"Kamu tenang saja, aku tidak akan merebut Dita. Kalaupun melakukannya, aku yakin juga tidak akan berhasil. Karena dari dulu aku coba menarik perhatian Dita juga selalu gagal." Kaisar mentertawakan dirinya sendiri.Rendra tersenyum tipis mendengar ucapan Kaisar. Memang istrinya bukan orang yang mudah tergoda dengan semua perhatian yang diberikan oleh lawan jenis. Buktinya sebelum dia datang menawarkan cinta sudah ada Bara, Reza, dan juga Kaisar. Namun, dialah yang memenangkan hati Dita.“Terus cintai dan lindungi Dita. Aku yakin hanya kamu yang bisa membuatnya bahagia,” ucap Kaisar.“Tanpa Mas Kai suruh, aku sudah melakukannya.” Rendra kembali bersikap ketus.Sesudah dari masjid, Kaisar bertandang ke rumah Adi. Dia ingin mengobrol dengan sahabatnya itu sekalian menunggu Tirta yang ikut membantu menjamu tamu di rumah Ibu Dewi.“Kayanya makin gencar ini pendekatan ke Shasha nih, Kai. Gimana? Lancar ‘kan? Butuh bantuanku tidak?” tanya Adi.Kaisar mengulum senyum. “Doakan sajalah, Di. Aku
Malam harinya keluarga Bu Dewi dan Pak Wijaya yang berbesan, makan malam bersama di kediaman Bu Dewi. Kedua keluarga itu mengobrol dengan penuh keakraban karena sudah tidak ada tamu yang datang. Kebersamaan yang jarang terjadi.Pada kesempatan itu, Pak Wijaya mengingatkan mengenai rukun, sunah, serta doa-doa yang harus dilafalkan ketika umrah. Walaupun keluarga Bu Dewi sudah menghafalkan dan melakukan latihan manasik, tapi tidak ada salahnya ‘kan diingatkan. Selain itu Pak Wijaya juga memberitahu adab dan hal-hal yang sebaiknya dilakukan serta dihindari selama di tanah suci.Rendra dan Dita tidur di rumah Adi malam itu, karena Dita ingin lebih lama bersama ayah serta bundanya sebelum besok meninggalkan tanah air. Meski sudah biasa hidup terpisah, tetapi kali ini Dita yang akan pergi jauh selama kurang lebih 2 minggu, jadi dia ingin berdekatan dengan kedua orang tuanya.Sama seperti saat Pak Wijaya dan Bu Hasna akan menunaikan ibadah haji. Selama beberapa hari sebelum keduanya berangka
Shasha tertawa mendengar pertanyaan sang mama yang kembali memancingnya untuk menjawab siapa yang saat ini ada di hatinya."Mama nih pinter kalau mancing-mancing. Besok kalau aku sudah yakin, Mama yang pertama aku kasih tahu. I promise!" Shasha mengangkat tangan kanannya dengan telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V.Bu Dewi mengangguk seraya tersenyum pada putri sulungnya itu."Seperti yang Mama katakan tadi, Mama akan mendukung siapa pun pilihan kamu. Tapi ingat, kamu harus melibatkan Allah dalam mengambil keputusan, seperti Rendra dan Dita dahulu. Jangan hanya menuruti hati. Allah yang lebih tahu siapa yang terbaik untukmu. Dan, setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Mama percaya sama kamu, Sha. Mama hanya bisa merestui dan mendoakan kebaikan serta kebahagiaan kalian,” tutur wanita paruh baya berwajah lembut dan teduh itu."Iya, Ma. Aku pasti melibatkan Allah dalam mengambil semua keputusan. Makasih Mama udah percaya sama aku." Shasha memeluk erat mamanya.Ibu Dewi mengelus k
Sesudah menjalankan umrah dan mengunjungi berbagai tempat, keluarga Bu Dewi pergi berlibur ke Abu Dhabi pada hari kelima. Rombongan mereka menuju Bandara King Abdul Aziz di Jeddah, untuk melanjutkan perjalanan ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.Mereka dijemput oleh perwakilan agen tur dan travel setelah tiba di Bandara Abu Dhabi. Dari sana, mereka langsung diajak berkeliling kota Abu Dhabi.Emirates Palace menjadi tempat yang mereka kunjungi pertama kali. Emirates Palace adalah hotel bintang lima yang mewah di Abu Dhabi. Hotel yang terbuka untuk umum, siapa saja boleh masuk asal berpakaian dengan rapi dan mengikuti aturan di sana."Masya Allah, bagus banget hotelnya." Nisa melongo melihat arsitekstur hotel yang tampak sangat mewah."Ma, Kak Shasha, ayo kita foto di sini." Nisa sudah memegang tongkat selfie di tangannya, siap untuk mengambil gambar.Pertama Nisa foto sendiri, dengan Shasha dan mamanya, baru kemudian berlima. Nisa dan Shasha yang paling semangat untuk berfoto. Beda dengan B
Shasha berpikir selama beberapa saat sebelum membalas pesan dari Kaisar. “Mas Kai itu anak pertama dari dua bersaudara. Nama adiknya Tirta. Polisi yang pangkatnya Iptu. Mmhh apalagi ya.” Dia mengirim pesan itu sambil tersenyum sendiri.“Itu ‘kan orang umum juga tahu, Sha. Yang lebih spesifik gitu,” protes Kaisar dalam balasannya.Shasha tertawa kecil membaca pesan tersebut. “Udah malam, Mas. Aku mau tidur dulu. Mas Kai sebaiknya juga tidur. Kata Bang Haji tidak boleh bergadang kalau tiada artinya. Besok disambung lagi ngobrolnya. Selamat tidur, Mas. Assalamu’alaikum.” Dia menambahkan emotikon tersenyum di akhir pesannya.Gadis itu sengaja mengakhiri obrolan mereka agar tidak bertambah melantur. Sebenarnya dia belum terlalu mengantuk, tapi badannya juga butuh istirahat setelah seharian berjalan-jalan. Saat Shasha akan merebahkan diri, ada pesan masuk dari Kaisar.“Wa’alaikumussalam. Selamat tidur, Sha. Mimpi yang indah ya.” Shasha tersenyum lalu mematikan data internetnya. Meletakkan g
Pada sore harinya, keluarga Bu Dewi dijemput oleh agen travel untuk mengikuti Desert Safari atau tur di gurun dengan menggunakan mobil Land Cruise. Waktu terbaik untuk pergi ke padang pasir adalah sore hari, yaitu saat matahari mulai tenggelam. Karena panas di gurun akan menghilang dan udara menjadi dingin hingga rasanya lebih nyaman.Mereka dibawa berkeliling gurun dengan menggunakan Land Cruise. Rendra meminta pengemudi untuk tidak melakukan offroad di sana atau melewati jalur yang ekstrem, mengingat kondisi Dita yang sedang hamil. Dia tidak mau terjadi sesuatu dengan kehamilan istrinya.Mereka sempat berhenti sejenak untuk melihat matahari terbenam di tengah padang pasir. Sesudahnya, kelima orang itu dibawa ke perkemahan yang berada di tengah gurun.Di perkemahan tersebut, mereka bisa menunggangi unta, mengenakan baju tradisional Arab, memakai hena, mengisap sisha, melihat atraksi tari perut, tari tradisional, dan pertunjukkan yang menggunakan api. Mereka juga makan malam di sana d
Kaisar dan Tirta datang ke rumah Shasha setelah keluarga Bu Dewi pulang dari umrah dan liburan. Kakak beradik itu berkunjung pada akhir pekan saat Tirta libur kerja dan Kaisar mendapat jadwal malam. Keduanya disambut dengan ramah oleh seluruh anggota keluarga yang kebetulan ada di rumah. Bu Dewi memberi dua sajadah dan beberapa camilan khas Arab pada kakak beradik itu. “Semoga bisa bermanfaat,” ucapnya saat menyerahkan tas kertas berisi oleh-oleh. “Terima kasih banyak, Tan. Jadi ngerepotin nih,” sahut Tirta kala menerima bingkisan tersebut. “Tidak ada yang direpotin kok. Silakan lanjut ngobrolnya, Tante mau ke dalam dulu,” pamit Bu Dewi. “Silakan, Tante.” Kaisar berdiri saat Bu Dewi bangkit dari duduk. Dia baru duduk setelah wanita paruh baya itu masuk ke ruang keluarga. Rendra dan Dita juga undur diri karena akan pergi ke kafe. Begitu pula Nisa yang sibuk jadi panitia orientasi mahasiswa baru di kampusnya. Hingga tinggal Kaisar, Tirta, dan juga Shasha di ruang tamu itu. “Kemarin
Tirta balas memandang sang sahabat. “Setelah apa yang Mas Kai lakukan apa tidak cukup membuktikan kalau dia sudah move on, Sha? Masku tuh enggak pernah ya secara intens hubungi cewek kaya hubungi kamu. Dia enggak pernah iseng balas pesan kalau enggak penting. Sama Dita aja dulu malah enggak pernah komunikasi, tapi diam-diam tetap cari info dan kasih perhatian kalau ketemu.”“Asal kamu tahu, Sha. Sebelum Mas Kai mulai intens hubungi kamu, aku sudah wanti-wanti sama dia. Aku enggak mau kamu dijadikan pelarian. Kalau mau serius aku bakal dukung, kalau main-main lebih baik ga usah,” sambung Tirta.“Makanya tadi aku tanya gimana perasaanmu sama masku? Kalau memang kamu enggak suka, tolong jangan kasih harapan sama masku. Aku enggak mau dia merasakan patah hati untuk yang kedua kali. Masa iya dua kali cintanya bertepuk sebelah tangan. Kaya masku itu orang yang enggak laku aja. Padahal mah di luar sana banyak cewek yang ngejar-ngejar dia. Kamu tahu, Sha? Di kantor itu setiap hari ada saja ce
Setelah kelahiran dua buah hatinya, Kaisar jadi lebih semangat bekerja. Dia bertekad memberikan yang terbaik untuk mereka. Meskipun sibuk, sebelum atau sesudah pulang kerja, Kaisar akan menyempatkan waktu untuk bermain dengan Bagus dan Ayu. Dia tidak ingin kehilangan momen perkembangan mereka.Sementara itu, Shasha benar-benar jadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Walaupun beberapa pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika, dan lainnya dikerjakan oleh asisten rumah tangga, tapi untuk urusan masak dan mengurus anak, dia yang menanganinya sendiri.Shasha sekarang jarang menginap di rumah Bu Dewi. Kalau Kaisar dinas malam atau tidak bisa pulang, Nisa atau Bu Dewi yang menemaninya di sana. Akan repot kalau Shasha pergi sendiri membawa dua bayi dan segala perlengkapannya.Minimal sebulan sekali, Kaisar akan mengajak istrinya pergi berdua. Entah sekadar makan, menonton film atau berbelanja. Setidaknya mereka bisa ada waktu berdua tanpa anak-anak. Perwira polisi itu tahu kalau istrin
Waktu terus berlalu, kandungan Shasha semakin hari bertambah besar. Saat usia kandungannya mencapai tujuh bulan, dia memutuskan untuk berhenti bekerja karena badannya semakin cepat pegal dan lelah. Meskipun teman-teman kantor dan atasannya memaklumi hal tersebut, Shasha yang merasa tak enak hati. Jadi lebih baik mengundurkan diri dengan meninggalkan kesan baik pada semua. Meskipun sang atasan mau memberinya cuti lebih lama sampai dia siap bekerja kembali, Shasha tidak bersedia. Dia berencana mengasuh sendiri kedua anaknya setelah melahirkan.Shasha tidak pernah telat memeriksakan kehamilannya dengan didampingi oleh Kaisar. Perwira polisi itu selalu menyempatkan waktu menemani sang istri. Kalau Kaisar tidak punya banyak waktu, keduanya bertemu di klinik. Sesudah menemani pemeriksaan, Kaisar akan langsung kembali bekerja sementara istrinya pulang ke rumah.Shasha mengikuti prenatal yoga sejak kehamilannya menginjak lima bulan. Prenatal yoga ini selain untuk kesehatan, juga membuat ibu h
Kaisar meminta waktu libur saat dia mengadakan acara syukuran empat bulan kehamilan Shasha dan pengajian di rumahnya. Kedua orang tuanya sudah datang sejak kemarin siang karena sorenya mereka berempat pergi ke klinik di mana dokter Lita praktek untuk memeriksakan kehamilan Shasha.Bu Ryani senang sekali saat melihat USG kedua calon cucunya. Wanita paruh baya itu bahkan meneteskan air mata karena terharu. Sudah cukup lama dia menginginkan cucu, begitu menantunya hamil ternyata langsung diberi dua cucu. Sungguh Allah telah memberinya nikmat yang banyak karena kesabarannya selama ini.Ibu Kaisar rasanya sudah tidak sabar ingin menimang kedua cucunya. Dia tidak peduli jenis kelamin cucunya, yang penting menantu dan kedua cucunya sehat dan selamat. Diberi cucu saja, Bu Ryani sudah sangat bersyukur. Tidak mau meminta banyak karena takut jadi hamba yang kufur nikmat.Bu Dewi, dan Nisa sudah datang ke rumah Kaisar sejak pagi. Sedangkan Dita, Ale, dan Rendra datang agak siang karena selain Dit
Sekitar pukul 04.00 sore, Kaisar datang ke rumah sakit dengan dua anggotanya. Kali ini dia sudah mandi dan berganti pakaian. Rencananya mereka akan meminta keterangan dari Adi dan juga Adelia. Namun Adelia belum bisa memberikan keterangan karena belum siap mentalnya. Kaisar memaklumi hal itu, karena itu dia hanya meminta keterangan Adi.Kaisar, Adi, dan dua polisi tadi mencari tempat yang lebih nyaman dan bebas untuk bicara. Akhirnya mereka pergi ke coffee shop yang ada di rumah sakit tersebut."Timku tadi sudah menginterogasi Sekar, tapi dia jawabnya berbelit-belit, Di." Kaisar membuka pembicaraan setelah mereka duduk dan memesan beberapa menu."Tapi tetap bisa menjerat dia kan?" Adi menatap sahabatnya."Bisa, cuma mungkin hukumannya tidak maksimal. Dia tidak mau ngaku kalau punya niat membunuh Adel. Sekar juga tidak menjabarkan apa yang dia bicarakan sama istrimu." Kaisar menghela napas panjang setelah berbicara.Adi ikut menghela napas panjang usai mendengar perkataan sang perwira
Sekar Ayu terkesiap mendengar ucapan perempuan yang tadi mengetuk pintu rumahnya. Karena baru bangun tidur, jadi dia sedikit lambat berpikir. Namun begitu sadar apa yang terjadi, Sekar Ayu berniat menutup pintu yang tidak terbuka lebar itu, tapi Kaisar dengan sigap menahan pintu dengan kakinya agar tetap terbuka."Sekar!" teriak Kaisar. "Percuma kamu mau sembunyi, rumah ini sudah dikepung!""Cepat borgol dia!" perintah Kaisar pada anggota polwannya.Salah satu polwan langsung mencekal tangan Sekar Ayu, kemudian memasang gelang kembar di kedua pergelangan tangan cinta pertama Adi itu."Apa-apaan ini, Kai? Aku tidak bersalah." Sekar Ayu berusaha memberontak. "Kalian salah menangkap orang. Aku pasti sudah difitnah!” teriaknya."Diam!" hardik Kaisar. "Bukti sudah menunjukkan kalau kamu yang menusuk Adelia. Jangan coba mengelak dan pura-pura tidak bersalah!” sergahnya.Sekar Ayu tersenyum sinis. "Bukti apa yang kalian punya? Jangan mengarang!""Ada rekaman CCTV di dalam toilet mal, Sekar.
Kaisar benar-benar menghubungi Bu Ryani menanyakan alamat Sekar di kota. Dia memberi tahu sang ibu apa yang wanita itu lakukan pada istri Adi. Bu Ryani merasa geram, sayangnya dia juga tidak tahu alamat Sekar di kota. Namun, wanita paruh baya itu berjanji akan mencarikan informasi. Begitu mendapat alamat Sekar, Bu Ryani berjanji akan langsung memberi tahu putra sulungnya itu.Perwira polisi itu kemudian menghubungi istrinya. Dia memberi tahu kalau ada kasus baru, dan kemungkinan akan pulang terlambat. Kaisar tidak bilang kalau Adelia ditusuk orang karena takut istrinya jadi kepikiran apalagi di rumah hanya sendiri. Sesudah itu Kaisar menghubungi anggotanya, meminta laporan sekaligus melakukan koordinasi dengan mereka.Kaisar kembali masuk ke IGD. Ternyata di sana sudah ada keluarga Adelia. Dia menyalami kedua orang tua Adelia dan juga Arsenio begitu bertemu dengan mereka."Nanti akan ada dua anggotaku yang berjaga 24 jam di luar kamar Adelia. Sebentar lagi mereka akan menyusul ke sin
Berita Shasha hamil kembar membuat bahagia siapa saja yang mendengarnya. Termasuk atasan dan teman-teman sekantornya. Shasha tidak diberikan banyak pekerjaan seperti sebelumnya. Dia juga tidak diizinkan lembur. Begitu jam kerja selesai, langsung disuruh pulang. Meskipun mendapat perlakuan istimewa, Shasha tetap melakukan pekerjaannya dengan baik.Karena hamil kembar, membuat baby bump Shasha terlihat lebih besar dari kehamilan tunggal. Saat usia kandungannya tiga bulan sudah seperti hamil empat bulan hamil tunggal. Badan Shasha pun semakin berisi, terutama di bagian dada dan pinggang. Pipinya juga jadi tembam.Satu hari saat Shasha dan Kaisar libur, perwira polisi itu mengajak istrinya pergi ke luar. Kaisar beralasan ingin mengajak jalan-jalan karena sudah agak lama mereka tidak berkencan. Mumpung masih berdua, menikmati asyiknya pacaran setelah menikah.“Loh, Mas. Kok ke sini?” Shasha bertanya karena Kaisar menggandengnya menuju pameran mobil yang ada di dalam mal yang keduanya datan
Sejak dinyatakan hamil tak ada perubahan yang berarti pada Shasha. Dia tidak mengalami mual dan muntah, serta tidak mengidam makanan tertentu. Hanya Shasha jadi lebih manja pada Kaisar. Kalau sedang di rumah berdua, dia tak pernah mau jauh dari suaminya. Untung saja tidak pernah mengambek kalau harus ditinggal karena ada tugas mendadak. Biasanya Shasha akan menginap di rumah sang mama kalau Kaisar tidak bisa pulang.Shasha kadang sangat malas mandi, bahkan malas beranjak dari tempat tidur. Ada kalanya dia jadi sangat rajin, bahkan di rumah pun berdandan. Kaisar tak mempermasalahkan perubahan-perubahan yang dialami sang istri. Dia sudah banyak diberi tahu Rendra kalau menghadapi wanita hamil harus punya lebih banyak stok sabar. Yang penting istrinya merasa bahagia.“Mas, jangan lupa ya nanti jadwal kontrol ke dokter Lita.” Shasha mengingatkan suaminya saat mereka sedang menyantap sarapan.“Jamnya seperti yang dulu ‘kan?” Kaisar menatap sang istri.Shasha mengangguk. “Iya. Mulai praktik
"Alhamdulillah berdasarkan hasil tes urine dan darah, Bu Alesha positif hamil. Selamat ya," ucap dokter Lita sambil memandang pasangan suami istri baru di hadapannya. "Pak Kaisar, tokcer ini bisa langsung membuat Bu Alesha hamil setelah menikah," selorohnya agar suasana tidak menjadi tegang. "Alhamdulillah. Kamu beneran hamil, Sha." Kaisar sontak memeluk sang istri yang duduk di sampingnya. Membuat dokter yang mengenakan hijab bermotif bunga-bunga kecil itu menjadi saksi kebahagiaan yang dirasakan oleh calon orang tua baru tersebut. "Iya, Mas. Alhamdulillah," sahut Shasha. "Mas, tolong lepas. Malu sama dokter," bisiknya kemudian. Kaisar pun langsung mengurai pelukan. "Maaf, Dok. Saya refleks memeluk istri karena bahagia," aku sang perwira polisi. Dokter Lita tersenyum. "Tidak apa-apa, Pak. Saya paham apa yang Bapak dan Ibu rasakan. Bagaimana kalau kita USG sekarang, untuk mengecek kondisinya?" "Silakan, Dok," sahut Kaisar. "Apa saya boleh melihat proses USG-nya?" tanyanya ragu.