Kaisar dan Tirta datang ke rumah Shasha setelah keluarga Bu Dewi pulang dari umrah dan liburan. Kakak beradik itu berkunjung pada akhir pekan saat Tirta libur kerja dan Kaisar mendapat jadwal malam. Keduanya disambut dengan ramah oleh seluruh anggota keluarga yang kebetulan ada di rumah. Bu Dewi memberi dua sajadah dan beberapa camilan khas Arab pada kakak beradik itu. “Semoga bisa bermanfaat,” ucapnya saat menyerahkan tas kertas berisi oleh-oleh. “Terima kasih banyak, Tan. Jadi ngerepotin nih,” sahut Tirta kala menerima bingkisan tersebut. “Tidak ada yang direpotin kok. Silakan lanjut ngobrolnya, Tante mau ke dalam dulu,” pamit Bu Dewi. “Silakan, Tante.” Kaisar berdiri saat Bu Dewi bangkit dari duduk. Dia baru duduk setelah wanita paruh baya itu masuk ke ruang keluarga. Rendra dan Dita juga undur diri karena akan pergi ke kafe. Begitu pula Nisa yang sibuk jadi panitia orientasi mahasiswa baru di kampusnya. Hingga tinggal Kaisar, Tirta, dan juga Shasha di ruang tamu itu. “Kemarin
Tirta balas memandang sang sahabat. “Setelah apa yang Mas Kai lakukan apa tidak cukup membuktikan kalau dia sudah move on, Sha? Masku tuh enggak pernah ya secara intens hubungi cewek kaya hubungi kamu. Dia enggak pernah iseng balas pesan kalau enggak penting. Sama Dita aja dulu malah enggak pernah komunikasi, tapi diam-diam tetap cari info dan kasih perhatian kalau ketemu.”“Asal kamu tahu, Sha. Sebelum Mas Kai mulai intens hubungi kamu, aku sudah wanti-wanti sama dia. Aku enggak mau kamu dijadikan pelarian. Kalau mau serius aku bakal dukung, kalau main-main lebih baik ga usah,” sambung Tirta.“Makanya tadi aku tanya gimana perasaanmu sama masku? Kalau memang kamu enggak suka, tolong jangan kasih harapan sama masku. Aku enggak mau dia merasakan patah hati untuk yang kedua kali. Masa iya dua kali cintanya bertepuk sebelah tangan. Kaya masku itu orang yang enggak laku aja. Padahal mah di luar sana banyak cewek yang ngejar-ngejar dia. Kamu tahu, Sha? Di kantor itu setiap hari ada saja ce
Ada semburat merah yang muncul di pipi Shasha setelah mendengar jawaban sang perwira polisi. Dia lalu menyelipkan rambut ke belakang telinga dengan wajah tersipu."Gimana kerjaan, Sha?" tanya Kaisar dengan suara normal agar suasana tidak terasa canggung lagi."Alhamdulillah, sering lembur dan ke luar kota," jawab Shasha sambil terkekeh."Sama dong. Ini nanti aku juga balik ke kantor lagi," kata Kaisar."Terus Mas Kai tidur di kantor?" Shasha menoleh ke samping kanannya."Kalau kerjaan selesai sebelum jam 12.00 ya pulang. Kalau belum selesai, mending tidur di kantor. Tapi aku selalu sedia baju ganti kok di kantor. Jangan khawatir aku jadi baru dan enggak ganti baju," seloroh Kaisar."Calon bapak kapolda sibuk ya," celetuk Pak Lukman yang sejak tadi menyimak obrolan dua sejoli itu."Saya aamiin-kan saja, Om," sahut Kaisar sambil tersenyum."Sudah ketemu calonnya belum? Jangan sampai nanti sudah diangkat jadi kapolda belum ada istri. Malu dong kalau kalah sama anak buah," goda Pak Lukman
Di dalam lift, Shasha berdiri di antara Nisa dan Kaisar. Kebetulan hanya ada mereka bertiga di sana karena yang lain sudah turun terlebih dahulu.“Mas Kai, bawa motor atau jalan ke sini?” tanya Shasha untuk memecah keheningan.“Naik motor. Kalau jalan lumayan juga jaraknya. Udah malam, malas jalan-jalan. Kalau pagi bisa sekalian olahraga,” jawab Kaisar sambil menoleh pada Shasha.“Iya juga sih. Nanti jadi muter dong jalannya, Mas,” timpal Shasha.“Ya mau bagaimana lagi kalau jalurnya seperti itu. Tidak mungkin juga aku nyebrang ringroad pakai motor. Kalau jalan kaki masih bisa,” ujar Kaisar seraya tertawa kecil.Shasha menganggut. “Iya, juga.”“Ini kamu pas enggak ke luar kota?” Gantian Kaisar yang bertanya pada Shasha.“Baru nyampe rumah semalam. Sudah diwanti-wanti Rendra kalau bisa aku jangan ke luar kota pas dia wisuda. Untung saja urusan di sana cepat selesai, jadi bisa pulang,” jawab Shasha.“Wajar sih kalau Rendra minta begitu. Pas momen wisuda pasti ingin kumpul dengan keluarg
Shasha akhirnya mengambil gawai di atas nakas. Gadis itu tersenyum kala membaca tulisan pada layar 'Mas Kaisar Tirta calling'. Segera dia menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut."Halo, Mas," sapa Shasha dengan senyum mengembang di bibirnya."Halo, Sha. Sudah tidur?" tanya Kaisar dari seberang telepon."Belum, Mas. Barusan diajak ngobrol sama Rendra. Mas Kai, masih di kantor?" Shasha yang ganti bertanya."Iya, ini lagi rehat sebentar. Mataku pedih lihat layar komputer seharian. Terus aku ingat tadi janji mau hubungi kamu. Makanya sekarang aku telepon. Aku kira kamu sudah tidur, soalnya dua kali teleponku tidak dijawab,” jawab Kaisar."Oh, Mas Kai, sudah dua kali telepon? Maaf Mas, aku enggak dengar. Ini aku baru masuk ke kamar terus dengar ponselku bunyi langsung aku angkat,” terang Shasha."Iya, ini panggilan ketiga. Kalau yang ini tidak kamu jawab juga, pikirku pasti kamu sudah tidur," aku Kaisar."Belum kok. Ini baru mau siap-siap tidur. Oya, ada apa Mas?" Shasha b
Shasha yang membonceng Kaisar, tidak memegang pinggang perwira polisi itu. Kalau butuh pegangan, dia memegang besi yang ada di belakang jok motor. Hubungan mereka memang masih dalam batas pertemanan, belum melangkah lebih jauh. Kaisar belum secara gamblang menyatakan perasaannya, begitu juga Shasha yang tidak akan mungkin bergerak terlebih dahulu.“Pastikan kamu duduk dengan nyaman, Sha,” ucap Kaisar saat mereka meninggalkan kompleks rumah Shasha.“Aman, Mas,” sahut Shasha yang meletakkan tasnya di antara mereka berdua.“Kalau aku bawa motornya kekencangan, bilang ya,” pesan Kaisar.“Udah pas kok kecepatannya, Mas,” sahut Shasha lagi.“Kalau kamu mau pegangan aku, enggak apa-apa kok, Sha,” cetus Kaisar.Shasha tertawa kecil. “Bukan mahram, Mas. Enggak boleh pegang-pegang.”“Belum mahram, Sha. Berarti kudu dihalalkan dulu biar bisa pegang-pegang. Iya ‘kan, Sha?” celetuk Kaisar sambil melihat Shasha lewat kaca spion motor.Shasha hanya menanggapinya dengan tertawa dan tidak mengatakan a
Kaisar dan Shasha jadi salah tingkah setelah mereka kepergok saling bertatapan. Mereka sama-sama membuang muka ke arah yang berlawanan. Shasha bahkan mengipasi diri dengan tangan karena tiba-tiba dia merasa gerah dan wajahnya bisa dipastikan memerah.Setelah beberapa saat, Kaisar mengajak Shasha pergi dari sana. Kaisar pamit pada teman-teman yang dia temui saat berjalan menuju pintu keluar. Mereka langsung pergi ke bioskop yang berada di Jalan Solo untuk menonton film. Sepertinya semesta mendukung mereka, masih ada dua kursi kosong di barisan paling belakang saat tadi memesan tiket via aplikasi. Spot terbaik untuk menonton film. Padahal kalau akhir pekan biasanya bioskop penuh, apalagi hari Minggu seperti sekarang.Mereka berdua menonton film dengan serius. Sambil sesekali mengomentari adegan film atau saling menawari popcorn ukuran large yang tadi dibeli sebagai teman menonton. Begitu film selesai, mereka keluar dari teater dengan wajah puas dan ceria."Mas Kai, aku ke toilet dahul
Shasha terpaku mendengar pernyataan cinta dari Kaisar. Gadis itu tentu saja merasa bahagia karena ternyata mereka punya perasaan yang sama. Namun, dia tidak mau melangkah lebih jauh tanpa meminta restu dahulu dari sang mama."Coba dengarkan lagu ini, Sha!" Kaisar kembali memutar lagu di gawainya.... Menantimu hingga saat cintaku temukan dirimu. Usai sudah sampai di sini. Berdiri melabuhkan asmara.Menikah denganku. Menempatkan cinta. Melintasi perjalanan usia. Menikah denganmu. Menetapkan jiwa. Bertahtakan kesetiaan cinta. Selamanya .... (Menikahimu - Kahitna)"Aku bukan pria romantis, Sha. Beginilah aku apa adanya. Pria yang tidak pernah bisa menjanjikan setiap saat selalu ada di sampingmu, tapi aku akan selalu mendukungmu. Sebagai abdi negara aku harus selalu siap kalau ada panggilan tugas dan meninggalkan keluarga," ucap Kaisar sesudah lagu romantis itu berakhir."Menjadi istriku juga tidak mudah, Sha. Harus siap aku tinggal setiap saat. Entah ditinggal tugas atau meninggal saat b
Setelah kelahiran dua buah hatinya, Kaisar jadi lebih semangat bekerja. Dia bertekad memberikan yang terbaik untuk mereka. Meskipun sibuk, sebelum atau sesudah pulang kerja, Kaisar akan menyempatkan waktu untuk bermain dengan Bagus dan Ayu. Dia tidak ingin kehilangan momen perkembangan mereka.Sementara itu, Shasha benar-benar jadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Walaupun beberapa pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika, dan lainnya dikerjakan oleh asisten rumah tangga, tapi untuk urusan masak dan mengurus anak, dia yang menanganinya sendiri.Shasha sekarang jarang menginap di rumah Bu Dewi. Kalau Kaisar dinas malam atau tidak bisa pulang, Nisa atau Bu Dewi yang menemaninya di sana. Akan repot kalau Shasha pergi sendiri membawa dua bayi dan segala perlengkapannya.Minimal sebulan sekali, Kaisar akan mengajak istrinya pergi berdua. Entah sekadar makan, menonton film atau berbelanja. Setidaknya mereka bisa ada waktu berdua tanpa anak-anak. Perwira polisi itu tahu kalau istrin
Waktu terus berlalu, kandungan Shasha semakin hari bertambah besar. Saat usia kandungannya mencapai tujuh bulan, dia memutuskan untuk berhenti bekerja karena badannya semakin cepat pegal dan lelah. Meskipun teman-teman kantor dan atasannya memaklumi hal tersebut, Shasha yang merasa tak enak hati. Jadi lebih baik mengundurkan diri dengan meninggalkan kesan baik pada semua. Meskipun sang atasan mau memberinya cuti lebih lama sampai dia siap bekerja kembali, Shasha tidak bersedia. Dia berencana mengasuh sendiri kedua anaknya setelah melahirkan.Shasha tidak pernah telat memeriksakan kehamilannya dengan didampingi oleh Kaisar. Perwira polisi itu selalu menyempatkan waktu menemani sang istri. Kalau Kaisar tidak punya banyak waktu, keduanya bertemu di klinik. Sesudah menemani pemeriksaan, Kaisar akan langsung kembali bekerja sementara istrinya pulang ke rumah.Shasha mengikuti prenatal yoga sejak kehamilannya menginjak lima bulan. Prenatal yoga ini selain untuk kesehatan, juga membuat ibu h
Kaisar meminta waktu libur saat dia mengadakan acara syukuran empat bulan kehamilan Shasha dan pengajian di rumahnya. Kedua orang tuanya sudah datang sejak kemarin siang karena sorenya mereka berempat pergi ke klinik di mana dokter Lita praktek untuk memeriksakan kehamilan Shasha.Bu Ryani senang sekali saat melihat USG kedua calon cucunya. Wanita paruh baya itu bahkan meneteskan air mata karena terharu. Sudah cukup lama dia menginginkan cucu, begitu menantunya hamil ternyata langsung diberi dua cucu. Sungguh Allah telah memberinya nikmat yang banyak karena kesabarannya selama ini.Ibu Kaisar rasanya sudah tidak sabar ingin menimang kedua cucunya. Dia tidak peduli jenis kelamin cucunya, yang penting menantu dan kedua cucunya sehat dan selamat. Diberi cucu saja, Bu Ryani sudah sangat bersyukur. Tidak mau meminta banyak karena takut jadi hamba yang kufur nikmat.Bu Dewi, dan Nisa sudah datang ke rumah Kaisar sejak pagi. Sedangkan Dita, Ale, dan Rendra datang agak siang karena selain Dit
Sekitar pukul 04.00 sore, Kaisar datang ke rumah sakit dengan dua anggotanya. Kali ini dia sudah mandi dan berganti pakaian. Rencananya mereka akan meminta keterangan dari Adi dan juga Adelia. Namun Adelia belum bisa memberikan keterangan karena belum siap mentalnya. Kaisar memaklumi hal itu, karena itu dia hanya meminta keterangan Adi.Kaisar, Adi, dan dua polisi tadi mencari tempat yang lebih nyaman dan bebas untuk bicara. Akhirnya mereka pergi ke coffee shop yang ada di rumah sakit tersebut."Timku tadi sudah menginterogasi Sekar, tapi dia jawabnya berbelit-belit, Di." Kaisar membuka pembicaraan setelah mereka duduk dan memesan beberapa menu."Tapi tetap bisa menjerat dia kan?" Adi menatap sahabatnya."Bisa, cuma mungkin hukumannya tidak maksimal. Dia tidak mau ngaku kalau punya niat membunuh Adel. Sekar juga tidak menjabarkan apa yang dia bicarakan sama istrimu." Kaisar menghela napas panjang setelah berbicara.Adi ikut menghela napas panjang usai mendengar perkataan sang perwira
Sekar Ayu terkesiap mendengar ucapan perempuan yang tadi mengetuk pintu rumahnya. Karena baru bangun tidur, jadi dia sedikit lambat berpikir. Namun begitu sadar apa yang terjadi, Sekar Ayu berniat menutup pintu yang tidak terbuka lebar itu, tapi Kaisar dengan sigap menahan pintu dengan kakinya agar tetap terbuka."Sekar!" teriak Kaisar. "Percuma kamu mau sembunyi, rumah ini sudah dikepung!""Cepat borgol dia!" perintah Kaisar pada anggota polwannya.Salah satu polwan langsung mencekal tangan Sekar Ayu, kemudian memasang gelang kembar di kedua pergelangan tangan cinta pertama Adi itu."Apa-apaan ini, Kai? Aku tidak bersalah." Sekar Ayu berusaha memberontak. "Kalian salah menangkap orang. Aku pasti sudah difitnah!” teriaknya."Diam!" hardik Kaisar. "Bukti sudah menunjukkan kalau kamu yang menusuk Adelia. Jangan coba mengelak dan pura-pura tidak bersalah!” sergahnya.Sekar Ayu tersenyum sinis. "Bukti apa yang kalian punya? Jangan mengarang!""Ada rekaman CCTV di dalam toilet mal, Sekar.
Kaisar benar-benar menghubungi Bu Ryani menanyakan alamat Sekar di kota. Dia memberi tahu sang ibu apa yang wanita itu lakukan pada istri Adi. Bu Ryani merasa geram, sayangnya dia juga tidak tahu alamat Sekar di kota. Namun, wanita paruh baya itu berjanji akan mencarikan informasi. Begitu mendapat alamat Sekar, Bu Ryani berjanji akan langsung memberi tahu putra sulungnya itu.Perwira polisi itu kemudian menghubungi istrinya. Dia memberi tahu kalau ada kasus baru, dan kemungkinan akan pulang terlambat. Kaisar tidak bilang kalau Adelia ditusuk orang karena takut istrinya jadi kepikiran apalagi di rumah hanya sendiri. Sesudah itu Kaisar menghubungi anggotanya, meminta laporan sekaligus melakukan koordinasi dengan mereka.Kaisar kembali masuk ke IGD. Ternyata di sana sudah ada keluarga Adelia. Dia menyalami kedua orang tua Adelia dan juga Arsenio begitu bertemu dengan mereka."Nanti akan ada dua anggotaku yang berjaga 24 jam di luar kamar Adelia. Sebentar lagi mereka akan menyusul ke sin
Berita Shasha hamil kembar membuat bahagia siapa saja yang mendengarnya. Termasuk atasan dan teman-teman sekantornya. Shasha tidak diberikan banyak pekerjaan seperti sebelumnya. Dia juga tidak diizinkan lembur. Begitu jam kerja selesai, langsung disuruh pulang. Meskipun mendapat perlakuan istimewa, Shasha tetap melakukan pekerjaannya dengan baik.Karena hamil kembar, membuat baby bump Shasha terlihat lebih besar dari kehamilan tunggal. Saat usia kandungannya tiga bulan sudah seperti hamil empat bulan hamil tunggal. Badan Shasha pun semakin berisi, terutama di bagian dada dan pinggang. Pipinya juga jadi tembam.Satu hari saat Shasha dan Kaisar libur, perwira polisi itu mengajak istrinya pergi ke luar. Kaisar beralasan ingin mengajak jalan-jalan karena sudah agak lama mereka tidak berkencan. Mumpung masih berdua, menikmati asyiknya pacaran setelah menikah.“Loh, Mas. Kok ke sini?” Shasha bertanya karena Kaisar menggandengnya menuju pameran mobil yang ada di dalam mal yang keduanya datan
Sejak dinyatakan hamil tak ada perubahan yang berarti pada Shasha. Dia tidak mengalami mual dan muntah, serta tidak mengidam makanan tertentu. Hanya Shasha jadi lebih manja pada Kaisar. Kalau sedang di rumah berdua, dia tak pernah mau jauh dari suaminya. Untung saja tidak pernah mengambek kalau harus ditinggal karena ada tugas mendadak. Biasanya Shasha akan menginap di rumah sang mama kalau Kaisar tidak bisa pulang.Shasha kadang sangat malas mandi, bahkan malas beranjak dari tempat tidur. Ada kalanya dia jadi sangat rajin, bahkan di rumah pun berdandan. Kaisar tak mempermasalahkan perubahan-perubahan yang dialami sang istri. Dia sudah banyak diberi tahu Rendra kalau menghadapi wanita hamil harus punya lebih banyak stok sabar. Yang penting istrinya merasa bahagia.“Mas, jangan lupa ya nanti jadwal kontrol ke dokter Lita.” Shasha mengingatkan suaminya saat mereka sedang menyantap sarapan.“Jamnya seperti yang dulu ‘kan?” Kaisar menatap sang istri.Shasha mengangguk. “Iya. Mulai praktik
"Alhamdulillah berdasarkan hasil tes urine dan darah, Bu Alesha positif hamil. Selamat ya," ucap dokter Lita sambil memandang pasangan suami istri baru di hadapannya. "Pak Kaisar, tokcer ini bisa langsung membuat Bu Alesha hamil setelah menikah," selorohnya agar suasana tidak menjadi tegang. "Alhamdulillah. Kamu beneran hamil, Sha." Kaisar sontak memeluk sang istri yang duduk di sampingnya. Membuat dokter yang mengenakan hijab bermotif bunga-bunga kecil itu menjadi saksi kebahagiaan yang dirasakan oleh calon orang tua baru tersebut. "Iya, Mas. Alhamdulillah," sahut Shasha. "Mas, tolong lepas. Malu sama dokter," bisiknya kemudian. Kaisar pun langsung mengurai pelukan. "Maaf, Dok. Saya refleks memeluk istri karena bahagia," aku sang perwira polisi. Dokter Lita tersenyum. "Tidak apa-apa, Pak. Saya paham apa yang Bapak dan Ibu rasakan. Bagaimana kalau kita USG sekarang, untuk mengecek kondisinya?" "Silakan, Dok," sahut Kaisar. "Apa saya boleh melihat proses USG-nya?" tanyanya ragu.