Ardan mondar mandir di ruangan tamu, sejak tadi malam ia benar-benar Tidak mendapatkan jawaban apapun itu mengenai keberadaan adiknya.
Rasa khawatir kian menjalari tubuhnya serta beberapa asumsi yang mempengaruhi dirinya saat ini.
Kemana ia bisa menemukan adiknya itu? Kota Ini begitu besar dan tak akan bisa ia periksa satu persatu daerah itu.
Ardan melihat ponsel nya, sejak tadi ia terus saja melihat ponselnya itu dan berharap Ara akan menelponnya dan meminta dirinya untuk menjemput.
Ia masih begitu ingat bagaimana Ara dulu begitu manja padanya itu. Bahkan banyak kali ia melihat Ara yang tak bisa jauh dari jangkauan nya.
"Duduklah nak, apa berdiri itu adalah sebuah hobi mu saat ini hm?" Tanya ayahnya yang entah datang dari mana itu.
Ardan menoleh singkat ke arah Ayahnya dan kemudian langsung pergi meninggalkan ayahnya itu yang baru saja tiba bersama kopi dan
Setelah terdiam cukup lama di dalam mobil sambil terus melafazkan kata masuk atau tidak. Akhirnya Ardan mengambil keputusan untuk masuk juga.Ditatapnya kiri dan kanan terlebih dahulu dan kemudian langsung mengambil sebuket bunga.Matanya menatap pagar yang bertuliskan pemakaman umum itu. Ardan menarik sudut bibirnya ke atas membentuk senyuman sekilas. Tidak, itu bukan sebuah senyuman melainkan kesinisan.Dengan langkah gontai setelah memantapkan hatinya itu selama satu jam akhir Ardan memilih untuk masuk lebih dalam saat ini. Mencari keberadaan Dimana makam sang kembaran nya itu berada.Iya, saat ini ia sedang berada di pemakaman Karina. Setelah dirinya mengantarkan Karina menjemput kematiannya malam itu, inilah pertama kalinya dirinya datang untuk mengunjungi kembarannya itu lagi.Rasanya begitu canggung saat ini, entahlah dirinya juga Tidak tahu kenapa bisa menjadi seper
"Mau ngapain kamu datang kesini hm?" Ucap seseorang yang langsung membuat Ardan menoleh ke sumber suara.Wanita yang mengenakan baju serba hitam itu menatap sinis ke arah Ardan Yang sedang terduduk itu.Di tangan nya ia membawa bunga Lily untuk wanita yang sedang mendapatkan kunjungan itu."Ara." Ucap Ardan.Ara melepas kan kaca mata hitamnya saat mata mereka beradu tatap.Karina Pratiwi Pradipta, itulah nama yang di kunjungi oleh Ara.Tak ingin membuat rusuh di pemakaman sang kakak dan tak ingin membuat dirinya terlibat perdebatan seperti setiap kali bertemu, Ara langsung berjalan mendekati kuburan Karin dan meletakkan bunga Lili sambil mengembangkan senyumnya."Aku datang lagi kak, kakak apa kabarnya sekarang? Baik atau sudah bahagia dan tenang disana hm?" Ucap Ara membuka obrolan nya kepada Batu nisan yang dianggap sebagai Karin itu.
Ara kembali ke kost nya, niatnya ia ingin menangis Bombay di dalam kamar sambil mengingat perkataan nya dengan Ardan tadi di pemakaman. Tapi semuanya itu sirna saat ia sampai di depan rumah, Tian sudah dengan Sangat santai menunggu nya di depan kosnya sambil memainkan ponselnya.Seperti nya laki-laki itu sudah menunggu terlalu lama hingga membuat ia terjebak dalam sebuah situasi membosankan. Terbukti dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya laki-laki itu.Jas dan kemeja sudah kemana-mana, tidak Serapi biasanya. Ah, seperti inikah tuan muda yang sebenarnya itu?"Apa yang kau lakukan disini hm? Kost ku bukan tempat sesuka mu untuk datang dan pergi seperti ini tuan.""Aku menunggumu Sejak tadi nona pelacur, apa seperti ini balasanmu padaku?""CK, aku tidak memintamu untuk menunggu ku atau Datang kerumahku tuan.""Tapi aku merindukanmu Ara." 
Ara telah selesai membersihkan dirinya dan kini juga sudah selesai berdandan. Malam ini ia akan kembali lagi masuk ke club malam itu, ia harus mendapatkan informasi yang mendekati tentang kejadian itu. Bagaimanapun semua ini harus Bergerak dengan cepat. Karena ia juga ingin cepat-cepat bebas dari club malam itu.Harapannya seperti itu tapi hasil nya belum ada sama sekali. Bahkan tanda-tanda nya juga tidak ada, Ara benar kesusahan dalam menemukan titik terang dari kasus ini, semuanya seperti telah disimpan dengan begitu rapat.Ara duduk di kasur nya dan kemudian langsung membuka lemari yang ada di samping mejanya itu. Ia mengambil sebuah ponsel dari dalam lemari itu dan kemudian langsung menghidupkan ponsel tersebut.Ia tahu bahwa menghidupkan ponsel ini sama saja ia memulai sebuah hal baru yang akan merubah dunia nya ini. Namun apa mau dikatakan lagi, ia benar-benar capek hidup menunggu seperti ini tanpa bisa bergerak.
Setelah selesai acara rindu-rinduan dan kangen-kangenan itu kini disinilah mereka berdua berada.Ken membawa Ara ke salah satu restoran termahal di kota mereka itu.Ara menatap takjub pada restoran yang sedang ia datangi itu. Interior Eropa yang digunakan itu benar-benar membuat dirinya tak berkedip sama sekali.Ia benar-benar sibuk mengagumi interior yang ada di restoran itu hingga tak mendengar sejak tadi Ken mengajak dirinya bicara."Ara." Panggil Ken dengan Begitu lembut.Inilah hal yang paling ia sukai dari Ken, apapun yang sedang terjadi laki-laki itu selalu saja bersikap lembut kepadanya.Dirinya benar-benar diperlakukan layaknya seorang wanita."Iya, kenapa?" Tanya Ara, matanya masih sibuk memandang kesana kesini meneliti setiap sudut ruangan yang nampak di matanya itu."Lo mau pesan apa hm?"
Terdengar helaan nafas kasar dari Ken, "Duduklah terlebih dahulu tuan. Mari makan bersama, aku sedang memesan banyak malam ini. Atau ada yang tak ingin kau makan disini? Aku akan meminta pelayan untuk menyiapkan untuk mu yang baru." Ucap Ken mempersilahkan Tian untuk duduk.Tian tak menolaknya, ia bahkan duduk dengan begitu rapi saat ini. Ia tidak akan pulang tanpa Ara, begitu lah yang ada dalam pikirannya saat ini.Ara menatap tajam ke arah Tian, entah Kenapa laki-laki di hadapan ini bukannya pergi malah duduk di hadapannya."Bolehkah aku meminta sebuah steak tuan?" Tanya Tian kepada Ken."Tentu Tuan, pesan saja apa yang ingin kau pesan itu." Jawab Ken.Ara benar-benar tak tahu apa yang ada dalam pikiran Tian saat ini. Berdekatan dengan dua laki-laki yang sungguh ribet seperti mereka berdua ini sangat memusingkan kepala.Seorang waiters datang saat Ken melam
"Kita kemana? Pulang atau club malam?" Tanya Tian saat mereka sedang di jalan masih belum jelas akan pergi kemana."Ke suatu tempat yang sunyi," jawab Ara. Ia tak mengalihkan pandangannya dari melihat gedung pencakar langit yang mereka lewati.Tiba-tiba bayangan saat ia bersama dengan Karin melintas di ingatan.Flashback on"Kak Karin, kalau udah besar mau jadi apa? Eh slaah, maksudnya cita-cita kak Karin itu apa?" Tanya Ara. Ia sedang sibuk mendirikan istana dari pasir lautnya.Sedangkan Ardan, laki-laki itu sedang sibuk berenang. Karin sangat menyukai Laut, itulah kenapa jika mereka jalan-jalan selalu ke laut.Karena tidak mungkin mengikuti keinginan Ardan yang ingin sesuatu yang begitu mainstream. Apalagi Ara, Ara masih terlalu anak-anak hingga jika ditanya selalu saja ingin berlibur ke luar negri. Entah apa yang dicarinya disana, dari kecil hingga sekaran
Setelah membelah jalan selama hampir empat puluh lima menit akhirnya mobil yang dikendarai oleh Tian sampai di depan pekarangan rumah kontrakan Ara.Tadi saat di tanya Ara ingin pulang Kemana, Ara memilih untuk Pulang ke kontrakan daripada rumah besar yang sangat membuat dirinya merasa seperti di penjara. Ia menyukai sebuah kebebasan seperti yang saat ini ia jalani.Perdebatan Antara Ken dan Tian masih terngiang dengan jelas di telinga nya sampai saat ini membuat ia mau tak Mau harus benar-benar ekstra pintar dalam menghindari kedua makhluk itu mulai saat ini.Entah Kenapa kedua makhluk hidup itu seperti membuat ia ingin bunuh diri saja dan kemudian mati meninggalkan dunia Fana ini yang penuh dengan tipu-tipu.Tapi
“Apa yang kamu lakukan? bukankah aku sudah mengatakan untuk keluar dari sini? mengapa malah berbalik lagi?”Ara memejamkan matanya sebentar dan kemudian menatap Tian, “Aku mengizinkanmu mengambil keperawanan ku Tian, sebagai gantinya tolong nikahi aku dan lindungi aku.” Ucap Ara.Mendengar itu, Tian langsung bangun dan duduk disamping Ara. Kening nya berkerut saat melihat ekspresi wajah Ara yang seperti ketakutan itu.Baru beberapa menit yang lalu wanita itu pergi meninggalkan kamar ini dengan sangat arogan sekali. Tapi kenapa kini ia berbalik dengan ekspresi yang Sangat kacau seperti ini."Apa yang terjadi Ra?" Tanya Tian.Ara diam, ia masih mengatur pernapasannya yang tidak beraturan itu.Berlarian dengan kecepatan seperti tadi itu benar-benar tak pernah ia lakukan semenjak lulus dari sekolah SMA yang mewajibkan semua siswa untuk ola
Ara menatap kesekeliingnya saat memasuki sebuah kamar hotel yang telah di pesan oleh Tian.“Kenapa?” tanya Tian saat menyadari bahwa Ara tampak tidak suka.“Apa?” Tanya Ara yang seolah tidak mengerti kemana perginya pertanyaan Tian barusan itu.“Kau tidak menyukai kamarnya?” tanya Tian.Ara menoleh kearah Tian yang ada disampingnya itu, “Kenapa? apa pedulimu hm?” tanya Ara sinis.Tian terkekeh saat mendnegar jawaban dari Ara itu, Wanita ini selalu saja bertingkah di luar ekspetasinya dan itu adalah hal yang paling ia sukai.“Jadi, kapan kita aka
"Ini adalah salah satu resiko menjadi wanita malam Ra. Hanya ada dua pilihan saat kau memutuskan masuk ke dunia malam. Yang pertama kau harus menghayati peran mu dengan menjadi pelacur sungguhan yang hina atau keluar dari dunia malam tanpa mendapatkan apapun yang kau cari!" Ucap Tian lagi.Dan ekspresi Ara saat ini Benar-benar tidak bisa terbaca. Entah apa yang saat ini ia pikirkan setelah mendengar pernyataan dari Tian barusan itu.Dengan sangat santai sambil mengembangkan sebuah senyum Tiara menjawab, "Hidupku bukanlah sebuah pilihan! Bagaimana kedepannya, cukup aku yang tahu tentang hidupku." Ucap Ara setelah cukup lama terdiam.Tian menganggukkan kepalanya atas ucapan yang di ucapkan oleh Ara barusan itu. Kedua tangannya ia lipat di dada serta saat ini ia ber
Ara terdiam saat memasuki sebuah cafe tapi tak ada satupun orang yang datang. Cafe ini benar-benar sangat sepi Sekali, Ara terus saja bertanya-tanya di dalam hati. Apa yang sedang direncanakan oleh Tian saat ini? "Selamat datang nona." Ucap salah satu pelayan cafe tersebut sambil menundukkan kepalanya saat Ara berhenti di hadapannya. "Terimakasih." Jawab Ara sambil mengembang kan sebuah senyum. Lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. "Atas nama nona Tiara Aprilia kan?" Tanya pelayan tersebut memastikan tamu nya itu. Ara mengangguk kan kepalanya kepada si pelayan tersebut. "Mari nona, ikut saya. Akan saya tunjukkan tempat nya
Ara membuka matanya dan pandangan pertamanya jatuh pada langit kamar yang berwarna putih. Penglihatannya yang kurang jelas itu langsung membuat ia mengedipkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.Kini penglihatannyayang kurang jelas pada langit kamar itu menjadi begitu terang. Ia menoleh ke arah sampingnya untuk mengenali tempat ia berada saat ini.Ini bukan kamarnya maupun kontrakan nya. Jadi, ini dimanan? Rumah sakit? Bukan! ini juga bukan rmah sakit. Lalu ini dimana?Pandangan mata Ara jatuh pada dirinya sendiri yang sedang berada dalam selimut tebal. kasur yang berukuran king itu langsung menraik perhatiannya.“Apakah aku sedang berada di hotel?” Tanya Ara pada dirinya sendir
Ara terus saja berjalan membawa diri, ucapan Ken masih terngiang’-ngiang di telinga nya saat ini.Hancur? mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini. Bagaimana bisa ia percaya bahwa orang yang selama ini ia percaya adalah musuh dirinya yang sebenarnya. Dan bodohnya dirinya karena begitu mempercayai laki’-laki yang ia sebut seorang sahabat itu.Masih begitu ingat dalam ingatan bagaimana Ken datang dalam hidupnya dan memberikan ia keyakinan untuk membantu memecahkan segala masalah yang sedang ia hadapi.Meskipun agak sedikit lama namun Ken benar-benar berhasil menipu dirinya.Ia juga ingat bagaimana ia memberitahuKan tentang rencana yang menurutnya akan berhasil untuk memancing si pembunuh keluar dari sarangnya. Namun beberapa kali serangan yang ia lakukan ia harus menelan kenyataan yang begitu pahit sekali karena as selalu berakhir dengan kegagalan dna kali ini
"Ra." Panggil Ken yang langsung membuat tawa Ara berhenti."Ya." Jawab Ara."Maaf."Ara menaikkan alisnya, "Untuk?" Tanya Ara."Aku terlibat dalam pembunuhan kak Karin malam itu." Ucap Ken dengan begitu hati-hati bahkan ia memejamkan matanya tak berani menatap wajah dan ekspresi dari Ara yang entah seperti apa saat ini.Hening menyelimuti suasana di danau saat ini. Bahkan Ara benar-benar tidak tahu harus merespon apa dari ucapan Ken barusan tadi. Rasanya begitu sangat Sesak sekali di dadanya seperti tak ada udara yang bisa ia hirup.Waktu seolah berhenti sejenak, ucapan Ken seperti sebuah tamparan keras untuk dirinya. Orang yang ia percaya selama ini merupakan salah satu orang yang terlibat dalam pembunuhan sang kakak.Apakah semua ini sebuah lelucon? Jika iya, maka dengan sangat terpaksa Ara akan mengatakan bahwa lelucon ini tidak
"Tolong, Katakan dengan sejujurnya semua yang kamu ketahui tentang ucapan Ardan tadi." Ucap Ara yang langsung membuat Ken terdiam.Sejujurnya ia tak tahu apa yang harus ia katakan, lebih tepatnya ia tak tahu darimana ia harus memulainya. Pikirannya menerawang jauh memikirkan sesuatu yang sampai saat ini sangat ia sesali.Ia benci keadaan ini, benci dengan situasi yang semuanya palsu. Dan yang paling terpenting ia benci dirinya sendiri.Ia benci semua yang melibatkan dirinya sampai sejauh ini dalam Masalah yang ia sendiri tidak tahu mengapa menghampiri hidupnya yang tenang.Hidup dalam sebuah sandiwara hingga saat ini dan benar-benar jauh dari jati dirinya sendiri.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menunggu jawaban dari Ken itu.Wajah polos yang selalu mempercayai dirinya selama ini, apakah ia tega menyakiti perasaannya?"Ra." Panggil Ke
"Ken, tolong Jangan pergi. Tolong beri aku penjelasan Dari semua ini." Lirih Ara.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menatap nya dengan tatapan sendu. Ken melepas kan tangan Ara dari tangan nya dengan Sangat hati-hati sekali. Sebuah senyum tak lupa ia kembangkan di hadapan Ara."Bukan aku yang berhak dalam menjelaskan semuanya ini Ra. Yang berhak itu adalah keluarga kamu. Aku hanya orang asing disini yang kebetulan mendapatkan tawaran bersama dengan kamu memimpin perusahaan mu.""Tapi, bukannya kamu tahu bahwa aku tak menginginkan perusahaan itu? Kau tahu itu kan Ken.""Banyak hal Ra, banyak hal yang memang harus kamu mengerti dari semua nya ini. Jangan terlalu sibuk dengan hidupmu sendiri. Jangan terlalu fokus dengan masalah mu Ra. Banyak hal di sekeliling mu yang harus kamu perhatikan. Ingat, jati dirimu sebenarnya adalah seorang tuan putri dan itu tidak akan bisa kamu hilangkan meskipun kamu ingi