“Kamu lihat Niko bagaimana Davan begitu bahagia berada di samping Chika,” ujar bu Suci yang sadar dengan kehadiran Niko di sampingnya. Bu Suci nampak terharu dengan keakraban menantu dan cucunya.“Ya, aku melihatnya ma,” balas Niko sambil mendekapkan tangannya. Niko ikut menikmati pemandangan Chika dan Davan saling bercanda.“Niko, awas saja jika kamu berani membuat Chika kecewa dengan sikap kamu,” tatapan bu Suci berubah menjadi tatapan ancaman.“Mengapa mama jadi mengancamku?” balas Niko bingung karena secara tiba-tiba mamanya mengungkapkan ketidaksukaan dengan dirinya.“Mama sangat tahu sikap kamu dengan seorang wanita seperti apa. Jika kamu masih bersikap dingin, jangan salahkan Chika jika suatu saat nanti dia sudah tidak tahan dengan kamu. Seharusnya kamu beruntung mendapatkan wanita masih perawan yang mau dengan duda beranak satu seperti kamu. Mama sangat yakin jika di luar sana banyak wanita yang menolak jika di ajak menikah dengan kamu,” ucapan bu Suci terdengar sinis pada Nik
Cukup lama adegan Niko mencium Chika di lakukan. Mereka saling merasakan seolah saling menyalurkan perasaan bahagia mereka. Suasana kamar yang heboh karena teriakan Davan juga tidak mereka hiraukan. Kehebohan Davan sebagai angin lalu.“Astaga kak Niko, bertobatlah karena anak suci ini melihat adegan tidak pantas kalian,” teriak Pandu, anak bungsu keluarga Raharja. Meskipun Pandu mengatakan itu sambil tersenyum, kapan lagi bisa jahil pada kakak juteknya itu, pikir Pandu.Teriakan Pandu membuat adegan Niko mencium Chika mereka terhenti. Dengan sikap canggung, Niko menjauhkan badannya dari Chika. Pasangan itu nampak malu ketika kepergok melakukan adegan yang seharusnya mereka lakukan di rumah Raharja.“Adegan itu sangat sah di lihat oleh anak sendiri. Adegan yang sama sekali tidak haram ketika orang tua Davan melakukan itu,” bela Niko untuk dirinya dan Chika. Sebisa mungkin Niko bersikap tenang walaupun jantungnya masih merasakan kaget.“Kamu memang pandai menyangkal kak,” sinis Pandu me
Selesai bicara secara pribadi, bu Suci dan Chika segera menyusul keluarganya yang lain di ruang tamu. Sebetulnya ada sedikit kekhawatiran dalam hati Chika mengenai pernikahannya dengan Niko. Chika masih tidak mengerti bagaimana arah pernikahannya karena sampai saat ini baik Chika maupun Niko belum saling terbuka tentang pernikahan mereka.“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Niko setelah ibu dan istrinya kembali bergabung dengan keluarga.“Tidak perlu kamu tahu. Perbincangan kami hanya untuk perempuan!” sentak bu Suci yang masih terlihat jengkel dengan Niko. Ingin rasanya bu Suci mencabik wajah Niko karena kesal dengan tingkahnya yang masih dingin pada Chika.“Mama bilang apa sama kamu Chika sampai kamu terdiam. Apa mama berbicara yang menyakiti hati kamu?” tidak mendapatkan jawaban yang sesuai pada mamanya, Niko langsung bertanya pada Chika untuk mengetahui jawaban yang jelas.“Ck, seperti inikah payahnya kakak aku? Meskipun aku tidak mengetahui pasti pembicaraan mereka, namun aku sang
Kodim tempat Niko bertugas dan jajarannya setiap pagi sebelum melaksanakan aktivitas rutin yaitu wajib melaksanakan olahraga minimal 1 jam. Program itu merupakan aturan baru yang ditetapkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat di jajaran TNI AD.Kegiatan olahraga yang terjadwal di setiap harinya sebelum memulai aktivitas membuat keteraturan dan keseimbangan berat badan, terpeliharannya kesehatan tubuh serta menjadikan badan lebih bugar, sehingga dengan badan yang bugar serta fisik yang baik akan sangat membantu dalam menjalankan tugas sehari-hari.Setelah kegiatan rutin pagi mereka kerjakan, agenda selanjutnya yaitu latihan menembak yang akan di selenggarakan di lapangan khusus menembak yang tidak jauh tempat Niko bertugas. Sudah menjadi kewajiban seorang tentara memiliki kemampuan menembak yang baik untuk menjaga kedaulatan Negara. Tidak hanya menembak, para Prajurit pilihan juga harus bisa mengoperasikan peralatan tempur seperti rudal, tank dan yang lainnya. Latihan menembak kala itu jug
Sepanjang perjalanan Davan nampak ceria dengan banyak bercerita pada Chika maupun Niko. Davan tentu bahagia dengan keluar bersama dengan orangtuanya yang lengkap. Sebelumnya, Davan pergi keluar dengan ditemani oleh oma dan opanya saja karena Niko selalu sibuk dengan pekerjaannya.Niko tidak hanya berkerja sebagai Abdi Negara namun ia juga merangkap kerja di perusahaan papanya. Hampir sama dengan iparnya Gavin yang juga akan menjadi calon pimpinan perusahaan keluarga. Nantinya perusahaan Raharja akan di pimpin oleh Niko dan adik-adiknya sesuai dengan arahan pak Raharja. Perusahaan keluarga Raharja memiliki beberapa cabang yang berbeda bidang.Mobil mewah yang di kendarai Niko saat ini sudah memasuki area pelataran mall. Niko mengarahkan mobilnya menuju parkiran mall tersebut. Setelah memakirkan mobilnya mereka turun dan bersiap masuk ke dalam mall. Saat itu Davan berada di gendongan Niko karena merasa takut dengan situasi parkiran yang pencahayaannya tidak terlalu terang.Sesampainya m
Seorang wanita sedang duduk gelisah menanti hasil pemeriksaan Dokter. Badannya bergetar dengan keringat dingin yang keluar dari tubuhnya. Rasa bersalah itu terus menyelimuti hatinya. Mulutnya tidak berhenti memanjatkan doa. Wanita bernama Chika Arfrinda Aditama itu baru saja menabrak seorang anak kecil yang tengah bermain di taman kota. Meskipun tidak sengaja, namun tetap ia yang bersalah. “Apakah kamu yang sudah menabrak putraku?” tanya seorang laki-laki bernama Niko Yandra Raharja, ayah dari anak yang Chika tabrak. “Maafkan saya karena sudah menabrak putra anda Mas,” ucapnya sambil tertunduk. “Sebetulnya kamu bisa menyetir atau tidak!” Niko berbicara dengan sedikit membentak karena rasa marahnya dengan wanita di hadapannya. “Saya tidak sengaja. Secara tiba-tiba anak anda lari mengarah ke arah mobil saya. Saya minta maaf Mas. Saya akan bertanggung jawab,” Chika berbicara dengan terbata-bata
“Maaf Mas, saya tidak bisa jika harus menikah dengan anda,” ujar Chika berbicara setengah berbisik namun masih terdengar oleh Davan. “Mengapa?” tatapan mengintai itu sukses membuat Chika gelagapan. “Mas, kita tidak saling mengenal. Nama anda saja saya tidak tahu. Lagi pula saya masih kuliah, masa depan saya masih panjang. Bagaimana mungkin saya harus menikah dengan anda, itu sangat konyol. Bagaimana jika nanti saya menjadi janda karena tidak adanya kecocokan di antara kita. Dan satu lagi, saya tidak mau di poligami,” jelas Chika memberanikan diri untuk mengungkapkan semua unek-uneknya. Lagi-lagi Niko tidak menjawab permohonan Chika. Pria itu diam mengamati gerak gerik wanita cantik itu. Entah apa yang di lihatnya sampai begitu intens menatap Chika. Dua menit, tiga menit masih belum juga menghentikan tatapannya. Matanya mengunci penglihatan Chika. Mulut yang tak kunjung berbicara membuat Chika jengah di buatnya.
Kedua pasangan yang baru saja sepakat untuk menikah, kini sedang duduk sejajar menunggu kedatangan pemilik rumah. Saat ini mereka berada di rumah kediaman keluarga Aditama. Chika duduk dengan tidak nyaman karena takut dan grogi. Meminta restu kedua orang tua untuk menikah yang terbilang mendadak sangat tidak patut. Berbeda dengan Niko yang nampak santai dengan mengamati seisi rumah yang penuh dengan barang mewah. Mata Niko tertuju pada foto keluarga yang nampak hangat dan harmonis, lengkungan senyum itu menghiasi wajahnya meski sekejap. “Apakah kalian sudah lama menunggu?” suara Pak Arka, papa Chika berjalan menghampiri Niko dan Chika yang di susul oleh Bu Dila, mama Chika. Tak lama setelahnya di susul oleh Gavin dan Sena yang merupakan kakak laki-laki dan kakak iparnya. “Tidak Om, hanya beberapa menit saja,” Niko membalas pertanyaan Pak Arka lalu berdiri dan bersalaman dengan calon mertuanya. “Baiklah. Apakah ada hal yang penting untuk di sampaikan. Tidak seperti biasanya Chika be
Sepanjang perjalanan Davan nampak ceria dengan banyak bercerita pada Chika maupun Niko. Davan tentu bahagia dengan keluar bersama dengan orangtuanya yang lengkap. Sebelumnya, Davan pergi keluar dengan ditemani oleh oma dan opanya saja karena Niko selalu sibuk dengan pekerjaannya.Niko tidak hanya berkerja sebagai Abdi Negara namun ia juga merangkap kerja di perusahaan papanya. Hampir sama dengan iparnya Gavin yang juga akan menjadi calon pimpinan perusahaan keluarga. Nantinya perusahaan Raharja akan di pimpin oleh Niko dan adik-adiknya sesuai dengan arahan pak Raharja. Perusahaan keluarga Raharja memiliki beberapa cabang yang berbeda bidang.Mobil mewah yang di kendarai Niko saat ini sudah memasuki area pelataran mall. Niko mengarahkan mobilnya menuju parkiran mall tersebut. Setelah memakirkan mobilnya mereka turun dan bersiap masuk ke dalam mall. Saat itu Davan berada di gendongan Niko karena merasa takut dengan situasi parkiran yang pencahayaannya tidak terlalu terang.Sesampainya m
Kodim tempat Niko bertugas dan jajarannya setiap pagi sebelum melaksanakan aktivitas rutin yaitu wajib melaksanakan olahraga minimal 1 jam. Program itu merupakan aturan baru yang ditetapkan oleh Kepala Staf Angkatan Darat di jajaran TNI AD.Kegiatan olahraga yang terjadwal di setiap harinya sebelum memulai aktivitas membuat keteraturan dan keseimbangan berat badan, terpeliharannya kesehatan tubuh serta menjadikan badan lebih bugar, sehingga dengan badan yang bugar serta fisik yang baik akan sangat membantu dalam menjalankan tugas sehari-hari.Setelah kegiatan rutin pagi mereka kerjakan, agenda selanjutnya yaitu latihan menembak yang akan di selenggarakan di lapangan khusus menembak yang tidak jauh tempat Niko bertugas. Sudah menjadi kewajiban seorang tentara memiliki kemampuan menembak yang baik untuk menjaga kedaulatan Negara. Tidak hanya menembak, para Prajurit pilihan juga harus bisa mengoperasikan peralatan tempur seperti rudal, tank dan yang lainnya. Latihan menembak kala itu jug
Selesai bicara secara pribadi, bu Suci dan Chika segera menyusul keluarganya yang lain di ruang tamu. Sebetulnya ada sedikit kekhawatiran dalam hati Chika mengenai pernikahannya dengan Niko. Chika masih tidak mengerti bagaimana arah pernikahannya karena sampai saat ini baik Chika maupun Niko belum saling terbuka tentang pernikahan mereka.“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Niko setelah ibu dan istrinya kembali bergabung dengan keluarga.“Tidak perlu kamu tahu. Perbincangan kami hanya untuk perempuan!” sentak bu Suci yang masih terlihat jengkel dengan Niko. Ingin rasanya bu Suci mencabik wajah Niko karena kesal dengan tingkahnya yang masih dingin pada Chika.“Mama bilang apa sama kamu Chika sampai kamu terdiam. Apa mama berbicara yang menyakiti hati kamu?” tidak mendapatkan jawaban yang sesuai pada mamanya, Niko langsung bertanya pada Chika untuk mengetahui jawaban yang jelas.“Ck, seperti inikah payahnya kakak aku? Meskipun aku tidak mengetahui pasti pembicaraan mereka, namun aku sang
Cukup lama adegan Niko mencium Chika di lakukan. Mereka saling merasakan seolah saling menyalurkan perasaan bahagia mereka. Suasana kamar yang heboh karena teriakan Davan juga tidak mereka hiraukan. Kehebohan Davan sebagai angin lalu.“Astaga kak Niko, bertobatlah karena anak suci ini melihat adegan tidak pantas kalian,” teriak Pandu, anak bungsu keluarga Raharja. Meskipun Pandu mengatakan itu sambil tersenyum, kapan lagi bisa jahil pada kakak juteknya itu, pikir Pandu.Teriakan Pandu membuat adegan Niko mencium Chika mereka terhenti. Dengan sikap canggung, Niko menjauhkan badannya dari Chika. Pasangan itu nampak malu ketika kepergok melakukan adegan yang seharusnya mereka lakukan di rumah Raharja.“Adegan itu sangat sah di lihat oleh anak sendiri. Adegan yang sama sekali tidak haram ketika orang tua Davan melakukan itu,” bela Niko untuk dirinya dan Chika. Sebisa mungkin Niko bersikap tenang walaupun jantungnya masih merasakan kaget.“Kamu memang pandai menyangkal kak,” sinis Pandu me
“Kamu lihat Niko bagaimana Davan begitu bahagia berada di samping Chika,” ujar bu Suci yang sadar dengan kehadiran Niko di sampingnya. Bu Suci nampak terharu dengan keakraban menantu dan cucunya.“Ya, aku melihatnya ma,” balas Niko sambil mendekapkan tangannya. Niko ikut menikmati pemandangan Chika dan Davan saling bercanda.“Niko, awas saja jika kamu berani membuat Chika kecewa dengan sikap kamu,” tatapan bu Suci berubah menjadi tatapan ancaman.“Mengapa mama jadi mengancamku?” balas Niko bingung karena secara tiba-tiba mamanya mengungkapkan ketidaksukaan dengan dirinya.“Mama sangat tahu sikap kamu dengan seorang wanita seperti apa. Jika kamu masih bersikap dingin, jangan salahkan Chika jika suatu saat nanti dia sudah tidak tahan dengan kamu. Seharusnya kamu beruntung mendapatkan wanita masih perawan yang mau dengan duda beranak satu seperti kamu. Mama sangat yakin jika di luar sana banyak wanita yang menolak jika di ajak menikah dengan kamu,” ucapan bu Suci terdengar sinis pada Nik
Tanpa terasa Chika dan Niko berada di rumah keluarga Raharja sampai menjelang sore. Seusai ibadah wajib, Chika dan Niko beristirahat di kamar. Hari itu entah mengapa badan mereka terasa lelah dan membutuhkan rehat sejenak untuk memulihkan kembali energinya. Kedatangan senja dan tenggelamnya matahari, membuat ruang kamar mereka terasa gelap. Chika yang menyadari itu seketika membuka matanya.Chika mengecek layar ponselnya untuk mengetahui pukul berapa hari itu. Waktu yang teramat sore membuat dirinya gelagapan. Chika merasa tidak tahu diri dengan bangun hingga hari menjelang petang. Chika yang panik pun bergegas berdiri namun ia urungkan karena badannya terasa berat. Chika mendapati tangan kekar yang melingkar di perutnya.Wanita cantik itu menoleh dan melihat suaminya yang masih terlelap. Dengkuran halus itu menandakan jika Niko masih butuh waktu lama untuk menikmati tidurnya.“Mas bangun. Hari sudah sore,” ujar Chika sambil menggoyangkan badan Niko agar bangun dari tidurannya.Tidak
Dalam ruang tamu rumah Raharja, Chika dan mertuanya asik mengobrol. Mereka bercerita tentang apapun. Masa kecil Niko, masa kecil Chika, tentang adik Niko dan masih banyak lagi. Obrolan seru yang membuat pak Raharja dan bu Suci merasa nyaman berbicara dengan Chika. Sifat menantunya kali ini berbanding terbalik dengan almarhum istri Niko. Almarhum adalah sosok yang pendiam dan lebih tutup.“Maafkan papa dan mama karena saat Davan operasi, kami tidak bisa menemani,” ujar pak Raharja menyesal. Dalam perjalanan umroh mereka, pak Raharja dan bu Suci merasa cemas tentang keadaan Davan. Mereka kerap kali menelfon Niko untuk tahu keadaan cucu mereka.“Tidak perlu meminta maaf pa, ma. Seharusnya saya yang meminta maaf, karena ketidak hatian saya, Davan tertabrak mobil saya,” ungkap Chika sambil tertunduk. Beberapa hari sudah berlalu, namun Chika masih merasa bersalah pada mertuanya.“Itu sudah takdir
Saat ini Niko dan Chika berada di rumah sakit untuk mengantar Davan kontrol. Mereka mendapat nomor antrian lima, antrian yang tidak begitu lama bagi mereka. Sembari menunggu, Davan dan Chika duduk di ruang tunggu sedangkan Niko harus berdiri karena kursi yang di sediakan sudah ada penghuninya.Tidak lama menunggu, salah satu Perawat memanggil nama Davan. Perawat itu mempersilahkan mereka untuk masuk dan Davan siap untuk di periksa. Davan yang tidak mau masuk ke dalam sendiri akhirnya di temani oleh Niko dan Chika. Sembari menunggu Davan di periksa, pasangan suami istri itu duduk bersebelahan sambil mengamati Dokter memeriksa Davan.“Perkembangan yang cukup bagus. Ginjal Davan berfungsi dengan semestinya dan pemulihan Davan tergolong cepat. Mungkin pola makan Davan yang baik,” ucap Dokter itu setelah memeriksa Davan. Chika memang memberikan asupan makan yang sehat untuk Davan.Beberapa hari ini Davan di paksa
Pagi telah kembali menyambut, Chika membuka matanya sejenak lalu mendudukkan dirinya untuk mengisi setengah nyawanya. Pandangan Chika tertuju pada sisi ranjangnya yang nampak kosong. Niko tidak berada di tempatnya. Tidak ingin berpikir terlalu keras dengan keberadaan Niko, Chika bangun lalu berjalan menuju kamar mandi. Di basuhnya wajah Chika dengan air wudhu untuk melakukan kewajibannya beribadah.Setelah selesai melakukan kewajibannya, Chika membuka lemari pakaian untuk menyiapkan baju dinas Niko. Profesi Niko yang sama dengan kakaknya Gavin, membuat Chika paham dengan baju dinas yang akan di pakai hari itu. Chika menikmati paginya dengan semangat dan mood yang mendukung.Wanita cantik itu kini sedang berada di dapur untuk memasak. Sebelumnya Chika meminta izin pada bu Rahmi agar membiarkan Chika yang memasak. Karena paksaan Chika akhirnya bu Rahmi mempersilahkan dirinya untuk menggunakan dapur itu. Terlihat Chika meracik berbagai bumbu da