Di taman wisata kota, terlihat seorang wanita cantik yang duduk termenung menatap nasibnya yang memiliki cinta tapi tak terbalaskan.
Wanita itu adalah Jesika yang berusaha melepas penat yang Pernah dilaluinya mulai ditinggalkan pergi oleh Heron sewaktu ia duduk di bangku sekolah menengah atas. Heron yang merupakan cinta pertamanya, justru memilih Dissa yang termasuk sahabatnya sejak kecil. Walaupun Jesika lebih tua 2 tahun dari Dissa, itu bukan dijadikan permasalahan untuk berteman.
Sebenarnya Jesika telah melupakan permasalahan itu dan sudah membuka lembaran baru untuk menyukai pria lain yang bernama Reza, tetapi Dissa datang mengacaukannya.
"Sakit... Sakitnya tuh disini," keluh Jesika memegang hatinya dengan tangan kanannya.
"hiks... Hiks... Kamu jahat Dissa," Jesika menangis di depan taman yang dipenuhi oleh kolam mini yang berisi ikan hias dan menatap seorang anak kecil yang sedang bermain berlarian bersama kakaknya. Jesika yang melihat pema
"Heron tunggu!" panggil Jesika, berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menyusul ke arah Heron."kau kenapa?" tanya Jesika yang berdiri di hadapan Heron."Kau itulah kenapa? Mengabaikan keberadaan aku, Jangan-jangan, sekarang kamu sudah ada lelaki yang lain selain aku!" bentak Heron.Jesika mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh wajah tampan Heron. "Jangan bilang seperti itu, kau janganlah meragukan hatiku. Di hatiku hanya milikmu seorang, tidak ada orang lain yang mampu menaklukkan hati ini selain dirimu," ucap Sarah menatap sayang ke arah kedua bola mata Heron."Benarkah?" tanya Heron, dengan mata berbinar.Jesika mengangguk dan membuka kedua tangannya untuk siap memeluk Heron. Heron membalas pelukan Jesika dan membelai puncuk kepalannya dengan sayang."Jesika kamu memang wanita baik dan polos tapi sayang aku tidak bisa mencintaimu, hatiku hanya mengi
"Benarkah?" tanya Jesika dengan mata berbinar dan mulai memeluk Budi. "Terima kasih... terima kasih Budi, sungguh kau itu teman yang baik. Kau selalu saja tahu apapun yang aku sukai, contohnya tawaranmu saat ini," ujar Jesika."Iyalah, aku tahu kau itu temanku yang merupakan seorang dokter cantik," sahut Budi di hadapan Jesika yang masih tersenyum menatapnya.Wanita itu tersenyum singkat. Jujur saja, sulit sekali meluluhkan hati pria yang satu ini. Sudah berbagai cara dia lakukan untuk membuat Daniel melihat ke arahnya, namun yang dia lakukan rasanya hanya sia-sia. Dari kejauhan, dia melihat Dissa yang berjalan menuju ke arah mereka. Terbesit pemikiran untuk membuat Dissa marah. Setidaknya, sebelum menyerah, dia harus terlihat menang setidaknya sekali.Jesika menarik lengan Daniel, membuat pria itu menoleh dan Cup! Sebuah ciuman mendarat tepat di bibir Daniel. Pria itu membulatkan kedua bola matanya, sedangkan Jesika melirik ke arah Dissa untuk melihat ekspresi
Di sebuah taman yang di penuhi oleh orang-orang yang sedang berlibur bersama keluarga ataupun pacarnya sedang menikmati masa bersamanya tetapi tidak dengan Jesika yang duduk termenung mengingat segala masa lalunya."Hey kamu," ucap seorang lelaki yang berdiri di belakangnya."Bolehkah aku duduk disebelahmu," ucap Budi dengan wajah datar.Jesika menghela nafasnya dan membiarkan Budi duduk di sebelahnya."Ada apa kamu kesini?" tanya Jesika tanpa basa basi."Tentu saja menemuimu," balas Budi yang telah duduk di sebelah Jesika dan menatap datar ke arahnya."Aku tahu itu dan cepatlah katakan maumu," ucap Jesika cetus."Aku mau kamu bersikap bijak dan berjanji tidak akan menggangu hubungan Dissa dan Daniel lagi," sahut Budi yang memastikan semuanya sudah baik-baik saja."Kau tidak perlu mengingatkan aku seperti itu, tanpa kau suruh pun, aku akan melakukannya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri tidak akan melakukan kesalahan itu l
Dissa tertawa sumbang. Ia tidak tahu apakah ia harus percaya dengan perkataan Daniel atau tidak. Sebab, sudah banyak bukti yang dikirimkan Jesika jika mereka punya hubungan yang lebih dari sekadar rekan kerja. Ia sudah kehilangan kepercayaannya beberapa saat lalu. Ia sudah sabar dan terus menjaga komitmennya."Kenapa aku harus percaya kamu?" Pertanyaan Dissa membuat Daniel tahu jika Dissa sudah benar-benar kecewa padanya. Ia tidak menyalahkan siapa pun di sini. Tapi jika ada yang harus disalahkan, dialah yang pantas—dirinya sendiri."Kamu tidak harus percaya aku, Dissa. Kamu hanya perlu tahu kebenarannya. Soal kamu akan percaya atau enggak, itu bukan kehendakku, karena kamu, perasaanmu, emosimu, itu milikmu sendiri," kata Daniel.Tak lama kemudian, pintu terbuka. Dissa bisa melihat calon suaminya itu masih duduk di depan pintu. Daniel berdiri—menatap Dissa yang wajahnya sembap, matanya merah. Sungguh pemandangan yang tidak Daniel suka. Pria itu menga
Pagi telah menjelang, di sebuah kamar yang penuh dengan hiasan oleh berbagai dekor bunga merekah nan indah dipandang, terlihat seorang wanita cantik sibuk merapikan beberapa peralatan Pakaian dan alat make up yang dibutuhkannya. "Apakah semuanya sudah selesai?" tanya Daniel yang keluar dari kamar mandi. "Iya," jawab Dissa singkat. Ia masih membereskan beberapa peralatan Daniel yang akan dimasukkan ke dalam satu koper besar berwarna gold miliknya. Daniel menatap gerak-gerik Dissa yang berada di sampingnya, yang ia tahu betul bahwa Dissa bersemangat dengan rencana pergi bulan madunya, hari ini. Tanpa terasa ia sibuk mengambil semua pakaiannya dan Daniel. "Sayang, kamu beneran mau mengisi semua pakaian kita? Jangan terlalu banyak bawa barangnya, cukup bawa pakaian yang bisa kite gunakan selama 1 minggu saja dan jika kurang kita bisa membelikan pakaian yang baru," ujar Daniel dengan ekspresi data
Setelah menempuh perjalanan menuju Paris, kini memakan waktu kurang kurang lebih 3 jam, akhirnya pesawat pribadi milik Dissa yang ditumpangi oleh Dissa, Daniel dan 2 pilot telah mendarat di bandara Paris Charles de Gaulle Airport ( GDG ). Daniel dengan santainya membantu Dissa untuk turun dari pesawat. sementara, mereka meninggal Zico yang masih tertidur di dalam pesawat. Zico revando, adalah sepupu lelaki dari adek mama Dilla. Sejak Dissa masih kecil, Zico lah yang menjaganya kemanapun dan kapanpun tetapi Zico yang lebih tua 3 tahun dari Dissa dan saat Dissa menginjak ke banggu SMP, Zico terpisah dengan Dissa. Zico yang lebih mementingkan tentang dunia pendidikan, ia memilh meneruskan SMA luar negeri dan saat Dissa dan Daniel pergi menuju bandara. Mereka bertemu dengan Zico yang sedang menunggu temannya yang akan pulang ke kota kelahirannya. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan adik kesayangannya dan saat ini, sikapnya yang posesif menjaga adiknya ikut pergi bersama bulan madu
Berbeda dengan suasana di dalam pesawat, disana, terlihat seorang lelaki tampan terbangun dari tidur nyenyaknya. Zico menatap ke seluruh ruangan pesawat yang terlihat kosong dan tidak ada siapapun. Zico dengan wajah binggungnya, ia mengaruk kepalanya yang tidak gatal. “Jangan bilang, aku ditinggalkan sendirian di pesawat,” gumam Zico dalam hati, ia berjalan keluar pintu pesawat dan dia menatapi keselilingnya yang ternyata ia sudah sampai di Paris. “Kurang ajar, mereka benar-benar meninggalkanku. Dasar tidak punya perasaan, aku yang super tampan begini ditinggal sendiri di dalam pesawat!” umpat Zico. “Bagaimana kalo aku diperkosa oleh tante girang tadi, aku kan rugi nanti tak perjaka lagi,” ujar Zico menghela nafas berat. Ia mengambil tas kpoer miliknya dan tidak lupa, ia memakaikan kacamata hitam kesayangannya dan pergi meninggalkan pesawat pribadi Dissa. “Dissa, dimana kamu? Apakah kamu baik-baik saja, hidup dengan seorang dokter kejam seperti Daniel
"Daniel..." ucap Dissa dengan raut wajah pucat tetapi terlihat cantik.Daniel menoleh ke belakang dan menatap wajah cantik Dissa."Kamu sudah siuman?" tanya Daniel, duduk dipinggir ranjang tidur.Dissa mengangguk dan berusaha menampilkan senyuman indahnya.Daniel menyentuh kening Dissa dengan tangan kekarnya dan ia mengecek keadaan Dissa."Baiklah, aku hanya kelelahan dan cukup banyak istirahat." imbuh Daniel. Ia membereskan beberapa peralatan medis yang tadi ia taruh di meja sebelah tempat tidur Dissa. Supaya memudahkannya untuk mengecek kondisi Dissa seperti yang dilakukannya sekarang dan untungnya rekan dokter khusus ahli dalam belum datang maka memudahkannya untuk membatalkan pertemuaannya."Wah... Wah... Wah... Ternyata begini kau memperlakukan istrimu hingga jatuh sakit," ucap Sean tersenyum penuh arti.Daniel menoleh ke arah sumber suara itu, ternyata teman kerjanya sudah berdiri di depan pintu."Sejak kapan kamu berada
Hari ini merupakan hari yang ditunggu Dissa selama ini, hari senin yang menjadi saksi bahwa Dissa pertama kali masuk kuliah sebagai Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Ilmu Komunikasi. Kebetulan, jarak kampus dengan mension Richard memerlukan waktu 20 menit saja. Jadwal perkenalan mahasiswa baru dimulai pukul 07.30 wib pagi. Daniel yang tidak ingin Dissa terlambat, ia berinisiatif mengantarkan Dissa ke kampus ternama di London.Mobil yang dikendarai oleh Daniel telah memasuki area pekarangan kampus, Dissa menatap takjud dengan bangunan mewah nan megah hingga tidak terasa laju mobil berhenti di depan pintu utama kampus.“Sayang, aku antarkan disini. Maafkan aku belum bisa ikut masuk ke dalam,” ucap Daniel sendu.“Tidak apa-apa sayang, aku bahagia kamu mau mengantarkanku di kampus ini. Oh iya, semangat ya kerjanya, jaga mata dan hati karena hanya aku yang berhak memilikimu.” Dissa memandang Daniel dengan tatapan dalam.“Iya istriku tercinta, aku hanya milikmu seorang, kamu
Dissa memejamkan kedua bola matanya sejenak, ia butuh pikiran yang jernih untuk menimalisir semua kenyataan pahit dirinya pernah menjadi korban atas kejahatan Jesika.“Pa, sudahlah permasalahan yang pernah terjadi. Anggap saja semua yang pernah terjadi disebut takdir. Jangan pernah mudah menghakimi orang atas dasar masa lalunya karena semua orang pernah berbuat kesalahan,” ucap Dissa terdengar bijak dan Dedi tidak melanjutkan lagi perkataannya. Dedi serahkan semua yang akan terjadi cukup Dissa dan Daniel yang mengatasinya karena mereka sudah dewasa.“Okelah, kalau begitu Papa tidak ikut campur lagi kecuali Jesika berani melakukan kesalahan lagi maka Papa tidak segan-segan akan memecatkan secara tidak hormat.” sahut Dedi yang tak bisa dibantah.Setelah acara makan malamnya, Dissa dan Daniel memutuskan untuk ke kamar. Dandi memilih ikut Nenek Dila dan Kakek Dedi untuk tidur bersama. Dandi sangat dekat dan manja karena ia selalu diasuh
Setelah melewati masa test pendaftaran dan penerimaan selama 2 minggu. Akhirnya, Dissa diterima beasiswa prestasi akademik dengan nilai tertinggi di kampus ternama London. Sungguh, Dissa benar-benar bahagia atas kecerdasannya dan kegigihannya untuk melanjutkan kuliah Pascasarjana menjadi prioritasnya saat ini.Dissa yang telah sampai di Inggris, bersama Daniel dan anak kesayangannya, Mereka ingin menuju ke mension keluarganya di kota London. Awalnya Dissa menghawatirkan pekerjaan Daniel yang memiliki banyak pasien. Hal itu, membuat Dissa terniang-niang di sepanjang waktu."Bukankah kamu sedang sibuk dengan jadwal operasi pasien?" Dissa bertanya pada Daniel tapi Daniel tampak berpikir keras."Kamu yakin ingin ikut denganku dan mengorbankan pekerjaanmu?" tanya Dissa lagi dan Daniel mengangguk mantap."Iya, aku sangat yakin karena aku sebagai kepala keluarga harus bisa menjaga istri dan anakku. Meskipun, aku rela pindah bekerja ke luar negeri karena ak
Pagi telah menjelang dan ufuk timur telah terbit untuk menyinari dunia. Di dalam ruangan yang luas dan mewah terlihat seorang wanita cantik tengah asyik membaca sebuah koran di tangannya."Beasiswa S2 di London? Wow, terasa menarik bagiku untuk mendapatkan gelar Pascasarjana." batin Dissa.Saat ini, Dissa berada di ruang keluarga dan ia menikmati masa liburan akhir tahun bersama anak dan suaminya di rumah saja."Aku berhak untuk melanjutkan kuliahku karena aku masih muda dan aku pemilik perusahaan Richard. Anakku berhak mendapatkan ibu yang cerdas dan berpendidikan tinggi untuk menjamin masa depannya." Dissa membalikkan lembar koran cetak untuk melihat daftar persyaratan untuk mengikuti beasiswa luar negeri.Daniel yang sedang asyik bermain bernama Dandi di dalam dekapannya. Mereka melihat Dissa dari kejauhan. Dissa terlihat sedang serius membaca koran itu."Pa, aku mau tuyuuun." pinta Dandi dengan suara cade
Dua tahun kemudian Dissa berusaha mengejar Dandi yang berlari kesana-kemari di dalam mension mewah milik dirinya bersama Daniel. "Dandi, jangan berlari terus nanti kamu jatuh," ucap Dissa berusaha berjalan cepat mengejar anak pertamanya. "Ndakk mau, mama kejal dulu Dandi sampe dapat." sahut Dandi kecil dengan menjulurkan lidahnya di hadapan Dissa. Dissa menghela nafasnya sejenak dan ia pasti mengetahui apa yang akan dilakukan Dandi kecil selanjutnya. Dandi kecil terus berlari menuju ke arah anak tangga dengan langkah seribu kakinya tanpa melihat ke arah bawah membuat dirinya terjatuh. Dissa membantu mengangkat tubuh Dandi kecil agar mau berjalan menuju ke arah ruang kesehatan di mensionnya. Setelah diadakannya pesta pernikahan Diki dengan Novi. Mereka memutuskan pindah mension yang telah lama dibeli oleh Daniel. Dissa yang mengandung anak pertamanya dengan Daniel semaki
Hari demi hari yang dijalani Dissa hanyalah duduk diam dan termenung. Di hati kecilnya, ia selalu membayangkan betapa bahagianya ia memiliki baby yang lucu yang terlahir dari rahimnya dan ia akan dipanggil mama dan papa oleh anaknya. Tapi apalah daya, harapannya telah lenyap melayang di udara.Dissa mengusap perut ratanya, ia selalu melakukan itu saat calon anaknya masih ada."Sayang, ayo kita makan," ucap Daniel sambil mengarahkan sendok yang berisi bubur yang akan dimakan oleh Dissa.Dissa diam tak bergeming, ia asyik dengan khayalan di pikirannya. Sementara, Daniel yang berdiri di sebelahnya berusaha memberikan saran dan mengajak ia untuk membuat anak lagi."Dasar lelaki, mau enaknya saja. Kamu kira mudah apa untuk melupakan calon anakku yang telah tiada." kata Dissa dalam hati.Di ruang tamu rumah sakit, Dissa melihat ada perdebatan kecil yang dilakukan oleh mama Dila yang te
Sudah hampir 2 bulan, Dissa masih dalam kondisi yang sama. Daniel menghela nafasnya sejenak, ia menatap Dissa yang duduk termenung di atas ranjang rumah sakit. Saat ini, Daniel berniat menyuapi Dissa dengan makanan bubur dan obat-obatan. Berbagai cara Daniel lakukan untuk membujuk Dissa agar mau makan. Tetapi, Dissa tetaplah Dissa, ia tidak ingin membuka mulutnya sama sekali.Dila dan Dedi merasa sedih melihat anak perempuannya seperti itu. Dila menoleh ke arah Dedi, Dedi yang menatap ke arah Dila yang duduk di sebelahnya. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk tidak menganggu Daniel untuk membujuk Dissa.Sementara di area parkiran rumah sakit ternama, mobil Alphard hitam terparkir rapi. Diki yang turun terlebih dahulu dari dalam mobil, ia memanggil Novi agar berjalan menuju ke arahnya."Sayang, cepatlah!" ucap Diki berdiri di depan mobil."Iya, tunggu dulu aku sedang mengambil tasku." Novi turun da
Pernikahan Jesika dengan Nick dilakukan di kediaman mempelai wanita di kota Sungailiat. Berbagai dekor pelaminan mewah mulai dari pelaminan mini bernuansa putih di dalam rumah sebagai akad nikah dan di luar rumah terdapat pelaminan megah dengan konsep outdoor wedding dan tenda tersusun rapi yang bermotif pink putih begitu indah dilihat. Diki dan Novi hadir dalam mengikuti acara janji suci Jesika dan Nick. Budi datang bersama wanita yang baru ia kenali dengan baju cauple berwarna abu berdominasi pink. Hanya Daniel dan Dissa yang tidak hadir mengikuti acara itu. Dissa masih dalam kondisi yang sama dan Daniel tetap menjaga Dissa di rumah sakit.Landscape matahari terbenam dengan langit yang memberikan sunset indah, semakin menyempurnakan pernikahan Jesika dengan Nick.Akad nikah Jesika dan Nick berjalan dengan lancar, Pak Hardan yang merupakan ayah kandung Jesika menikahkan anak semata wayangnya di dengan masyarakat. Ibu Lely tampak menangis ba
Dua minggu kemudian, Daniel seperti biasa menyuapi Dissa dengan makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Kondisi Dissa semakin harinya semakin memburuk, ia tampak seperti mayat hidup yang hanya diam dan menatap kosong ke arah depan. Daniel sedih melihat tingkah laku Dissa yang tak pernah berubah untuk menerima kenyataan pahit yang menyakitkan."Sayang, makanlah nanti kamu sakit," ucap Daniel menatap wajah Dissa.Dissa tak bergeming, ia terus diam membisu.Dila dan Dedi yang sedari tadi memakan makanan yang ia pesan, lantas mereka menatap satu sama lain."Daniel, apakah Dissa mau makan?" tanya Dedi menatap ke arah Daniel yang duduk di sebelah Dissa.Daniel mengalihkan pandangannya menuju ke arah Dedi. Daniel menghela nafas panjang dan ia memberikan senyuman paksa. "Tetap belum mau makan, Pa." ucap Daniel.Dedi menoleh ke arah Dila dan Dila menggeleng-gelengkan