Kaisar menjauhkan diri dari Tirta. Melirik sang adik sambil mengernyit. “Bisa tidak kamu enggak suuzan sama aku? Ngomong itu yang baik, jangan asal tuduh. Untung cuma aku yang dengar. Kalau orang lain dengar gimana? Bisa salah paham, Ta.”Tirta terkesiap karena sang kakak terlihat marah. Biasanya Kaisar tetap santai kalau digoda, tapi kali ini tidak. Itu artinya dia sudah salah bicara. “Maaf, Mas,” pintanya kemudian.“Lain kali jangan bicara sembarangan! Bercanda boleh, tapi ada waktunya,” sergah Kaisar.“Iya, Mas. Aku salah. Udah jangan marah gitu nanti gantengnya ilang,” timpal Tirta.“Aku mau cari udara segar dulu.” Kaisar berdiri lalu beranjak meninggalkan Tirta, Shasha, dan Arjuna.“Mas Kai mau ke mana, Ta?” tanya Shasha setelah sang perwira polisi pergi.“Mau ambil makan, katanya lapar.” Tirta terpaksa berbohong agar Shasha tidak berpikiran negatif pada kakaknya.“Oh! Kamu enggak ambil makan sekalian?” tanya Shasha lagi.Tirta menggeleng. “Nanti saja. Aku masih belum lapar.“Kal
“Mau ke mana, Kai?” tanya Pak Dipta yang melihat Kaisar keluar dari kamar mengenakan jaket dan membawa kunci motor.“Ke rumah Adi, Pak. Mau lihat persiapan buat besok,” jawab sang perwira polisi.“Mau lihat persiapan atau lihat yang lain,” celetuk Tirta yang menggoda kakaknya.“Suuzan aja terus, Ta,” sergah Kaisar. Dia lalu beralih pada Pak Dipta. “Aku berangkat dulu, Pak,” pamitnya.Pak Dipta menganggut. “Tolong bilang sama Pak Wijaya kalau Bapak ke sananya besok pagi sekalian,” pesannya.“Insya Allah nanti aku sampaikan, Pak,” sahut Kaisar.“Loh, kamu mau ke mana, Kai? Pulang bukannya ngobrol sama Bapak sama Ibu malah pergi,” protes Ryani yang baru saja masuk ke ruang tengah membawa buah iris. Sebagai orang tua, tentu saja dia sangat merindukan anak-anaknya yang bekerja jauh dari rumah hingga membuatnya tak bisa bertemu dengan mereka setiap hari. Inginnya kalau mereka pulang ya berkangen-kangenan, bukannya malah melakukan hal lain.“Aku mau ke rumah Pak Wijaya, Bu,” jawab Kaisar.“M
Minggu pagi, sesudah salat Subuh di masjid, Kaisar berolahraga dengan lari keliling kampung. Sudah lama sekali dia tak melakukan hal tersebut di tempat kelahirannya. Terakhir menjalankan rutinitas lari pagi sebelum dia masuk pendidikan di Akpol. Udara pagi yang dingin plus segar membuat Kaisar lebih bersemangat. Udara di kampungnya masih bersih karena minim polusi dan ada banyak pepohonan rindang.Kaisar menyapa dengan ramah para tetangga yang berpapasan dengannya. Meskipun sudah jarang berinteraksi karena sudah lama tidak tinggal di sana, tapi dia masih mengingat yang sebaya atau lebih tua darinya. Kalau yang lebih muda, perwira polisi itu tak ingat lagi sebab saat dia pergi sana mereka masih kecil dan sekarang mereka sudah beranjak dewasa.Pagi itu, Kaisar berlari sambil mengingat kembali masa-masa sebelum dia diterima di Akademi Kepolisian. Bagaimana dia bekerja keras menempa fisiknya agar bisa lolos tes penerimaan Akpol. Semua itu kini sudah terbayar dengan dirinya yang sudah meny
Kaisar mengenakan batik lengan panjang pas badan yang motif dan warnanya seragam dengan para among tamu lain. Rambutnya tersisir rapi hingga membuatnya semakin terlihat tampan. Celana bahan dan sepatu kulit hitam yang sudah disemir hingga mengkilap menjadi penyempurna penampilannya.Minggu siang ini, dia akan menjadi salah satu among tamu di resepsi Adi dan Adelia yang digelar di kediaman Pak Wijaya. Dekorasinya lebih simpel tapi tetap elegan daripada saat resepsi di Grha Sabha. Adi yang meminta hal tersebut, karena dia sebagai pihak pria, jadi tidak perlu semegah dan semeriah pihak wanita.Kalau among tamu lain berpasangan dengan istrinya, Kaisar hanya sendiri. Sebenarnya Tirta bisa saja mendampinginya, tapi perwira itu tidak mau. Tidak masalah hanya sendiri karena dia khusus menyambut teman-teman dan kenalan Adi di sana. Dia tidak mau Tirta digoda oleh mereka.Sebelum acara dimulai, pasangan pengantin dan rombongan keluarga memasuki area resepsi. Kaisar tersenyum pada Shasha saat ga
Kaisar dan Shasha mengambil makanan sesudah menyanyi. Mereka bergabung dengan Tirta dan kedua orang tuanya. “Pak, Bu, masih ingat enggak sama Alesha? Dia teman kuliahku yang mamanya pintar buat kue,” jelas Tirta pada bapak dan ibunya saat Shasha dan Kaisar tiba. “Om, Tante,” sapa Shasha dengan ramah seraya menyalami Pak Dipta dan Bu Ryani sebelum duduk. Pasangan paruh baya itu juga tersenyum ramah pada Shasha, meskipun mereka juga bingung karena teman kuliah Tirta itu malah ngobrolnya dengan Kaisar. “Ini temanmu yang dulu ketemu pas wisuda bukan?” Bu Ryani memastikan pada putri bungsunya. Tirta mengangguk. “Iya, Bu. Kita juga ketemu sama Tante Dewi, mamanya Alesha,” jelasnya. “Maaf ya kalau Tante lupa, maklum sudah tua.” Bu Ryani memandang Shasha. “Tidak apa-apa, Tan,” sahut Shasha. “Bu, Pak, kami makan dulu. Ngobrolnya nanti saja ya.” Kaisar menyela mereka karena dia melihat Shasha yang mau makan jadi sungkan karena terus diajak bicara oleh ibunya. “Kalian makan dulu saja. Ka
“Apa kamu punya niat dekati temannya Tata yang tadi, Kai?” tanya Bu Ryani begitu duduk di ruang tengah setelah membereskan meja makan.“Apa Ibu dan Bapak setuju?” Kaisar memandang kedua orang tuanya bergantian.“Kalau Bapak sih setuju saja asal kalian sama-sama sudah cocok,” sahut Pak Dipta.Perwira polisi itu lalu beralih pada wanita yang telah melahirkannya. “Kalau Ibu gimana?”“Ibu juga setuju. Anaknya kelihatan baik dan sopan,” timpal Bu Ryani.“Aku ga ditanyain, Mas?” protes Tirta.“Restumu ga diperlukan. Lagian kamu ‘kan pernah bilang mending aku sama Shasha daripada yang lain,” tukas Kaisar sambil tersenyum jahil.Tirta mencebik. “Ya iyalah, daripada cewek-cewek gatel yang agresif dekati Mas Kai mendingan Alesha lah. Lebih baik, sopan, ga manja, plus cantikan dia ke mana-mana.”“Kalian sudah pacaran?” tanya Pak Dipta.Kaisar menggeleng. “Aku tidak mau pacaran, Pak. Hanya buang-buang waktu. Kalau insya Allah kami cocok ya langsung nikah. Umur sudah segini apa lagi yang mau dicar
"Mas Kaisar ini yang kemarin bantu kasusnya Mas Adi ya?" Bu Dewi bertanya pada Kaisar setelah Shasha memanggil adik-adiknya."Saya hanya ikut memantau karena bukan unit saya yang menangani," jawab Kaisar."Terus bagaimana perkembangan kasusnya?" Bu Dewi merasa penasaran."Sidangnya masih berjalan, Tante. Setelah alat bukti diserahkan dan semua sudah bersaksi, terus Restu mengajukan pembelaan, baru nanti sidang putusan,” terang sang perwira polisi."Semoga hukumannya setimpal dengan perbuatannya. Tante kasihan sama Mbak Adelia dan Mas Adi, baru menikah tapi mendapat ujian seperti itu. Untung saja Mas Adi tidak kenapa-kenapa," tutur Ibu Dewi yang merasa prihatin."Aamiin. Alhamdulillah, Allah masih melindungi Adi, Tante," sahut Kaisar."Eh ada Mas Kaisar dan Mbak siapa ya?" tanya Dita dengan ramah begitu masuk ke ruang tamu dengan digandeng Rendra."Aku Tirta, teman kuliah Alesha. Adiknya Mas Kai." Tirta memperkenalkan dirinya pada Dita. Mereka pun bersalaman.Dita memang belum mengenal
"Kamu tenang saja, aku tidak akan merebut Dita. Kalaupun melakukannya, aku yakin juga tidak akan berhasil. Karena dari dulu aku coba menarik perhatian Dita juga selalu gagal." Kaisar mentertawakan dirinya sendiri.Rendra tersenyum tipis mendengar ucapan Kaisar. Memang istrinya bukan orang yang mudah tergoda dengan semua perhatian yang diberikan oleh lawan jenis. Buktinya sebelum dia datang menawarkan cinta sudah ada Bara, Reza, dan juga Kaisar. Namun, dialah yang memenangkan hati Dita.“Terus cintai dan lindungi Dita. Aku yakin hanya kamu yang bisa membuatnya bahagia,” ucap Kaisar.“Tanpa Mas Kai suruh, aku sudah melakukannya.” Rendra kembali bersikap ketus.Sesudah dari masjid, Kaisar bertandang ke rumah Adi. Dia ingin mengobrol dengan sahabatnya itu sekalian menunggu Tirta yang ikut membantu menjamu tamu di rumah Ibu Dewi.“Kayanya makin gencar ini pendekatan ke Shasha nih, Kai. Gimana? Lancar ‘kan? Butuh bantuanku tidak?” tanya Adi.Kaisar mengulum senyum. “Doakan sajalah, Di. Aku
Setelah kelahiran dua buah hatinya, Kaisar jadi lebih semangat bekerja. Dia bertekad memberikan yang terbaik untuk mereka. Meskipun sibuk, sebelum atau sesudah pulang kerja, Kaisar akan menyempatkan waktu untuk bermain dengan Bagus dan Ayu. Dia tidak ingin kehilangan momen perkembangan mereka.Sementara itu, Shasha benar-benar jadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Walaupun beberapa pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika, dan lainnya dikerjakan oleh asisten rumah tangga, tapi untuk urusan masak dan mengurus anak, dia yang menanganinya sendiri.Shasha sekarang jarang menginap di rumah Bu Dewi. Kalau Kaisar dinas malam atau tidak bisa pulang, Nisa atau Bu Dewi yang menemaninya di sana. Akan repot kalau Shasha pergi sendiri membawa dua bayi dan segala perlengkapannya.Minimal sebulan sekali, Kaisar akan mengajak istrinya pergi berdua. Entah sekadar makan, menonton film atau berbelanja. Setidaknya mereka bisa ada waktu berdua tanpa anak-anak. Perwira polisi itu tahu kalau istrin
Waktu terus berlalu, kandungan Shasha semakin hari bertambah besar. Saat usia kandungannya mencapai tujuh bulan, dia memutuskan untuk berhenti bekerja karena badannya semakin cepat pegal dan lelah. Meskipun teman-teman kantor dan atasannya memaklumi hal tersebut, Shasha yang merasa tak enak hati. Jadi lebih baik mengundurkan diri dengan meninggalkan kesan baik pada semua. Meskipun sang atasan mau memberinya cuti lebih lama sampai dia siap bekerja kembali, Shasha tidak bersedia. Dia berencana mengasuh sendiri kedua anaknya setelah melahirkan.Shasha tidak pernah telat memeriksakan kehamilannya dengan didampingi oleh Kaisar. Perwira polisi itu selalu menyempatkan waktu menemani sang istri. Kalau Kaisar tidak punya banyak waktu, keduanya bertemu di klinik. Sesudah menemani pemeriksaan, Kaisar akan langsung kembali bekerja sementara istrinya pulang ke rumah.Shasha mengikuti prenatal yoga sejak kehamilannya menginjak lima bulan. Prenatal yoga ini selain untuk kesehatan, juga membuat ibu h
Kaisar meminta waktu libur saat dia mengadakan acara syukuran empat bulan kehamilan Shasha dan pengajian di rumahnya. Kedua orang tuanya sudah datang sejak kemarin siang karena sorenya mereka berempat pergi ke klinik di mana dokter Lita praktek untuk memeriksakan kehamilan Shasha.Bu Ryani senang sekali saat melihat USG kedua calon cucunya. Wanita paruh baya itu bahkan meneteskan air mata karena terharu. Sudah cukup lama dia menginginkan cucu, begitu menantunya hamil ternyata langsung diberi dua cucu. Sungguh Allah telah memberinya nikmat yang banyak karena kesabarannya selama ini.Ibu Kaisar rasanya sudah tidak sabar ingin menimang kedua cucunya. Dia tidak peduli jenis kelamin cucunya, yang penting menantu dan kedua cucunya sehat dan selamat. Diberi cucu saja, Bu Ryani sudah sangat bersyukur. Tidak mau meminta banyak karena takut jadi hamba yang kufur nikmat.Bu Dewi, dan Nisa sudah datang ke rumah Kaisar sejak pagi. Sedangkan Dita, Ale, dan Rendra datang agak siang karena selain Dit
Sekitar pukul 04.00 sore, Kaisar datang ke rumah sakit dengan dua anggotanya. Kali ini dia sudah mandi dan berganti pakaian. Rencananya mereka akan meminta keterangan dari Adi dan juga Adelia. Namun Adelia belum bisa memberikan keterangan karena belum siap mentalnya. Kaisar memaklumi hal itu, karena itu dia hanya meminta keterangan Adi.Kaisar, Adi, dan dua polisi tadi mencari tempat yang lebih nyaman dan bebas untuk bicara. Akhirnya mereka pergi ke coffee shop yang ada di rumah sakit tersebut."Timku tadi sudah menginterogasi Sekar, tapi dia jawabnya berbelit-belit, Di." Kaisar membuka pembicaraan setelah mereka duduk dan memesan beberapa menu."Tapi tetap bisa menjerat dia kan?" Adi menatap sahabatnya."Bisa, cuma mungkin hukumannya tidak maksimal. Dia tidak mau ngaku kalau punya niat membunuh Adel. Sekar juga tidak menjabarkan apa yang dia bicarakan sama istrimu." Kaisar menghela napas panjang setelah berbicara.Adi ikut menghela napas panjang usai mendengar perkataan sang perwira
Sekar Ayu terkesiap mendengar ucapan perempuan yang tadi mengetuk pintu rumahnya. Karena baru bangun tidur, jadi dia sedikit lambat berpikir. Namun begitu sadar apa yang terjadi, Sekar Ayu berniat menutup pintu yang tidak terbuka lebar itu, tapi Kaisar dengan sigap menahan pintu dengan kakinya agar tetap terbuka."Sekar!" teriak Kaisar. "Percuma kamu mau sembunyi, rumah ini sudah dikepung!""Cepat borgol dia!" perintah Kaisar pada anggota polwannya.Salah satu polwan langsung mencekal tangan Sekar Ayu, kemudian memasang gelang kembar di kedua pergelangan tangan cinta pertama Adi itu."Apa-apaan ini, Kai? Aku tidak bersalah." Sekar Ayu berusaha memberontak. "Kalian salah menangkap orang. Aku pasti sudah difitnah!” teriaknya."Diam!" hardik Kaisar. "Bukti sudah menunjukkan kalau kamu yang menusuk Adelia. Jangan coba mengelak dan pura-pura tidak bersalah!” sergahnya.Sekar Ayu tersenyum sinis. "Bukti apa yang kalian punya? Jangan mengarang!""Ada rekaman CCTV di dalam toilet mal, Sekar.
Kaisar benar-benar menghubungi Bu Ryani menanyakan alamat Sekar di kota. Dia memberi tahu sang ibu apa yang wanita itu lakukan pada istri Adi. Bu Ryani merasa geram, sayangnya dia juga tidak tahu alamat Sekar di kota. Namun, wanita paruh baya itu berjanji akan mencarikan informasi. Begitu mendapat alamat Sekar, Bu Ryani berjanji akan langsung memberi tahu putra sulungnya itu.Perwira polisi itu kemudian menghubungi istrinya. Dia memberi tahu kalau ada kasus baru, dan kemungkinan akan pulang terlambat. Kaisar tidak bilang kalau Adelia ditusuk orang karena takut istrinya jadi kepikiran apalagi di rumah hanya sendiri. Sesudah itu Kaisar menghubungi anggotanya, meminta laporan sekaligus melakukan koordinasi dengan mereka.Kaisar kembali masuk ke IGD. Ternyata di sana sudah ada keluarga Adelia. Dia menyalami kedua orang tua Adelia dan juga Arsenio begitu bertemu dengan mereka."Nanti akan ada dua anggotaku yang berjaga 24 jam di luar kamar Adelia. Sebentar lagi mereka akan menyusul ke sin
Berita Shasha hamil kembar membuat bahagia siapa saja yang mendengarnya. Termasuk atasan dan teman-teman sekantornya. Shasha tidak diberikan banyak pekerjaan seperti sebelumnya. Dia juga tidak diizinkan lembur. Begitu jam kerja selesai, langsung disuruh pulang. Meskipun mendapat perlakuan istimewa, Shasha tetap melakukan pekerjaannya dengan baik.Karena hamil kembar, membuat baby bump Shasha terlihat lebih besar dari kehamilan tunggal. Saat usia kandungannya tiga bulan sudah seperti hamil empat bulan hamil tunggal. Badan Shasha pun semakin berisi, terutama di bagian dada dan pinggang. Pipinya juga jadi tembam.Satu hari saat Shasha dan Kaisar libur, perwira polisi itu mengajak istrinya pergi ke luar. Kaisar beralasan ingin mengajak jalan-jalan karena sudah agak lama mereka tidak berkencan. Mumpung masih berdua, menikmati asyiknya pacaran setelah menikah.“Loh, Mas. Kok ke sini?” Shasha bertanya karena Kaisar menggandengnya menuju pameran mobil yang ada di dalam mal yang keduanya datan
Sejak dinyatakan hamil tak ada perubahan yang berarti pada Shasha. Dia tidak mengalami mual dan muntah, serta tidak mengidam makanan tertentu. Hanya Shasha jadi lebih manja pada Kaisar. Kalau sedang di rumah berdua, dia tak pernah mau jauh dari suaminya. Untung saja tidak pernah mengambek kalau harus ditinggal karena ada tugas mendadak. Biasanya Shasha akan menginap di rumah sang mama kalau Kaisar tidak bisa pulang.Shasha kadang sangat malas mandi, bahkan malas beranjak dari tempat tidur. Ada kalanya dia jadi sangat rajin, bahkan di rumah pun berdandan. Kaisar tak mempermasalahkan perubahan-perubahan yang dialami sang istri. Dia sudah banyak diberi tahu Rendra kalau menghadapi wanita hamil harus punya lebih banyak stok sabar. Yang penting istrinya merasa bahagia.“Mas, jangan lupa ya nanti jadwal kontrol ke dokter Lita.” Shasha mengingatkan suaminya saat mereka sedang menyantap sarapan.“Jamnya seperti yang dulu ‘kan?” Kaisar menatap sang istri.Shasha mengangguk. “Iya. Mulai praktik
"Alhamdulillah berdasarkan hasil tes urine dan darah, Bu Alesha positif hamil. Selamat ya," ucap dokter Lita sambil memandang pasangan suami istri baru di hadapannya. "Pak Kaisar, tokcer ini bisa langsung membuat Bu Alesha hamil setelah menikah," selorohnya agar suasana tidak menjadi tegang. "Alhamdulillah. Kamu beneran hamil, Sha." Kaisar sontak memeluk sang istri yang duduk di sampingnya. Membuat dokter yang mengenakan hijab bermotif bunga-bunga kecil itu menjadi saksi kebahagiaan yang dirasakan oleh calon orang tua baru tersebut. "Iya, Mas. Alhamdulillah," sahut Shasha. "Mas, tolong lepas. Malu sama dokter," bisiknya kemudian. Kaisar pun langsung mengurai pelukan. "Maaf, Dok. Saya refleks memeluk istri karena bahagia," aku sang perwira polisi. Dokter Lita tersenyum. "Tidak apa-apa, Pak. Saya paham apa yang Bapak dan Ibu rasakan. Bagaimana kalau kita USG sekarang, untuk mengecek kondisinya?" "Silakan, Dok," sahut Kaisar. "Apa saya boleh melihat proses USG-nya?" tanyanya ragu.