Pagi ini, Dissa berencana pergi ke kampus bersama dengan temannya. Saat ini, dia duduk di ruang tamu dan mengambil ponselnya untuk menelepon keberadaan temannya.
"Assalamualaikum, Ayu. Sekarang kamu sudah sampai dimana? Hari ini, jadikan kita ke kampus?" tanya Dissa dari ponselnya.
"Wa'alaikumsalam, jadi tapi tunggu aku sebentar lagi ya karena aku masih di jalan," jawab Ayu dari seberang sana yang sedang memegang stir mobil, melajukan perjalanannya ke arah mension Ayu.
"Baiklah," ujar Dissa, memutuskan panggilan sepihak.
"Halo Dissa, jangan lupa bawaaa..." ya deh sudah dimatikan. Emang dasar tuh orang ya langsung main matiin saja teleponnya, biarin sajalah yang penting aku langsung fokus stir mobil lagi nanti bahasnya di Mension Dissa.
***
Kini mobil Honda jazz kuning telah memasuki gerbang utama Mension Dissa dan Ayu memarkikan mobilnya di depan mension.
"Sepertinya Ayu sudah datang, aku langsung kesana sajakah jadi tidak menunggu lagi," gumam Dissa berjalan menuju pintu mension.
"Eh Ayu sudah datang, ayo langsung pergi saja nanti takutnya dosen gak ada," ujar Dissa menatap ke arah kedua bola mata coklat Ayu.
"Oke," balas Ayu singkat.
Mereka berjalan bersama menuju ke arah mobil kesayangan Ayu, Ayu menekan kunci mobil otomatis yang berada dikunci mobilnya dan dia membuka pintu kepada Dissa.
"Silahkan masuk Tuan putri, maafkan saya yang bisa memberikan gerobak kecil ini untuk kamu naiki," ujar Ayu.
"Iya biasa saja keleus, aku masuk ya dan terima kasih telah membukakan pintu mobilnya," balas Dissa seraya masuk ke dalam mobil dan mengenakan seat belt mobil ke arah tubuh mungilnya.
Ayu berjalan ke arah pintu mobil stir dan menyalakan mobilnya. Dia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi karena jalan raya tidak terlalu banyak orang berlalu lalang.
"Dissa, kamu sudah bawa belum perlengkapan yang masih kurang untuk wisuda kita nanti?" tanya Ayu yang masih fokus menyetir mobil ke arah jalanan.
"Sudah, semuanya beres dan tunggu kabar baik selanjutnya," balas Dissa dengan semangat empat lima.
Kini mobil telah sampai di pekarangan kampus, mereka membuka seat belt dan membuka pintu mobil. Mereka berjalan menuju ruang dosen pembimbing yang berada di tidak jauh dari ruang kampus.
Dissa yang berjalan fokus ke depan tanpa sengaja menatap seorang pria tampan dan barbadan kekar. Dissa terus saja berjalan dan matanya tetap memandangi wajah tampan pria itu. "Dia tampan sekali," gumam Dissa di dalam hati tanpa menghiraukan pembicaraan Ayu yang mengoceh tanpa henti.
Teman pria tampan yang duduk di sebelahnya menoleh dan membuka pembicaraan kepada pria tampan tersebut.
"Reza, lihatlah itu ada cewek," ujar Arka yang merupakan teman dekat Reza memberikan saran kepadanya.
Reza menoleh ke arah Dissa, dia hampir salah tingkah ditatap olehnya. lalu dia berusaha menajamkan pendengarannya untuk mengetahui pembicaraan mereka.
"Iya cewek tapi mukanya jelek," ujar Reza menatap remeh ke arah Dissa.
Dissa yang mendengar pembicaraan dari Reza merasa tersinggung dan dia berjalan cepat menuju ruang dosen. Sebelum masuk, Dissa berkaca ke arah jendela tembus pandang itu dan mulai menatap dirinya. "Pantas saja dia menghujatku seperti itu, aku lupa memakai make up di wajahku. Tapi kurasa diriku tak terlalu jelek tapi kenapa dia membicarakanku seperti itu ya? Dasar lelaki pasti selalu menganggap wanita itu jelek kalo tidak memakai make up. Mereka gak sadar apa diri mereka seperti apa? Mau enak saja melihat gratis wajah cantik kami tanpa mau membelikan make up pada kami," omel Dissa merasa kesal karena dirinya tidak terima diperlakukan seperti itu.
Ayu yang sudah masuk terlebih dahulu ke dalam ruangan dosen pembimbing dan siap berjalan ke arah dosen. dia baru merasa ada sesuatu yang kurang dari dirinya dan dia mulai mencari-cari sesuatu.
"Aduh, Dissa dimana? Kok gak ada di sebelah aku? Bukankah tadi kami jalan bersama-sama menuju ruang dosen? Jangan-jangan dia tertinggal lagi di jalan?" tanya Ayu pada dirinya sendiri seraya berjalan keluar ruangan dan menemukan keberadaan Dissa yang sedang berkaca di depan jendela tembus panjang.
"Hey, ngapain kamu disini? Kamu gak masuk ke dalam ruang dosen? Di dalam ada dosen pembimbing kita lagi free jadi lebih selesai mengumpulkan berkas ini." ujar Ayu mengajak Dissa berjalan menuju ke dalam ruang dosen.
Di dalam ruangan dosen, Dissa dan Ayu mulai mengumpulkan persyaratan berkas wisuda yang ditentukan seperti:
Print out formulir pendaftaran yang telah ditandatangani Dekan dll sebanyak 2 (dua) set. (1 lembar asli cap basah untuk Bagian Pendidikan Rektorat dan 2 lembar copy untuk Akmawa Fakultas).1. Fotokopi Ijazah SLTA sebanyak 2 (dua) lembar.
2. Foto copy lembar pengesahan tugas akhir/skripsi 1 lembar.3. Fotokopi kartu mahasiswa semester Gasal tahun 2019/2020 yang sudah dilegalisir Akmawa sebanyak 2 (dua) lembar.4. Pas photo terbaru hitam putih ukuran 3 x 4 cm sebanyak 4 (empat) lembar,dengan ketentuan:5. Cetak Studio (doff)a. Mengenakan Jasb. Kedua telinga harus kelihatan6. Konsep transkrip nilai yang sudah ditandatangani Pembantu Dekan I, Ketua Jurusan dan Dosen Wali (bag. Pendidikan Rektorat asli)7. Foto kopi Kartu Keluarga (1 lembar)8. Foto kopi KTP (1 lembar)9. Foto kopi Akte Kelahiran (1 lembar)10. Form pernyataan berjilbab (bagi mahasiswi berjilbab)11. Berkas disusun sesuai dengan urutan dimasukan kedalam map berwarna dengan ketentuan warna :FSP : Merah, FSR : Biru, FSMR : KuningDokumen Pendukung :
1. Form Pernyataan Berhijab2. Checklist Kelengkapan Berkas WisudaItulah beberapa persyaratannya yang sudah dikumpulkan oleh Dissa dan Ayu kepada dosen pembimbingnya, tinggal menunggu keputusan dari dosennya yang mengecek satu per satu berkas mereka. akhirnya dosen tersebut mengatakan semuanya sudah lengkap dan Dissa dan Ayu merasa lega karena hampir sedikit lagi mereka akan mengikuti acara wisudanya.
"Dissa! Ayu!" panggil dosen mereka.
"Iya pak," jawab mereka bersamaan.
"Saya lihat nilai kalian berdua di mata kuliah kewarganegaraan mendapatkan nilai c, apa kalian tidak berniat untuk mengajukan kepada dosen yang bersangkutan untuk mengikuti mata kuliah ulang?" tanya dosen.
"Tidak pak, nilai ini lebih dari cukup. Bukankah hanya satu mata kuliah mendapat c bisa dianggap lulus," jawab Dissa berhadapan langsung dengan dosennya.
"Iya memang benar begitu tapi sayang sekali jika tidak ingin mengubah nilai itu menjadi b dan disini juga saya mengadakan melakukan pengulangan mata kuliah yang kurang, seperti: mengikuti jam kuliah selama 3 bulan saat libur kampus atau membuat sebuah opini atau cerpen dan tembus langsung di media koran nasional," jelas Dosen pembimbingnya.
"Benarkah pak?" tanya Ayu dengan dengan semangat saat mendengar kata tawaran terakhir dari dosennya.
"Iya benar, kalau berminat silahkan langsung saja dikerjakan dari sekarang karena tinggal 3 bulan lagi kalian akan mengikuti acara wisuda jadi masih bisa mengikuti makul nilai yang kurang," saran Pak dosen kepada mereka yang berada di depan meja duduknya.
Dissa yang mengetahui bahwa Ayu tidak pernah tergabung ke dalam dunia literasi, dia merasa bertanya-tanya pada dirinya. Apa benar ini Ayu temannya? Dengan Percaya dirinya mengiyakan ajakan dari dosen.
"Baiklah Pak, terima kasih atas informasinya. saya permisi dulu," ucap Ayu dan Dissa bersamaan.
Mereka berjalan ke arah pintu keluar ruangan dosen dan tidak lupa menutup kembali pintunya. Dissa dan Ayu berjalan melewati beberapa ruangan kelas digunakan oleh mahasiswa dan betapa terkejutnya Dissa melihat salah satu spanduk yang berisi seseorang yang baru saja dilihatnya.
Sebuah spanduk berbentuk landscape yang digantungkan di depan ruangan jurusan administrasi. Dissa dan Ayu yang berjalan menatap ke arah depan, mata Mereka menoleh ke arah beberapa spanduk tersebut. "Dissa, lihat itu di spanduk bewarna kuning. Ternyata kakak kelas kita yang seangkatan kita, dia ikut lomba menulis opini dan menang sebagai juara favorit. Aduh keren banget sih kakak itu, udah ganteng dan pintar lagi," ucap Ayu seraya menunjukkan jari telunjuknya ke arah spanduk kuning yang tergantung rapi itu. Mata Dissa mengikuti arah jari Ayu yang menunjuk pada spanduk kuning dan betapa terkejutnya dia bahwa orang yang berada di dalam spanduk itu ternyata seorang pria yang dilihatnya tadi. "Iya," jawab Dissa menatap bola matanya malas ke arah Ayu. Dia sudah tahu sebentar lagi, pria itu akan menjadi bahan topik gosipnya nanti. "Ya elah...kamu kok biasa saja sih, selalu deh kamu ini gak bisa beda
Daniel yang sedang memeriksa beberapa pasien di bagian UGD, dikejutkan dengan adanya Panggilan darurat dari perusahaan industri. Siap maupun tidak siap, Daniel tetap mematuhinya dalam bekerja, itulah resiko bagi seorang dokter berkompeten di rumah sakit ternama tersebut.Daniel menyuruh beberapa dokter lain yang menangani pasiennya. Setelah itu, dia membuka masker dan melepaskan peralatan medis di tangannya. Dia mengambil beberapa peralatan medis yang dibutuhkan untuk datang ke mension pemilik dari perusahaan industri terkaya kedua di dunia.Kini mobil yang dikendarai oleh Daniel telah sampai di depan mension megah bergaya Eropa di hadapannya. Dia membuka pintu mobil dan tidak lupa menguncinya.Daniel berjalan ke arah pintu depan mension. Disana, dia telah disambut oleh beberapa maid dan bodyguard."Permisi, apa benar ini alamat rumahnya Pak Dedi Richard?" tanya Daniel kepala salah satu bodyguard yang berbaris rapi di hadapannya.Bodyguard itu maju
Dissa dan Ayu berjalan ke arah parkiran mobil. Namun, langkah terakhir mereka berjalan melewati salah satu ruangan kelas kampus terhenti, ketika mereka mendengar salah satu dari mereka dipanggil oleh seseorang."Ayu," panggil Jesika yang merupakan Kakak tingkat Dissa yang sudah wisuda 2 tahun yang lalu, dia berjalan menuju ke arah Ayu dan Dissa."Iya," jawab Ayu menoleh ke arah Jesika dan membetulkan posisi berdirinya di hadapan Jesika."Kamu dari mana? Kok gak gabung bareng kami? Ikut aku yuk bantuin teman-teman yang lain menyelesaikan skripsinya," ujar Jesika."Gak mau, males aku," balas Dissa cepat."Ayolah, Dissa dan Ayu, kalian ini sombong banget gak mau bantuin kami menyelesaikan skripsi. Gak susah kok, Kalian cukup cek saja setiap kalimat yang kami tulis itu berdasarkan EYD dan Penggunaan bahasa yang benar dalam penulisan Bahasa Indonesia," bujuk Jesika menatap melas di hadapan Dissa dan Ayu."Iya... iya aku ikut," balas Dissa dan Ayu
Setelah pertemuan Dissa dan Daniel untuk makan siang bersama di hotel purna jaya. Dissa yang awalnya acuh tak acuh dengan keberadaan Danial, sedikit demi sedikit terbuka dan mau berkomunikasi dengannya dan menerima pesan dikirim Daniel di setiap hari. Pertemuan ini menjadikan Daniel peluang utama untuk mendekati Dissa. Namun, Dissa menganggap sebagai rekan kerjanya saja karena intelektualnya dalam pekerjaannya dianggap kompenten, keluarganya menariknya sebagai dokter pribadi di mensionnya.Daniel menerima keputusan yang ditawarkan dan tinggal melangkah lagi ke level mendapatkan hati Dissa.***Dissa yang berada di dalam kamarnya, berusaha menyibukkan diri karena sampai saat ini dia belum menulis artikel opininya.Dengan membolak-balikkan lembaran halaman koran, dia belum menemukan ide masalah untuk menulis artikel opini."Bagaimana aku mau menulis opini? Sementara, ide permasalahan belum aku temukan. Sebaiknya aku buka saja salah satu opini orang d
Daniel berjalan menyelusuri lorong jalan ruangan rumah sakit menuju satu ruangan teratas gedung. Setelah, dia sampai di depan pintu ruangan. Dia mengangkat tangan kanannya untuk mengetuk pintu di hadapannya, setelah mendengar perintah masuk dari dalam ruangan. dia membuka pintu tersebut.Daniel menatap keliling seluruh isi ruangan, ternyata benar dugaannya, dia datang terlambat menuju ruangan ini dan mau tidak mau dia harus meminta maaf kepada pemilik perusahaan industri terkaya kedua di dunia."Permisi tuan Dedi, maaf saya datang terlambat tadi saya sedang menangani pasien," jawab Daniel berjalan ke arah tempat tidur dan menatap kedua bola mata berwarna coklat milik Dedi."Tidak apa-apa, silahkan kamu periksa anak saya karena dia tidak bisa mengeluarkan kapas di katenbat yang menyangkut di dalam telinga anak saya," ucap Dedi menatap sinis ke arah dokter magang itu berdiri di sebelah kiri Daniel."Baiklah, saya izin periksaaa...," Daniel menoleh ke arah p
Setelah beberapa hari menunggu, akhirnya penantian Dissa tentang kabar baik dari terbitnya opini di koran nasional. Membuat si penulis formula sangat bersyukur. Dengan keyakinannya yang kuat, perjuangan tak akan mengkhianati hasil sudah terbukti saat ini.Dengan segera, Dissa mengklik camera pada ponselnya untuk menfoto lembar koran yang berisi tulisan opininya yang terbit di koran nasional. dia melihat hasil fotonya dan mengirimkan hasil foto tulisan opininya kepada dosen pengampu mata kuliah."Alhamdulillah, sudah selesai tugas remedialku. Oh iya, aku update status dulu di akun medsosku supaya teman-temanku tahu," gumam Dissa membuka aplikasi medsosnya.Baru saja, Dissa mengetik caption yang menarik untuk foto opininya. Namun, terdapat notifikasi pemberitahuan pesan masuk di ponsel yang dipegangnya. Dia membuka pesan itu dari seorang kakak tingkat dan betapa terkejutnya saat melihat terdapat satu buah foto yang berisi tulisan opininya yang di fotonya tadi dari
Di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh tata letak buku yang disusun rapi dan disinilah Dissa berada di perpustakaan umum. Semenjak, dia berhasil menulis opininya hingga terbit. Hal itu menjadi candu baru baginya. Saat ini, dia sedang nengoprak-aprik isi buku yang dibacanya dan barulah dia mendapatkan ide yang cemerlang."Lebih baik aku catat dulu, beberapa ide permasalahannya. setelah itu, aku susun ide itu menjadi serangkaian kata menjadi setiap kalimat pada paragraf dan menulis referensi menurut pendapat para ahli," gumam Dissa seraya menulis di dalam buku kosong yang telah dia siapkan sejak pergi kesini.Dissa menyusun kembali beberapa buku yang dipinjamnya dan dia mengambil tas untuk bersiap-siap bertemu dengan Ayu di kampusnya.Saat dia berjalan keluar, dia bertemu seseorang yang menghujatnya dan sialnya dia berjalan berpapasan saat keluar dari pintu dan orang itu masuk ke arah pintu yang dia lewati."Kenapa harus bertemu dengannya?" tanya Dissa
"Dia pernah apa? ayo lanjutkan?" tanya Ayu penuh selidik dengan temannya ini sepertinya ada yang tidak beres seperti biasanya kalo ada seorang pria meminta nomor ponselnya pasti dia sekedar bertanya tetapi tidak dengan pria satu ini."Pernah mengobrol dengan Jesika," jawab Dissa asal menatap wajah Ayu di sebelahnya."Oh begitu, Jesika dari dulu sampai sekarang suka banget sama si Reza. Makanya, kalo ada Reza, dia selalu ngintilin Reza kemanapun pergi. Dengar-dengar dulu, Jesika pernah menyatakan cintanya kepada Reza tetapi ditolak. Kata si Reza bukan tipe ceweknya tapi kamu tahu sendiri gimana sifat Jesika itu pantang menyerah sebelum menjadi hak sah milik orang lain dia tetap berusaha mendekatinya walaupun menyakiti dirinya sendiri," jelas Ayu panjang lebar."Oh," ucap Dissa singkat."Dissa, cobalah kalo bicara itu yang benar. Janganlah kamu membalas dengan jawaban Oh, Oke, Ya udah. Itu seperti tidak menghargai perkataanku dan rasanya tuh sakitnya disini
Hari ini merupakan hari yang ditunggu Dissa selama ini, hari senin yang menjadi saksi bahwa Dissa pertama kali masuk kuliah sebagai Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Komunikasi. Kebetulan, jarak kampus dengan mension Richard memerlukan waktu 20 menit saja. Jadwal perkenalan mahasiswa baru dimulai pukul 07.30 wib pagi. Daniel yang tidak ingin Dissa terlambat, ia berinisiatif mengantarkan Dissa ke kampus ternama di London.Mobil yang dikendarai oleh Daniel telah memasuki area pekarangan kampus, Dissa menatap takjud dengan bangunan mewah nan megah hingga tidak terasa laju mobil berhenti di depan pintu utama kampus.“Sayang, aku antarkan disini. Maafkan aku belum bisa ikut masuk ke dalam,” ucap Daniel sendu.“Tidak apa-apa sayang, aku bahagia kamu mau mengantarkanku di kampus ini. Oh iya, semangat ya kerjanya, jaga mata dan hati karena hanya aku yang berhak memilikimu.” Dissa memandang Daniel dengan tatapan dalam.“Iya istriku tercinta, aku hanya milikmu seorang, kamu
Dissa memejamkan kedua bola matanya sejenak, ia butuh pikiran yang jernih untuk menimalisir semua kenyataan pahit dirinya pernah menjadi korban atas kejahatan Jesika.“Pa, sudahlah permasalahan yang pernah terjadi. Anggap saja semua yang pernah terjadi disebut takdir. Jangan pernah mudah menghakimi orang atas dasar masa lalunya karena semua orang pernah berbuat kesalahan,” ucap Dissa terdengar bijak dan Dedi tidak melanjutkan lagi perkataannya. Dedi serahkan semua yang akan terjadi cukup Dissa dan Daniel yang mengatasinya karena mereka sudah dewasa.“Okelah, kalau begitu Papa tidak ikut campur lagi kecuali Jesika berani melakukan kesalahan lagi maka Papa tidak segan-segan akan memecatkan secara tidak hormat.” sahut Dedi yang tak bisa dibantah.Setelah acara makan malamnya, Dissa dan Daniel memutuskan untuk ke kamar. Dandi memilih ikut Nenek Dila dan Kakek Dedi untuk tidur bersama. Dandi sangat dekat dan manja karena ia selalu diasuh
Setelah melewati masa test pendaftaran dan penerimaan selama 2 minggu. Akhirnya, Dissa diterima beasiswa prestasi akademik dengan nilai tertinggi di kampus ternama London. Sungguh, Dissa benar-benar bahagia atas kecerdasannya dan kegigihannya untuk melanjutkan kuliah Pascasarjana menjadi prioritasnya saat ini.Dissa yang telah sampai di Inggris, bersama Daniel dan anak kesayangannya, Mereka ingin menuju ke mension keluarganya di kota London. Awalnya Dissa menghawatirkan pekerjaan Daniel yang memiliki banyak pasien. Hal itu, membuat Dissa terniang-niang di sepanjang waktu."Bukankah kamu sedang sibuk dengan jadwal operasi pasien?" Dissa bertanya pada Daniel tapi Daniel tampak berpikir keras."Kamu yakin ingin ikut denganku dan mengorbankan pekerjaanmu?" tanya Dissa lagi dan Daniel mengangguk mantap."Iya, aku sangat yakin karena aku sebagai kepala keluarga harus bisa menjaga istri dan anakku. Meskipun, aku rela pindah bekerja ke luar negeri karena ak
Pagi telah menjelang dan ufuk timur telah terbit untuk menyinari dunia. Di dalam ruangan yang luas dan mewah terlihat seorang wanita cantik tengah asyik membaca sebuah koran di tangannya."Beasiswa S2 di London? Wow, terasa menarik bagiku untuk mendapatkan gelar Pascasarjana." batin Dissa.Saat ini, Dissa berada di ruang keluarga dan ia menikmati masa liburan akhir tahun bersama anak dan suaminya di rumah saja."Aku berhak untuk melanjutkan kuliahku karena aku masih muda dan aku pemilik perusahaan Richard. Anakku berhak mendapatkan ibu yang cerdas dan berpendidikan tinggi untuk menjamin masa depannya." Dissa membalikkan lembar koran cetak untuk melihat daftar persyaratan untuk mengikuti beasiswa luar negeri.Daniel yang sedang asyik bermain bernama Dandi di dalam dekapannya. Mereka melihat Dissa dari kejauhan. Dissa terlihat sedang serius membaca koran itu."Pa, aku mau tuyuuun." pinta Dandi dengan suara cade
Dua tahun kemudian Dissa berusaha mengejar Dandi yang berlari kesana-kemari di dalam mension mewah milik dirinya bersama Daniel. "Dandi, jangan berlari terus nanti kamu jatuh," ucap Dissa berusaha berjalan cepat mengejar anak pertamanya. "Ndakk mau, mama kejal dulu Dandi sampe dapat." sahut Dandi kecil dengan menjulurkan lidahnya di hadapan Dissa. Dissa menghela nafasnya sejenak dan ia pasti mengetahui apa yang akan dilakukan Dandi kecil selanjutnya. Dandi kecil terus berlari menuju ke arah anak tangga dengan langkah seribu kakinya tanpa melihat ke arah bawah membuat dirinya terjatuh. Dissa membantu mengangkat tubuh Dandi kecil agar mau berjalan menuju ke arah ruang kesehatan di mensionnya. Setelah diadakannya pesta pernikahan Diki dengan Novi. Mereka memutuskan pindah mension yang telah lama dibeli oleh Daniel. Dissa yang mengandung anak pertamanya dengan Daniel semaki
Hari demi hari yang dijalani Dissa hanyalah duduk diam dan termenung. Di hati kecilnya, ia selalu membayangkan betapa bahagianya ia memiliki baby yang lucu yang terlahir dari rahimnya dan ia akan dipanggil mama dan papa oleh anaknya. Tapi apalah daya, harapannya telah lenyap melayang di udara.Dissa mengusap perut ratanya, ia selalu melakukan itu saat calon anaknya masih ada."Sayang, ayo kita makan," ucap Daniel sambil mengarahkan sendok yang berisi bubur yang akan dimakan oleh Dissa.Dissa diam tak bergeming, ia asyik dengan khayalan di pikirannya. Sementara, Daniel yang berdiri di sebelahnya berusaha memberikan saran dan mengajak ia untuk membuat anak lagi."Dasar lelaki, mau enaknya saja. Kamu kira mudah apa untuk melupakan calon anakku yang telah tiada." kata Dissa dalam hati.Di ruang tamu rumah sakit, Dissa melihat ada perdebatan kecil yang dilakukan oleh mama Dila yang te
Sudah hampir 2 bulan, Dissa masih dalam kondisi yang sama. Daniel menghela nafasnya sejenak, ia menatap Dissa yang duduk termenung di atas ranjang rumah sakit. Saat ini, Daniel berniat menyuapi Dissa dengan makanan bubur dan obat-obatan. Berbagai cara Daniel lakukan untuk membujuk Dissa agar mau makan. Tetapi, Dissa tetaplah Dissa, ia tidak ingin membuka mulutnya sama sekali.Dila dan Dedi merasa sedih melihat anak perempuannya seperti itu. Dila menoleh ke arah Dedi, Dedi yang menatap ke arah Dila yang duduk di sebelahnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk tidak menganggu Daniel untuk membujuk Dissa.Sementara di area parkiran rumah sakit ternama, mobil Alphard hitam terparkir rapi. Diki yang turun terlebih dahulu dari dalam mobil, ia memanggil Novi agar berjalan menuju ke arahnya."Sayang, cepatlah!" ucap Diki berdiri di depan mobil."Iya, tunggu dulu aku sedang mengambil tasku." Novi turun da
Pernikahan Jesika dengan Nick dilakukan di kediaman mempelai wanita di kota Sungailiat. Berbagai dekor pelaminan mewah mulai dari pelaminan mini bernuansa putih di dalam rumah sebagai akad nikah dan di luar rumah terdapat pelaminan megah dengan konsep outdoor wedding dan tenda tersusun rapi yang bermotif pink putih begitu indah dilihat. Diki dan Novi hadir dalam mengikuti acara janji suci Jesika dan Nick. Budi datang bersama wanita yang baru ia kenali dengan baju cauple berwarna abu berdominasi pink. Hanya Daniel dan Dissa yang tidak hadir mengikuti acara itu. Dissa masih dalam kondisi yang sama dan Daniel tetap menjaga Dissa di rumah sakit.Landscape matahari terbenam dengan langit yang memberikan sunset indah, semakin menyempurnakan pernikahan Jesika dengan Nick.Akad nikah Jesika dan Nick berjalan dengan lancar, Pak Hardan yang merupakan ayah kandung Jesika menikahkan anak semata wayangnya di dengan masyarakat. Ibu Lely tampak menangis ba
Dua minggu kemudian, Daniel seperti biasa menyuapi Dissa dengan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Kondisi Dissa semakin harinya semakin memburuk, ia tampak seperti mayat hidup yang hanya diam dan menatap kosong ke arah depan. Daniel sedih melihat tingkah laku Dissa yang tak pernah berubah untuk menerima kenyataan pahit yang menyakitkan."Sayang, makanlah nanti kamu sakit," ucap Daniel menatap wajah Dissa.Dissa tak bergeming, ia terus diam membisu.Dila dan Dedi yang sedari tadi memakan makanan yang ia pesan, lantas mereka menatap satu sama lain."Daniel, apakah Dissa mau makan?" tanya Dedi menatap ke arah Daniel yang duduk di sebelah Dissa.Daniel mengalihkan pandangannya menuju ke arah Dedi. Daniel menghela nafas panjang dan ia memberikan senyuman paksa. "Tetap belum mau makan, Pa." ucap Daniel.Dedi menoleh ke arah Dila dan Dila menggeleng-gelengkan