ke kamar untuk ganti baju serta menyiapkan semua yang harus dibawa. "Semuanya, Sifa pamit ke toko dulu, ya. Sifa titip Fadi

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 34

    Pelakor Itu TantekuPOV PanjiPerempuan itu memang tidak bisa kulupakan. Meski sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Dan sekalinya bertemu lagi, ternyata dia sudah menikah dengan teman kuliahku, Pram.Dari awal tidak ada niat sedikitpun untuk merebut dia dari temanku sendiri. Namun sebuah kesempatan membuat diriku tidak ingin menyia-nyiakannya.Aku memang pernah suka dengannya, sebuah rasa yang tumbuh ketika kita masih ABG. Kalaupun cinta, bisa disebut hanya cinta monyet. Berkali-kali aku mengirim surat padanya, tapi tak ada satupun yang dibalas. Dia memang salah satu primadona di SMP kami. Tetapi perasaanku dulu padanya masih tetap ada.Sifa, perempuan yang bisa menarik hati setiap lelaki yang memandangnya. Dia memang perempuan yang sederhana, tidak neko-neko seperti perempuan kebanyakan. Dan dari dulu tidak berubah. Dengan kesederhanaannya saja, dia terlihat begitu menarik dan anggun. Pria manapun tidak mungkin bisa menolaknya.***"Eh ... ngapain, Mbak, mengendap-endap di depan rumah

DMCA.com Protection Status