Bornhaus Art Gallery, London, Inggris | 09.12 AM
Bornhaus Art Gallery adalah tempat di adakannya pameran yang terjadi setiap dua kali dalam satu tahun. Terletak di kota London dengan bangunan mewah namun terlihat seperti bangunan pada zaman dahulu kala, tidak menghilangkan kesan kuno yang menjadi salah satu hal menarik.Ruangan dengan aula yang begitu luas dari penghujung ruangan. Di sudut-sudut ruangan ada banyak pigura berisi lukisan yang dipajang dengan cantik. Ada sebuah lorong yang menghubungkan ke ruangan berikutnya.Suasana tidak bising seperti di mall, karena memiliki aturan bagi galeri seni manapun yang dilarang untuk berisik. Jika mengobrol biasa tentu tidak jadi masalah, serta dilarang untuk menciptakan keributan.Pada akhirnya Luke ikut bersamanya hari ini dengan alasan tidak memiliki tempat untuk dikunjungi, jadinya Luke mengikuti langkah Sean.“Lukisan di tempat ini masih lekat dengan nilai sejarah zaman perjuangan, walaupun ada banyak yang memiliMansion Amberlane, Madrid, Spain | 00.23 AMPencahayaan kamar bernuansa biru laut ini kini tidak terang, tamaram dengan alunan instrumen piano yang sengaja diputar melalui sound kecil yang diletakkan di atas nakas samping ranjang. Terjebak insomnia membuat Kate menghabiskan waktu untuk tidurnya dengan termenung. Menatap ke langit-langit kamar dengan pandangan yang lurus, kosong dan hampa. Sudah dua minggu berlalu, pertemuannya dengan Sean kala menghadiri undangan sebuah pameran di Bornhaus London tidak berakhir dengan menyenangkan. Yang ditemuinya waktu itu memang wujud Sean tapi versi baru. Banyak yang berubah, postur tubuh laki-laki itu sedikit mengurus. Tatapannya kini berubah tajam dengan ekspresi yang ketus. Jika dulu Sean lebih suka bertanya kini diam, seperti tidak tertarik untuk sekedar basa-basi saja. Ada apa dengan Sean? Mengapa Kate harus memikirkan alasan yang membuat Sean berubah? Bukankah itu ulahnya di masa lalu? Dia adalah penyebab patah hati Sean
Mansion Alfonso, Manhattan, USA | 10.26 AMKabar pernikahan seorang pewaris Alfonso Crop, atau sebut saja Kenneth Alfonso akan melangsungkan pernikahan akhir pekan. Menikah dengan seorang perempuan berdarah Spanyol. Kabar yang menurut Sean sangat mendadak, pasalnya dia diberi tahu ketika undangan sudah tersebar. “Kau memang paman yang keterlaluan, Ken,” dengkus Sean dengan lirikan tidak sukanya. Karena bisa-bisanya dia tidak diberitahu lebih dulu mengenai kabar ini. Mengapa harus jadi orang yang tahu paling akhir?Ken tertawa pelan menampilkan deretan giginya yang rapi. Mengambil duduk di hadapan Sean dengan tampang yang tengil. “Kau terlampau sibuk dengan urusanmu Sean. Sehingga aku memilih untuk menunda memberi tahumu.” Ken menjawab.“Kau bahkan tidak mengenalkan calon istrimu padaku,” sinis Sean. Rasa kesalnya terhadap Ken belum sepenuhnya hilang. Tawa jahil menguar dari mulut Ken. “Aku takut kau iri keponakan, aku hendak menikah sedangkan kau tidak mem
Mansion Michaelson, Barcelona, Spain | 23.14 PMPesta pernikahan yang digelar oleh kedua keluarga sangat meriah. Angeline selaku wali bagi Ken menjadi manusia super sibuk demi mewujudkan pernikahan impian adik laki-lakinya. “Apa kau bahagia Ken?” tanya Angeline saat pergantian pasangan berdansa. Ken merengkuh kakak perempuan yang menjelma sebagai sosok ibu baginya. Memeluknya dan berbisik, “Aku sangat bahagia Kak, terima kasih karena sudah melakukan semua ini untukku. Untuk semua pejuanganmu selama ini, aku bingung harus membalasnya dengan cara apa.” Ucap Ken penuh haru. Angeline melepas pelukan mereka untuk menatap wajah Ken. Wajah yang hampir menyerupai dirinya, Ken seperti Angeline versi laki-laki. “Sudah menjadi kewajibanku sebagai saudaramu Ken. Berbahagialah bersama Laudi, jangan kecewakan dia.” Tangan Angeline menepuk bahu Ken pelan.Lalu pergantian pasangan mereka kembali ke semula. Ken merengkuh pinggang Laudi dan meletakkan dagunya di puncak kep
SJK Pictures, Manhattan, USA | 13.09 PMSiang ini salah satu wartawan mewawancarai Sean dan Zara secara eksklusif mengenai berita yang beredar tiga hari yang lalu. Berita yang sempat menghebohkan dunia infotaiment adalah berita kebersamaan Sean dan Zara sebagai pasangan di acara pesta pernikahan Kenneth Alfonso. Bukankah sudah pernah Ken tebak sebelumnya? Namanya akan terseret dalam berita itu, dan sekarang Sean bersama Zara sedang mengonfirmasi berita tersebut. Nanti sore pasti akan masuk berita di televisi karena diterbitkan secara langsung oleh SJK Pictures. Yang otomatis akan mengalahkan berita pernikahannya. Sudahlah, Ken tidak begitu tertarik dengan popularitas. “Kau bukan aktor tapi popularitasmu luar biasa Sean,” cibir Ken. Sean mengibaskan telapak tangannya ke belakang dengan gerakan santai. “Pesona seorang William tidak pernah main-main Ken,” balas Sean beserta smirknya. Ken berdecih pelan. “Namun sayang tidak membuat perempuan yang itu tertarik pad
Mandiley’s Restaurant, Manhattan, USA | 19.13 PMMalam ini Kate sudah duduk di restoran, tempat dulu dia sering menghabiskan waktu bersama Liam. Tapi kali ini dia meminta tolong kepada Ken agar menyuruh Sean datang ke tempat ini, dan Kate sudah lima belas menit menunggu namun Sean belum juga datang. “Kau datanglah lebih dulu, aku pastikan Sean pun akan menyusul.” Itu adalah perkataan Ken tadi siang. Kate menghembuskan napasnya pelan, tangannya mengaduk matcha tea pesanannya, dia mulai menimbang-nimbang tentang keberaniannya saat ini. Kabar berita mengenai hubungan Sean dan Zara cukup memukulnya untuk mundur dan menjauh dari radar Sean. Tapi Kate harus memastikan satu hal lebih dulu, akankah perasaan Sean masih sama kepadanya seperti tiga tahun yang lalu? Seketika logikanya berpikir dengan logis. Sean tidak akan memilih untuk bersama Zara kalau laki-laki itu masih mencintainya. Sudahlah, berperang dengan isi kepala tidak akan ada habisnya. Semakin diperdebatka
Mansion William, Manhattan, USA | 21.27 PMDi mansion William baru saja ada tamu Angeline, berbagai macam makanan keluar semua membuat ruangan tamu sedikit berantakan. Para pelayan membersihkan ruangan sehingga banyak yang berjalan hilir mudik. Kadang Sean merasa sedikit heran, acara apakah yang Ibunya adakan di sini? Biasanya juga selalu di luar, jarang sekali membawa teman-teman sosialitanya ke rumah. Mungkin karena Mark sedang ada pekerjaan di luar, jadi Angeline mendapat izin untuk mengadakan acara di mansion.Saat Sean berjalan menuju ruangan keluarga dia melihat Ibunya sedang bersantai sembari memerhatikan tayangan televisi. Lalu mendongak menatapnya.“Oh c’mon, lihatlah William yang satu ini.” Angeline berdecak dengan tawanya saat melihat ekspresi senang yang ditampilkan oleh Sean. “Kau mengalami hal senang macam apa son?” tanya Angeline ingin tahu. Sean membuka jasnya dan ikut bergabung bersama Ibunya. Menahan kepala dengan sebelah tangannya dan menatap Angeline dari samping.
Manhattan, USA | 15.41 PMKate melirik sekeliling di mana para pelayan mengantarkan pesanan karena menjelang sore cofee shop ini cukup ramai. Cofee shop yang tidak jauh dari lokasi kantor William Group, sejak tiba di sini Kate dan Julian belum memulai percakapan.Usahanya untuk mendapatkan kesempatan kedua dari Sean tidak semudah perkiraannya. Sikap Sean yang semakin hari semakin dingin dan semakin sulit untuk dia raih. Pekerjaannya di Madrid masih berjalan lancar meski kerap kali dia tidak hadir, dan selalu melakukan meeting bersama karyawan secara daring. Dia akan tetap di Manhattan sampai tahu jika usahanya benar-benar tidak dihargai. Julian mengetikkan pesan kepada Sean bersama satu foto Katherine yang sedang melirik sekeliling. Kate terlihat menemukan hal yang menarik di sekitar mereka. Julian Antonio : Sean, apakah kau bisa menebak aku sedang apa bersama Katherine saat ini?“Kau tunggu saja beberapa menit, dan selagi menunggu pesanlah lebih dulu.” Ju
Katherine’s Penthouse, Manhattan, USA | 17.43 PMTempat pertama yang didatangi oleh Sean adalah tempat tinggal Kate yang lama, karena dia bersangsi Kate tidak mungkin menyewa tempat baru. Apalagi tidak mungkin Kate menetap di Manhattan dan meninggalkan pekerjaan perempuan itu. Namun nihil, sudah hampir lima belas menit dia berdiri di depan pintu sembari membunyikan bel. Pintu sama sekali tidak terbuka, membuat Sean memutar otak dengan cepat. Kakinya tidak berhenti mondar-mandir sembari mengacak rambutnya. “Mencari Nona Katherine?” tanya seorang laki-laki paruh baya yang tidak Sean ketahui siapa dia. “Benar, apa anda melihatnya, sir?” tanya Sean berbalik menatap laki-laki di hadapannya. “Nona Katherine tadi menghubungi saya, beliau kembali ke Madrid. Oh iya saya petugas kebersihan yang disewa Nona Katherine,” jawab laki-laki itu sembari tersenyum kecil. “Thank you for information sir,” kata Sean tersenyum lalu berpamitan langsung berlari keluar menuju mob