ara memejamkan matanya, merasakan angin yang bertiup. "tuhan aku rindu, kirimkan dia sebentar saja dalam wujud nyata maupun tidak yang penting bisa untuk aku memeluknya."
menyadari bahwa ara sedang larut dalam memori nya itu, ardan berhenti mengayun. ia tabu bahwa adik bungsunya itu masih tetap tiara aprilia yang dulu namun ia selalu saja berusaha untuk menjadi orang lain saat berhadapan dengan dirinya.
tumbuh bersama dan hanya terpisah dengan waktu tujuh tahun tidak akan membuat ara berubah begitu drastis seperti yang telah ara tunjukkan kepada selama in
bagaimanapun ia tahu adiknya itu masih sangat sama seperti dulu, ia masih tiara aprilia yang manja dna tiara aprilia yang sangat dirinya sayangi hingga saat in
kesalahpahaman yang sedang membuat mereka menjauh seperti ini tidak akan terus ardan biarkan. ia akan membuat sebuah titik terang itu ada untuk membawa adik bungsunya ini kembali kepada ny
"Maaf kak." Ucap Ara dengan sangat pelan sekali.Ara turun dari ayunan tersebut dan kemudian langsung berlari memeluk Ardan yang berada di ayunan sebelah.Karena tidak begitu siap dengan pelukan yang dilakukan oleh Ara membuat Ardan hampir saja jatuh jika ia tak sigap mengendalikan dirinya dan juga Ara."Maaf." Bisik Ara.Bian hanya mengangguk ia sendiri tak tahu apa yang ada dalam pikiran adik bungsunya ini sehingga bisa berubah seperti ini. Padahal Ara sangat membenci dirinya.Tanpa disadari air mata Ara jatuh membasahi pipinya dan kemudian mengenai baju yang dikenakan oleh Ardan hingga membuat Ardan langsung menguraikan pelukannya."Hei, kenapa?" Tanya Ardan sambil mengusap lembut air mata yang membasahi pipi Ara.Ara menggeleng kan kepalanya, "Ara haus, bisa ambil kan Ara minum?" Tanya Ara sambil mengembangkan senyumnya ke arah Ardan.
Setelah berlarian cukup jauh akhirnya Ara sampai di depan rumahnya. Semua mata yang ia lalui itu menatapnya dengan penuh tanda tanya. Tak biasanya nona muda mereka seperti itu, biasanya ia selalu saja bersikap anggun dan kemudian membuat tingkah sesuai mood nya. Tapi kali ini, wanita yang selalu saja tenang itu kini berubah menjadi Wanita yang Sangat tergesa-gesa. Ada hal yang membuat ia panik. "Jalan pak." Ucap Ara pada supir mobil Tian. Tian menaikkan alisnya, "Wah wah wah, coba lihat ini. Siapa yang majikan dan siapa yang numpang sih?" Ucap Tian kepada Ara yang sedang mengatur nafasnya karena habis berlarian. Sudah sangat lama ia tidak berlari seperti ini. Tapi kali ini, ia berlari seperti orang yang mempunyai salah. "So? Masalah buat anda? Bukankah Anda pernah mengatakan bahwa saya bebas menyuruh supir ini?" Jawab Ara sinis. Tian terdiam, memang benar bahwa dirinya
"Menjual diri? Menjual diri bagaimana maksudnya?" Tanya Aldi, ia begitu penasaran dengan perjalanan hidup wanita di hadapannya itu."Ya menjual diri. Apakah kau tidak tahu cara menjual diri yang aku maksud itu hm?"Aldi menggeleng kan kepala nya sambil meracik minuman pesanan seseorang laki-laki yang baru saja datang."Menjual diri? Apakah itu tandanya kau adalah Wanita malam nona?" Tanya seseorang laki-laki yang baru saja tiba itu.Ia tak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua jadi berniat untuk ikut larut dalam obrolan itu daripada hanya diam saja menunggu racikan minuman nya itu.Ara melihat ke arah kanannya tepat dimana laki-laki yang tak ia kenal
Ini bukan gelas kedua yang diteguk oleh Ara, melainkan gelas ke sepuluh. Masih dengan Reyhan yang masih setia menemaninya minum. Tapi pada gelas ke Sepuluh Ara sudah hampir kehilangan kendalinya. Ah entahlah, ini curiga kenapa ia bisa seperti ini. Selama ini ia tak pernah mabuk hanya karena minum anggur merah berbotol-botol banyak nya.Tapi entah kenapa malam ini di gelas kesepuluh nya ia hampir saja kehilangan kendali untuk dalam kesadaran nya yang penuh. Apakah kali ini anggur merah yang ia jadikan teman selama tujuh tahun ini mengkhianati dirinya? Atau orang yang meracik nya? Tapi bisa jadi juga Reyhan yang sejak tadi keliatan begitu royal Padanya.Dalam kondisi seperti ini ia tak bisa benar-benar berpikir dengan jernih siapa yang membuat ia mabuk ini? Padahal tadi pada gelas kesembilan ia masih berada dalam kesadaran penuh. Bahkan ia masih ingat pembahasan yang mereka bahas tadi.Tadi mereka membahas tentang Reyhan y
Reyhan berjalan dengan cepat keluar dari club malam. Matanya menyapu sekeliling nya mencari sosok yang baru saja pamit pulang kepada nya tadi. Dalam kondisi mabuk ia tahu bahwa Ara tak akan meninggalkan club malam ini dengan sangat cepat.Ia yakin bahwa wanita itu masih ada disekitar sini. Tapi kenapa tak terlihat sama sekali sejak tadi?Reyhan berinisiatif untuk melanjutkan langkahnya, siapa tahu saja dugaannya itu salah. Mungkin saja Ara sudah pergi jauh, melihat kelakuan Ara tadi itu tidak menutup kemungkinan untuk hal seperti itu terjadi. Wanita itu cantik tapi benar-benar aneh.Ia berjalan ke arah mobilnya, setelah sampai ia langsung masuk dan kemudian menjalankan mobilnya itu. Ia takut Ara kenapa-kenapa. Malam sudah semakin larut dan permen pasti sudah siaga pada tempatnya masing-masing.Bayangan Ara dicegat oleh para perman terus menari-nari di kepalanya hingga membuat ia langsung melajukan mo
"Maafkan saya Nona." Ucapan itu diucapkan dengan penuh rasa sesal hingga membuat Ara, Anton dan juga Aman terdiam. Beberapa pertanyaan muncul begitu saja di otak menanti sebuah jawaban."Maaf kan saya," lirih preman itu lagi yang membuat Ara dan yang lainnya tidak mengerti apa yang membuat Alim sampai bersujud itu.Alim bangkit dari sujud nya Dan kemudian menatap Ara beberapa detik sebelum ia berdiri dan kemudian lari dengan begitu kencangnya hingga membuat Aman dan Anton ternganga dan kemudian ikut mengejar Alim yang sudah tak kelihatan lagi wujud nya itu.Melihat ketiga preman itu berlari meninggalkan dirinya Ara benar-benar merasa sangat aneh sekali. Lebih lagi saat mendengar permohonan maaf yang dilontarkan oleh Alim begitu tulusnya. Sebenarnya ada apa sebenarnya saat ini?Ara berdiri dari duduknya, ia sudah tidak mabuk lagi dan mungkin ia akan berjalan kaki lebih jauh lagi untuk mencari angkutan
"Lagi dapet orderan?" Tanya orang itu dengan nada mengejeknya.Bila menaikkan alisnya sebagai jawaban dari ucapan Tian. Entah kenapa laki-laki ini sungguh sangat mengganggu nya dalam hal apapun itu yang ia sendiri tidak tahu apa maksudnya."Kalau iya, kenapa hm? Sewot ya?" Tanya Ara sambil melewati Tian yang berdiri menghalangi jalannya itu.Tian terkekeh mendengar ucapan Ara itu, apakah wanita itu tidak salah bicara? Bagaimana ia bisa mengatakan bahwa dirinya sedang sewot? Astaga terasa begitu lucu sekali saat ini mendengar ucapan Ara.Apa yang harus ia sewot kan dari Ara? Bukankah itu bagus jika Ara mendapatkan orderan dan itu tandanya perawan pelacur pemula itu sudah pecah?
"Iya sih pelacur, tapi belum resmi." Jawab Ara yang langsung membuat Tian langsung menghentikan tawanya. Kini raut wajahnya berubah menjadi penuh tanya."Maksud nya?""Kan belum pernah Wiwik." Jawab Ara yang begitu frontal sekali.Tian membelalakkan matanya dan kemudian ia menggeleng kepalanya itu, sungguh ia tak mengerti apa sebenarnya yang ada dalam pikiran wanita di depannya ini."Ra, Are you Ok?" Tanya Tian dengan raut serius.Ara mengangguk kan kepalanya, "iya, kenapa?" Tanya Ara yang benar-benar polos sekali seolah tak mengerti kesalahan atas ucapan nya yang begitu frontal itu.Tian menghela nafasnya dengan kasar dan kemudian melirik sekilas arloji di pergelangan tangan nya itu.Hari sudah begitu larut, mungkin kah karena kecapean Ara menjadi seperti ini? Jika iya, sebaiknya wanita itu istirahat agar tidak ada lagi ocehan seperti it
“Apa yang kamu lakukan? bukankah aku sudah mengatakan untuk keluar dari sini? mengapa malah berbalik lagi?”Ara memejamkan matanya sebentar dan kemudian menatap Tian, “Aku mengizinkanmu mengambil keperawanan ku Tian, sebagai gantinya tolong nikahi aku dan lindungi aku.” Ucap Ara.Mendengar itu, Tian langsung bangun dan duduk disamping Ara. Kening nya berkerut saat melihat ekspresi wajah Ara yang seperti ketakutan itu.Baru beberapa menit yang lalu wanita itu pergi meninggalkan kamar ini dengan sangat arogan sekali. Tapi kenapa kini ia berbalik dengan ekspresi yang Sangat kacau seperti ini."Apa yang terjadi Ra?" Tanya Tian.Ara diam, ia masih mengatur pernapasannya yang tidak beraturan itu.Berlarian dengan kecepatan seperti tadi itu benar-benar tak pernah ia lakukan semenjak lulus dari sekolah SMA yang mewajibkan semua siswa untuk ola
Ara menatap kesekeliingnya saat memasuki sebuah kamar hotel yang telah di pesan oleh Tian.“Kenapa?” tanya Tian saat menyadari bahwa Ara tampak tidak suka.“Apa?” Tanya Ara yang seolah tidak mengerti kemana perginya pertanyaan Tian barusan itu.“Kau tidak menyukai kamarnya?” tanya Tian.Ara menoleh kearah Tian yang ada disampingnya itu, “Kenapa? apa pedulimu hm?” tanya Ara sinis.Tian terkekeh saat mendnegar jawaban dari Ara itu, Wanita ini selalu saja bertingkah di luar ekspetasinya dan itu adalah hal yang paling ia sukai.“Jadi, kapan kita aka
"Ini adalah salah satu resiko menjadi wanita malam Ra. Hanya ada dua pilihan saat kau memutuskan masuk ke dunia malam. Yang pertama kau harus menghayati peran mu dengan menjadi pelacur sungguhan yang hina atau keluar dari dunia malam tanpa mendapatkan apapun yang kau cari!" Ucap Tian lagi.Dan ekspresi Ara saat ini Benar-benar tidak bisa terbaca. Entah apa yang saat ini ia pikirkan setelah mendengar pernyataan dari Tian barusan itu.Dengan sangat santai sambil mengembangkan sebuah senyum Tiara menjawab, "Hidupku bukanlah sebuah pilihan! Bagaimana kedepannya, cukup aku yang tahu tentang hidupku." Ucap Ara setelah cukup lama terdiam.Tian menganggukkan kepalanya atas ucapan yang di ucapkan oleh Ara barusan itu. Kedua tangannya ia lipat di dada serta saat ini ia ber
Ara terdiam saat memasuki sebuah cafe tapi tak ada satupun orang yang datang. Cafe ini benar-benar sangat sepi Sekali, Ara terus saja bertanya-tanya di dalam hati. Apa yang sedang direncanakan oleh Tian saat ini? "Selamat datang nona." Ucap salah satu pelayan cafe tersebut sambil menundukkan kepalanya saat Ara berhenti di hadapannya. "Terimakasih." Jawab Ara sambil mengembang kan sebuah senyum. Lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. "Atas nama nona Tiara Aprilia kan?" Tanya pelayan tersebut memastikan tamu nya itu. Ara mengangguk kan kepalanya kepada si pelayan tersebut. "Mari nona, ikut saya. Akan saya tunjukkan tempat nya
Ara membuka matanya dan pandangan pertamanya jatuh pada langit kamar yang berwarna putih. Penglihatannya yang kurang jelas itu langsung membuat ia mengedipkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.Kini penglihatannyayang kurang jelas pada langit kamar itu menjadi begitu terang. Ia menoleh ke arah sampingnya untuk mengenali tempat ia berada saat ini.Ini bukan kamarnya maupun kontrakan nya. Jadi, ini dimanan? Rumah sakit? Bukan! ini juga bukan rmah sakit. Lalu ini dimana?Pandangan mata Ara jatuh pada dirinya sendiri yang sedang berada dalam selimut tebal. kasur yang berukuran king itu langsung menraik perhatiannya.“Apakah aku sedang berada di hotel?” Tanya Ara pada dirinya sendir
Ara terus saja berjalan membawa diri, ucapan Ken masih terngiang’-ngiang di telinga nya saat ini.Hancur? mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini. Bagaimana bisa ia percaya bahwa orang yang selama ini ia percaya adalah musuh dirinya yang sebenarnya. Dan bodohnya dirinya karena begitu mempercayai laki’-laki yang ia sebut seorang sahabat itu.Masih begitu ingat dalam ingatan bagaimana Ken datang dalam hidupnya dan memberikan ia keyakinan untuk membantu memecahkan segala masalah yang sedang ia hadapi.Meskipun agak sedikit lama namun Ken benar-benar berhasil menipu dirinya.Ia juga ingat bagaimana ia memberitahuKan tentang rencana yang menurutnya akan berhasil untuk memancing si pembunuh keluar dari sarangnya. Namun beberapa kali serangan yang ia lakukan ia harus menelan kenyataan yang begitu pahit sekali karena as selalu berakhir dengan kegagalan dna kali ini
"Ra." Panggil Ken yang langsung membuat tawa Ara berhenti."Ya." Jawab Ara."Maaf."Ara menaikkan alisnya, "Untuk?" Tanya Ara."Aku terlibat dalam pembunuhan kak Karin malam itu." Ucap Ken dengan begitu hati-hati bahkan ia memejamkan matanya tak berani menatap wajah dan ekspresi dari Ara yang entah seperti apa saat ini.Hening menyelimuti suasana di danau saat ini. Bahkan Ara benar-benar tidak tahu harus merespon apa dari ucapan Ken barusan tadi. Rasanya begitu sangat Sesak sekali di dadanya seperti tak ada udara yang bisa ia hirup.Waktu seolah berhenti sejenak, ucapan Ken seperti sebuah tamparan keras untuk dirinya. Orang yang ia percaya selama ini merupakan salah satu orang yang terlibat dalam pembunuhan sang kakak.Apakah semua ini sebuah lelucon? Jika iya, maka dengan sangat terpaksa Ara akan mengatakan bahwa lelucon ini tidak
"Tolong, Katakan dengan sejujurnya semua yang kamu ketahui tentang ucapan Ardan tadi." Ucap Ara yang langsung membuat Ken terdiam.Sejujurnya ia tak tahu apa yang harus ia katakan, lebih tepatnya ia tak tahu darimana ia harus memulainya. Pikirannya menerawang jauh memikirkan sesuatu yang sampai saat ini sangat ia sesali.Ia benci keadaan ini, benci dengan situasi yang semuanya palsu. Dan yang paling terpenting ia benci dirinya sendiri.Ia benci semua yang melibatkan dirinya sampai sejauh ini dalam Masalah yang ia sendiri tidak tahu mengapa menghampiri hidupnya yang tenang.Hidup dalam sebuah sandiwara hingga saat ini dan benar-benar jauh dari jati dirinya sendiri.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menunggu jawaban dari Ken itu.Wajah polos yang selalu mempercayai dirinya selama ini, apakah ia tega menyakiti perasaannya?"Ra." Panggil Ke
"Ken, tolong Jangan pergi. Tolong beri aku penjelasan Dari semua ini." Lirih Ara.Ken menoleh ke arah Ara yabg sedang menatap nya dengan tatapan sendu. Ken melepas kan tangan Ara dari tangan nya dengan Sangat hati-hati sekali. Sebuah senyum tak lupa ia kembangkan di hadapan Ara."Bukan aku yang berhak dalam menjelaskan semuanya ini Ra. Yang berhak itu adalah keluarga kamu. Aku hanya orang asing disini yang kebetulan mendapatkan tawaran bersama dengan kamu memimpin perusahaan mu.""Tapi, bukannya kamu tahu bahwa aku tak menginginkan perusahaan itu? Kau tahu itu kan Ken.""Banyak hal Ra, banyak hal yang memang harus kamu mengerti dari semua nya ini. Jangan terlalu sibuk dengan hidupmu sendiri. Jangan terlalu fokus dengan masalah mu Ra. Banyak hal di sekeliling mu yang harus kamu perhatikan. Ingat, jati dirimu sebenarnya adalah seorang tuan putri dan itu tidak akan bisa kamu hilangkan meskipun kamu ingi