Mandiley’s Restaurant, Manhattan, USA | 19.13 PM
Malam ini Kate sudah duduk di restoran, tempat dulu dia sering menghabiskan waktu bersama Liam. Tapi kali ini dia meminta tolong kepada Ken agar menyuruh Sean datang ke tempat ini, dan Kate sudah lima belas menit menunggu namun Sean belum juga datang.“Kau datanglah lebih dulu, aku pastikan Sean pun akan menyusul.” Itu adalah perkataan Ken tadi siang.Kate menghembuskan napasnya pelan, tangannya mengaduk matcha tea pesanannya, dia mulai menimbang-nimbang tentang keberaniannya saat ini. Kabar berita mengenai hubungan Sean dan Zara cukup memukulnya untuk mundur dan menjauh dari radar Sean.Tapi Kate harus memastikan satu hal lebih dulu, akankah perasaan Sean masih sama kepadanya seperti tiga tahun yang lalu? Seketika logikanya berpikir dengan logis. Sean tidak akan memilih untuk bersama Zara kalau laki-laki itu masih mencintainya.Sudahlah, berperang dengan isi kepala tidak akan ada habisnya. Semakin diperdebatkaMansion William, Manhattan, USA | 21.27 PMDi mansion William baru saja ada tamu Angeline, berbagai macam makanan keluar semua membuat ruangan tamu sedikit berantakan. Para pelayan membersihkan ruangan sehingga banyak yang berjalan hilir mudik. Kadang Sean merasa sedikit heran, acara apakah yang Ibunya adakan di sini? Biasanya juga selalu di luar, jarang sekali membawa teman-teman sosialitanya ke rumah. Mungkin karena Mark sedang ada pekerjaan di luar, jadi Angeline mendapat izin untuk mengadakan acara di mansion.Saat Sean berjalan menuju ruangan keluarga dia melihat Ibunya sedang bersantai sembari memerhatikan tayangan televisi. Lalu mendongak menatapnya.“Oh c’mon, lihatlah William yang satu ini.” Angeline berdecak dengan tawanya saat melihat ekspresi senang yang ditampilkan oleh Sean. “Kau mengalami hal senang macam apa son?” tanya Angeline ingin tahu. Sean membuka jasnya dan ikut bergabung bersama Ibunya. Menahan kepala dengan sebelah tangannya dan menatap Angeline dari samping.
Manhattan, USA | 15.41 PMKate melirik sekeliling di mana para pelayan mengantarkan pesanan karena menjelang sore cofee shop ini cukup ramai. Cofee shop yang tidak jauh dari lokasi kantor William Group, sejak tiba di sini Kate dan Julian belum memulai percakapan.Usahanya untuk mendapatkan kesempatan kedua dari Sean tidak semudah perkiraannya. Sikap Sean yang semakin hari semakin dingin dan semakin sulit untuk dia raih. Pekerjaannya di Madrid masih berjalan lancar meski kerap kali dia tidak hadir, dan selalu melakukan meeting bersama karyawan secara daring. Dia akan tetap di Manhattan sampai tahu jika usahanya benar-benar tidak dihargai. Julian mengetikkan pesan kepada Sean bersama satu foto Katherine yang sedang melirik sekeliling. Kate terlihat menemukan hal yang menarik di sekitar mereka. Julian Antonio : Sean, apakah kau bisa menebak aku sedang apa bersama Katherine saat ini?“Kau tunggu saja beberapa menit, dan selagi menunggu pesanlah lebih dulu.” Ju
Katherine’s Penthouse, Manhattan, USA | 17.43 PMTempat pertama yang didatangi oleh Sean adalah tempat tinggal Kate yang lama, karena dia bersangsi Kate tidak mungkin menyewa tempat baru. Apalagi tidak mungkin Kate menetap di Manhattan dan meninggalkan pekerjaan perempuan itu. Namun nihil, sudah hampir lima belas menit dia berdiri di depan pintu sembari membunyikan bel. Pintu sama sekali tidak terbuka, membuat Sean memutar otak dengan cepat. Kakinya tidak berhenti mondar-mandir sembari mengacak rambutnya. “Mencari Nona Katherine?” tanya seorang laki-laki paruh baya yang tidak Sean ketahui siapa dia. “Benar, apa anda melihatnya, sir?” tanya Sean berbalik menatap laki-laki di hadapannya. “Nona Katherine tadi menghubungi saya, beliau kembali ke Madrid. Oh iya saya petugas kebersihan yang disewa Nona Katherine,” jawab laki-laki itu sembari tersenyum kecil. “Thank you for information sir,” kata Sean tersenyum lalu berpamitan langsung berlari keluar menuju mob
Hi para pembaca Pelabuhan Akhir Sang Pewaris. Bagaimana nih kabarnya? Oh iya, ada informasi nih untuk season pertama sudah tamat pada bab 41 B ya. Season II akan dimulai dari bab 42-tamat, perkiraan diusahakan untuk tamat bulan ini. Namun masih perkiraan, tapi akan diusahakan. Jangan lupa untuk teman-teman bantu share jika menyukai cerita ini. Karena dukungan dari kalian sangat berarti bagi saya selaku penulis cerita, jangan sungkan untuk meninggalkan komentar. Ayo keluarkan apa yang kalian rasakan selama membaca cerita ini, apakah ada sukanya atau pun sedihnya juga. Sampai bertemu lagi di season II dengan suasana yang berbeda. Stay safe and stay healthy.
Katherine’s Penthouse, Manhattan, USA | 21.14 PM2 Minggu yang lalu...Suasana hening, dingin serta tidak ada yang memulai sebuah percakapan sampai roda kendaraan sampai tempat tujuan. Sean berdiri kaku di depan pintu masuk Penthouse Kate, menatap punggung perempuan itu dalam diam. Terlalu banyak kesalahpahaman yang terjadi antara mereka berdua, jika tidak segera diluruskan mereka tidak akan menemukan kata damai untuk hubungan keduanya. Laki-laki bernama Andreas memilih untuk pergi ke hotel, karena jelas Sean menolak tawaran Kate agar Andreas bermalam di tempat perempuan itu. Bagaimana mungkin ini akan terjadi disaat mereka hendak baikan dan meluruskan semuanya. Tentunya Sean butuh waktu untuk membahas ini. “Masuklah Sean,” ucap Kate sembari membuka pintu lebar-lebar. Sean mengangguk dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam, ruangan ini masih sama seperti dulu. Dia masih mengingat beberapa hal yang ada pada ruangan ini, di atas meja ada sebuah figura foto beris
Manhattan, USA | 08.46 AM“Mari kita akhiri semua kebohongan ini.” Suara bariton itu terdengar jelas di telinga Zara, membuat perempuan itu memandang laki-laki di depannya dengan tatapan penuh protes. “Apa maksudmu Sean?” tanya Zara bingung. Sean menyandarkan tubuhnya menatap Zara dengan tatapan datarnya. “Aku akan membersihkan namamu atas scandal itu. Aku tahu kau yang paling dirugikan atas scandal itu, sedangkan Liam tampak acuh terkesan tidak peduli karena dia hanya menganggapmu sebagai yang kedua, tidak lebih.” Zara diam, menunduk dengan jari-jari tangan saling bertautan. Ini adalah bumerang yang dia dapatkan karena di masa lalu yang terlalu keras menahan Liam agar tidak pergi darinya, dan sejak hubungan Liam berakhir dengan Katherine. Ke esokan harinya Zara yang ditinggalkan oleh Liam. Miris memang.Dua tahun setelahnya Zara mendapat laporan tentang hubungan gelapnya bersama Liam yang tentunya akan mengguncang kariernya sebagai model. Dari situ Zara meminta bantuan kepada Sean
Madrid, Spain | 09.16 AMDi hari weekend Sean masih berada di Madrid, tujuannya hari ini adalah mengunjungi orang tua Kate yang sudah dia janjikan kepada Kate. Sebelum pulang ke Manhattan Sean berencana untuk menemui orang tua Kate, bukan untuk melamar karena itu belum waktunya. Mungkin untuk sekadar mengopi sambil berbincang mengenai masa depan. Selama lima hari ini Sean menginap di hotel yang dekat dengan perusahaan Amberlane, saat jam kantor berakhir dia mengunjungi Kate untuk pergi ke berbagai tempat yang belum dia kunjungi di sini. “Aku baru tahu jika Sean menyukai hal berbau kebohongan semata, atau sebut saja settingan.” Kata-kata itu keluar dari mulut Ken saat ketiganya melakukan panggilan video untuk membahas pekerjaan yang diselangi dengan mengobrol singkat yang berujung panjang lebar. “Mungkin ini adalah cara Sean untuk berusaha mendapatkan pujaan hatinya yaitu dengan mempermainkan hati yang lain. Setelah berhasil, Zara didepak begitu saja seolah tidak pernah ada yang ter
Manhattan, USA. | 22.53 PM.Suara musik menghentak begitu kencang namun tidak memekakkan telinga. Justru sebaliknya, musik dengan kencang seperti ini seolah membuat tempat yang di singgahi terasa begitu menyenangkan dan terasa hidup. Para pelayan tampak hilir mudik mengantarkan pesanan. Aroma tembakau mahal yang dibakar seketika masuk ke dalam indra penciuman, disertai dengan dentingan gelas sloki yang berisikan wiski, tequila, vodka, dan anggur sehingga mengimbangi suara musik. Ini adalah acara ulang tahun yang tergolong masuk kategori mewah. Bahkan yang di undangnya adalah orang-orang berjas dan berdompet tebal. Laki-laki dengan balutan kemeja press body itu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa yang berada dalam ruangan private yang sudah dipesan secara sengaja oleh rekan kerjanya. Matanya berkilat tajam sembari memerhatikan para perempuan yang sengaja disewa untuk menyenangkan pelanggan. Sampai seorang laki-laki yang memiliki kulit gelap dan berseragam pelayan itu menyerah