Penthouse Xaviendra’s, Manhattan, USA | 20.06 PMLiam menunduk, perasaannya tidak tahu ke mana arahnya. Yang artinya campur aduk serta tidak pasti. Penyesalan menggerogoti dirinya saat ini, menghantui dengan segala hal yang berhubungan dengan sebuah perpisahan yang menyakitkan. Jika bisa dia ingin memutar kembali keadaan, dia akan menolak untuk mengenal Zara Mellano jika dia tahu akan seperti ini perjalanan hubungannya dengan Kate. Perempuan yang selalu Liam pastikan baik-baik saja meski tidak sedang bersamanya. Perempuan yang selalu Liam jaga hatinya meski ternyata dia sendiri yang menorehkan luka begitu besar secara tidak terhadap Kate, pujaan hatinya. Kali ini rasa bersalah menggerogoti hatinya. Dia sudah tidak lagi memiliki alasan untuk menahan Kate agar tetap bersamanya. Terlalu malu untuk mengemis kesempatan kedua karena dia tahu kalau Kate tidak akan memberinya itu. “Apa setelah ini kau akan merasa lega setelah melepasku Kate?” tanya Liam getir.Kate mendongak lantas menata
Sunday Bar, Manhattan, USA | 01.36 AMPencahayaan dengan keadaan tamaram dipadukan lampu yang menerangi area dance floor. Para pengunjung tak terhitung dari usia berapa mereka meliukkan tubuhnya dengan gaya yang bebas ketika sang penata musik atau sering disebut sebagai dj. Musik menghentak dengan keras, membuat siapa pun yang berada dalam satu ruangan harus berteriak untuk berbicara dengan orang di sekitarnya.Jam setengah dua dini hari Sean enggan diajak untuk pulang. Laki-laki itu justru pindah dari ruangan vip langganan mereka. Tampak nyaman bersandar pada sofa panjang yang diapit oleh Julian dan Ken di sisi kanan dan kiri. Tidak membiarkan Sean hilang kendali ketika bersama perempuan. Karena parahnya adalah laki-laki dewasa itu selalu menyamakan perempuan yang dilihatnya ketika mabuk adalah sosok Katherine. Sebuah lelucon yang selalu Julian tertawakan ketika menghadapi Sean yang tidak bisa diatur. Selain bekerja secara gila-gilaan dia juga memiliki kebiasaan baru dengan mabuk-ma
Amberlane Company, Madrid, Spain | 16.11 PMSudah tiga tahun berlalu dan sekembalinya Kate dari Manhattan dia sudah memutuskan dengan tekad yang bulat. Menjadi pemimpin baru di perusahaan keluarganya karena Gustavo sudah memilih untuk pensiun dua tahun yang lalu. Kehidupannya yang baru benar-benar berubah total. Jiwa Katherine yang dulu sudah hilang sepenuhnya dengan penampilan baru yang semakin dewasa dan matang. Kebiasaannya kini bukan lagi melukis, tetapi berkutat dibalik layar komputer yang menyala setiap harinya. Saking banyaknya perubahan yang terjadi selama tiga tahun ini, tapi percayalah Kate masih dapat mengingat dengan jelas sosok Sean Axel William. Permintaan maaf dan rasa penyesalan sering kali menggerogoti dirinya ketika menjelang malam. Kate tidak pernah sadar kalau selama ini dia mencintai Sean di sela-sela ketidakpeduliannya pada laki-laki itu. Terlepas dari Liam dia tidak menjalin hubungan dengan laki-laki lain serta Lauren sudah tidak lagi memaksanya untuk menikah
SJK Pictures, Manhattan, USA | 08.36 AMRapat bulanan para petinggi SJK Pictures sudah berlangsung selama tiga puluh menit. Dalam waktu dekat ini rumah produksinya akan meluncurkan sebuah film bertemakan action dilengkapi dengan romance. Julian sudah menyelesaikan bagiannya yaitu mendapatkan hak tayang sesuai dengan ketentuan negara yang berlaku. Laki-laki itu menjadi super sibuk setelah kembali dari Spanyol sore kemarin. Pemberangkatan Sean ke Korea Selatan berganti jam, karena paginya ada rapat dadakan seperti sekarang ini. Ternyata membangun bisnis sampingan seperti saat ini juga harus bisa membagi waktu, apalagi nama SJK Pictures sudah melambung tinggi di dunia produksi. Karena ada orang-orang hebat di balik berdirinya SJK Pictures. Sehingga bisa mencetak aktor dan aktris yang bermultitalenta dalam seri peran, juga setiap film atau series jebolan SJK Pictures selalu mendapat respon yang positif dari kalangan masyarakat. “Akhir bulan nanti sepertinya aku t
Mansion Amberlane, Madrid, Spain | 19.46 PMMalam hari, tepatnya pada pukul tujuh mendekati angka delapan Kate masih berkutat dengan pekerjaannya di ruang tamu. Berkas-berkas berserakan di atas meja, tidak ada yang menegurnya karena berserakan kertas. Banyak juga yang diremas-remas karena terdapat banyak kesalahan. Kedua orang tuanya tidak berada di rumah, mereka sedang menghadiri acara ulang tahun perusahaan rekan kerja yang seharusnya dihadiri olehnya. Dan Kate menolak, merasa kalau pekerjaan ini lebih penting dari pada acara itu.Harusnya akhir bulan ini dia berlibur untuk merehatkan isi kepala. Namun apa daya jika hari ke hari semakin banyak barang-barang yang harus di ekspor. Kate juga merasa jika dia bekerja sendirian di kantor, ternyata jadi seorang pimpinan itu tidak mudah. Jika berpikir kalian hanya duduk santai dan memantau karyawan kalian, maka kalian salah besar. Tangan Kate bergerak mengambil cangkir kopi yang mulai mendingin, meminumnya sedikit dan me
Bornhaus Art Gallery, London, Inggris | 09.12 AMBornhaus Art Gallery adalah tempat di adakannya pameran yang terjadi setiap dua kali dalam satu tahun. Terletak di kota London dengan bangunan mewah namun terlihat seperti bangunan pada zaman dahulu kala, tidak menghilangkan kesan kuno yang menjadi salah satu hal menarik.Ruangan dengan aula yang begitu luas dari penghujung ruangan. Di sudut-sudut ruangan ada banyak pigura berisi lukisan yang dipajang dengan cantik. Ada sebuah lorong yang menghubungkan ke ruangan berikutnya. Suasana tidak bising seperti di mall, karena memiliki aturan bagi galeri seni manapun yang dilarang untuk berisik. Jika mengobrol biasa tentu tidak jadi masalah, serta dilarang untuk menciptakan keributan. Pada akhirnya Luke ikut bersamanya hari ini dengan alasan tidak memiliki tempat untuk dikunjungi, jadinya Luke mengikuti langkah Sean.“Lukisan di tempat ini masih lekat dengan nilai sejarah zaman perjuangan, walaupun ada banyak yang memili
Mansion Amberlane, Madrid, Spain | 00.23 AMPencahayaan kamar bernuansa biru laut ini kini tidak terang, tamaram dengan alunan instrumen piano yang sengaja diputar melalui sound kecil yang diletakkan di atas nakas samping ranjang. Terjebak insomnia membuat Kate menghabiskan waktu untuk tidurnya dengan termenung. Menatap ke langit-langit kamar dengan pandangan yang lurus, kosong dan hampa. Sudah dua minggu berlalu, pertemuannya dengan Sean kala menghadiri undangan sebuah pameran di Bornhaus London tidak berakhir dengan menyenangkan. Yang ditemuinya waktu itu memang wujud Sean tapi versi baru. Banyak yang berubah, postur tubuh laki-laki itu sedikit mengurus. Tatapannya kini berubah tajam dengan ekspresi yang ketus. Jika dulu Sean lebih suka bertanya kini diam, seperti tidak tertarik untuk sekedar basa-basi saja. Ada apa dengan Sean? Mengapa Kate harus memikirkan alasan yang membuat Sean berubah? Bukankah itu ulahnya di masa lalu? Dia adalah penyebab patah hati Sean
Mansion Alfonso, Manhattan, USA | 10.26 AMKabar pernikahan seorang pewaris Alfonso Crop, atau sebut saja Kenneth Alfonso akan melangsungkan pernikahan akhir pekan. Menikah dengan seorang perempuan berdarah Spanyol. Kabar yang menurut Sean sangat mendadak, pasalnya dia diberi tahu ketika undangan sudah tersebar. “Kau memang paman yang keterlaluan, Ken,” dengkus Sean dengan lirikan tidak sukanya. Karena bisa-bisanya dia tidak diberitahu lebih dulu mengenai kabar ini. Mengapa harus jadi orang yang tahu paling akhir?Ken tertawa pelan menampilkan deretan giginya yang rapi. Mengambil duduk di hadapan Sean dengan tampang yang tengil. “Kau terlampau sibuk dengan urusanmu Sean. Sehingga aku memilih untuk menunda memberi tahumu.” Ken menjawab.“Kau bahkan tidak mengenalkan calon istrimu padaku,” sinis Sean. Rasa kesalnya terhadap Ken belum sepenuhnya hilang. Tawa jahil menguar dari mulut Ken. “Aku takut kau iri keponakan, aku hendak menikah sedangkan kau tidak mem