Sekitar dua tahun yang lalu, seorang anak muda berjalan ke arah kota Linjiang, dan ia terus berlari menuju ke arah kota itu. Air mata anak muda itu jatuh saat ia sampai di pinggiran kota itu, dan ia berjalan hingga ia sampai di kediaman keluarga Jiang. Tepat di pintu gerbang ke kediaman keluarga Jiang, anak muda itu berdiri dan mematung karena dia melihat seorang perempuan tua duduk di kursi dengan tatapan mata yang jauh menatap ke arah langit. "Ibu!" teriak anak muda itu. Perempuan tua yang duduk di kursi itu kaget, dan matanya terbelalak saat menyadari siap yang memanggil dirinya dengan panggilan ibu. "Sui Jiang!" ucap perempuan itu.Air mata perempuan itu jatuh, dan dengan langkah yang tertatih pelan, dia menyambut kedatangan putra tertua dari keluarga Jiang itu. "Putraku, akhirnya kau tahu dimana jalan pulang!" kata Wen Jiang, ibu dari keluarga Jiang itu. Pemuda itu memang Sui Jiang. Dia dibebaskan Lin Jiang, dan menyuruhnya untuk pulang ke kota Linjiang.Setelah menempuh p
"Kalian siapa?" tanya penjaga gerbang masuk ke kediaman keluarga Jiang.Mereka jelas sudah tak ingat wajah Lin Jiang, karena beberapa tahun yang lalu, Lin Jiang meninggalkan kota itu pun tanpa permisi pada satu orang pun di kediaman itu."Aku Lin Jiang, dan dia nona Lily Kai!" jawab Lin Jiang.Ada beberapa orang penjaga di gerbang masuk itu, dan mereka saling pandang saat mendengar nama Lin Jiang."Lin Jiang, apakah kau berasal dari keluarga Jiang?""Iya, aku putra kedua dari keluarga ini!" jawab Lin Jiang."Lin Jiang!" ucap mereka lagi dan langsung ingat tentang tuan muda yang sesungguhnya adalah pemilik semua kekayaan yang dimiliki keluarga Jiang saat ini. "Tuan muda!" ucap mereka dan buru-buru berlutut pada Lin Jiang."Berdiri, jangan berlutut padaku!" kata Lin Jiang.Setelah itu, Lin Jiang meninggalkan para penjaga, dan bersama dengan Lily Kai, mereka berdua berjalan ke arah rumah besar keluarga Jiang. Lin Jiang menarik napas yang dalam, dan mendorong pintu rumah megah yang seka
Seorang gadis yang sangat cantik, dengan pakaian putih yang terbuat dari sutra berjalan dengan wajah yang sangat berbinar. Gadis itu datang dengan langkah yang anggun, dan masuk ke kediaman keluarga Jiang. "Kak Lin Jiang!" teriak gadis itu dengan suara yang cukup lembut. Lin Jiang yang dengar suara itu, balik badan, dan ia termangu karena seorang gadis yang sangat cantik berdiri di belakangnya. Lin Jiang diam, dan dia meraba-raba siapakah gadis yang saat ini berdiri di hadapan matanya. "Apakah kakak tidak mengenalku?" tanya gadis itu. Lin Jiang tersenyum setelah ia ingat siapa gadis itu, dia gadis yang telah dia jadikan tunagan, dia adalah nona Hua Mu. "Adik Hua Mu, kau datang?" kata Lin Jiang."Iya, aku mendengar kabar kedatangan kakak, jadi aku datang untuk menemui kakak!" kata nona Hua Mu. Tanpa malu, gadis cantik itu pegang tangan Lin Jiang, dan ia tersenyum menatap mata Lin Jiang. "Kau kurus, kak Lin Jiang!" kata Nona Hua Mu. "Aku banyak menempuh perjalanan dan pertarun
Dua hari berada di kota Linjiang, kota kelahiran dimana ia dilahirkan, cukup bagi Lin Jiang untuk melepaskan rasa rindu pada keluarganya.Dan kini, sudah saatnya bagi Lin Jiang untuk melanjutkan tugasnya sebagai orang yang dipercayai untuk mengumpulkan semua pecahan pedang penguasa kegelapan."Ibu, aku harus meneruskan perjalanan!" kata Lin Jiang."Secepat itukah?" tanya Wen Jiang."Iya, ibu! Saatnya untukku meneruskan apa yang belum aku selesaikan," jawab Lin Jiang.Wen Jiang tidak mungkin bisa menahan keinginan putranya itu, karena ia juga tahu kalau putranya itu memiliki jalan hidupnya sendiri."Ibu tidak akan hadang keinginanmu, namun kau harus permisi pada nona Hua Mu!" kata Wen Jiang."Iya, ibu!" kata Lin Jiang.Lin Jiang pertama-tama menemui Lily Kai dan menjelaskan kalau dia akan meninggalkan kota itu. "Aku ikut!" kata Lily Kai."Tidak bisa adik Lily. Ini urusan yang sangat penting!" kata Lin Jiang."Kapan kau akan kembali?" "Secepatnya, aku tidak akan lama di kota itu. Mung
"Keluarlah biksu Wu Tong!" teriak satu sosok dengan suara yang sangat keras.Suara kerasnya membuat gunung tinggi Tong bergetar, dan itu sungguh satu suara yang keras penuh tenaga dalam. "Harimau Misha, ada apa denganmu? Apa kau tidak bisa memberikan aku ketenangan dalam hidup ini?" kata satu suara. Dari satu ruang hampa muncul satu tubuh dengan auar dewa yang samar-samar, dan itu dirasakan oleh siluman harimau itu. "Biksu Wu Tong, mereka akan bangkitkan kaisar kegelapan," kata siluman berbulu harimau itu. Dia memang adalah siluman harimau, siluman Penguasa lembah siluman yang tinggalkan wilayahnya demi datang ke gunung tinggi Tong, dimana biksu Wu Tong berada. "Siapa yang kau maksud harimau Misha?" tanya biksu Wu Tong."Tetua Lu Bai dan tetua Tu Jui, mereka berdua adalah pemuja bangsa iblis, dan mereka akan bangkitkan kaisar kegelapan," jawab siluman harimau Misha. "Dari mana kau tahu?" tanya biksu Wu Tong."Mereka datang ke lembah siluman, wilayah yang aku kuasai, dan mengalah
Seorang anak muda dengan pakaian hijau tiba di sebuah kota yang cukup besar. Kota Wudong yang ada di sisi selatan Kekaisaran Han. "Apakah mereka sudah tiba, atau aku harus menunggu kedatangan mereka lagi?" kata pemuda itu. Pemuda itu menunjukkan rasa lelah yang cukup terlihat nyata di wajahnya, dan itu karena ia telah menempuh perjalanan yang cukup jauh. "Sambil mencari mereka aku akan menyewa sebuah kamar penginapan," ucap anak muda itu dan masuk sekalian berjalan ke tengah kota besar itu. Anak muda itu sungguh menikmati kenyamanan di kota itu, dia tak melihat ada pengemis di kota itu, yang artinya pemerintah kota itu cukup menjamin kehidupan penduduk di kota yang besar itu. Pemuda itu memasuki sebuah penginapan, yang mana di bawah penginapan itu adalah rumah makan yang cukup besar. "Aku akan menyewa kamar di sini!" kata anak muda itu dan mendekati penerima tamu di meja resepsionis. "Aku ingin menyewa sebuah kamar!" kata anak muda itu. "Baik, akan kami siapkan untuk tuan muda
Dua hari lamanya Lin Jiang berada di kota Wudong, dan akhirnya Lin Jiang bertemu dengan tetua Xhu Ga. "Aku sudah dua hari di kota ini, apa tetua yang lain belum datang?" tanya Lin Jiang."Mereka sudah dalam perjalanan, aku sudah merasakan kedatangan mereka," jawab tetua Xhu Ga. "Aku harap mereka membawa kabar yang baik!" "Iya, aku juga harapkan hal itu!" kata tetua Xhu Ga.Mereka berdua terus bicara tentang dunia persilatan, termasuk tentang masalah di gunung persik. "Kau telah membuat dunia persilatan gempar, Lin Jiang!" kata tetua Xhu Ga."Kenapa?" tanya Lin Jiang."Kau mengalahkan ketua sekte matahari, dan itu membuat namamu mencuat di dunia persilatan. Kau saat ini telah jadi bahan pembicaraan," kata tetua Xhu Ga."Aku tak memikirkan hal itu, saat ini aku hanya ini ingin fokus untuk menemukan dimana anggota mawar hitam berada dan kapan purnama merah akan datang;" kata Lin Jiang."Kita harus tunggu tiga tetua yang lain untuk tahu akan hal itu!" kata tetua Xhu Ga.Saat mereka bi
Di sebuah kamar penginapan yang sengaja disewakan, lima orang duduk dalam posisi segi lima, dan mereka saling pandang satu sama lain. "Tetua Ju Bu, bagaimana penyelidikan yang kau lakukan ke gunung hutan beruang?" tanya tetua Xhu Ga."Disana tidak ada apa-apa, hanya siluman yang ada di sana, dan saat aku bertanya pada mereka, dua tetua itu tidak pernah injak gunung itu!" jawab tetua Ju Bu. "Bagaimana dengan di lembah seribu naga, tetua Ha Ba?" tanya tetua Xhun, pemimpin dari lima matahari."Sama juga dengan di gunung hutan beruang, kedua tetua itu tak pernah datang ke lembah itu!" jawab tetua Ha Ba."Hmmmm! Kemana mereka pergi?" ucap tetua Xhun dan melepaskan napas yang sangat berat. Mereka berlima memang memiliki tugas untuk menemukan dimana keberadaan posisi dari tetua Tu Jui dan tetua Lu Bai yang membawa energi alam lima pemilik energi alam itu.Dari dua anggota mawar hitam, mereka dapatkan informasi, namun nyatanya informasi itu tak benar, dan sungguh hanya membuang-buang tenag
Kedua Patriak yang melihat kuda Lin Jiang, memilih untuk mendekati ruangan terbuka dimana anak muda itu berada. "Lin Jiang!" kata Patriak Suhei tak percaya kalau yang berada di dalam ruangan terbuka itu memang adalah Lin Jiang."Patriak!" kata Lin Jiang dan tunjukkan rasa hormatnya pada lelaki itu. "Kenapa kau di sini?" "Aku sedang menunggu kedatanganmu, Patriak!""Kenapa kau tidak langsung masuk ke dalam Sekte?""Hahahaha! Aku bukan orang penting, jadi aku tidak bisa masuk!" jawab Lin Jiang.Wajah Patriak Suhei merah karena kata-kata Lin Jiang, dan itu jelas kata-kata yang cukup menyindir bagi ketua besar Sekte Matahari Emas itu. "Apakah mereka yang melarangmu untuk masuk, Lin Jiang?" tanya Patriak Suhei sambil menunjuk ke arah murid sekte yang berjaga di gerbang masuk. "Mereka hanya melakukan tugasnya, dan bukankah memang seperti itu cara kerja dunia persilatan?" kata Lin Jiang.Patriak Suhei hanya bisa menghal napas, dan pada akhirnya mengajak Lin Jiang untuk masuk ke dalam Se
Patriak Suhei hanya bisa menghela napas yang panjang saat Patriak Wang katakan tujuan dan juga sampaikan alasan dia ke Sekte Matahari Emas itu. "Bagaimana Patriak Suhei? Apakah kau bersedia membantu Sekte Pedang Tunggal?" tanya Patriak Wang."Bagaimana bisa aku menolak keinginan dan permintaanmu itu, Patriak Wang? Yang terjadi di Sekte Pedang Tunggal juga karena diriku! Jika aku tidak egois, mungkin Sekte Pedang Tunggal tidak akan sehancur seperti ini!" kata Patriak Suhei."Jika Patriak Suhei sungguh bersedia membantu, maka aku sungguh sangat berterima kasih!" kata Patriak Wang."Tunggulah beberapa hari di sini! Aku akan memutuskan hal ini, aku akan adakan rapat dengan semua petinggi Sekte ini, dan memastikan kalau akan ada yang akan ke Sekte Pedang Tunggal, termasuk diriku!" kata Patriak Suhei."Baik, aku akan tunggu sampai ada keputusan dari kalian!" kata Patriak Wang."Kalau begitu, ikuti aku! Akan bawa kau menuju kamarmu, dan selama kau berada di sini, murid sekte ini akan melaya
Tiga hari dalam perjalanan, Qiau Yun dan Wan Suhei pun tiba di Sekte Matahari Emas, dan Patriak Wang langsung sambut kepulangan cucunya itu. "Lin Jiang sungguh penuhi janji yang dia katakan padaku!" kata Patriak Suhei."Tidak hanya itu kakek, Lin Jiang juga mengalahkan Ketua Bar Ha!" kata Wan Suhei."Benarkah itu? Sungguh pemuda yang luar biasa!" kata Patriak Suhei."Hhmmm! Seharusnya kita menjalin hubungan yang baik dengan dia, bukannya membuat masalah dengan dia!" kata Tetua Li."Masih ada waktu untuk memperbaiki semua ini, Tetua Li! Aku yakin, kita masih akan bertemu dengan pemuda itu!" kata Patriak Suhei.Saat mereka bicara, salah satu murid datang, dan melaporkan kedatangan seseorang ke Sekte itu, seseorang yang membuat wajah Patriak Suhei tak percaya. "Dia sungguh datang kemari?" kata Patriak Suhei."Iya, Patriak! Dan saat ini dia sudah menunggu di ruangan tunggu!""Aku akan segera temui dia!" kata Patriak Suhei.Patriak dari Sekte Matahari Emas itu buru-buru berjalan, untuk s
Satu hari berlalu, sejak penyerang Mata Iblis ke Sekte Pedang Tunggal, dan itu memang membuat Sekte itu kehilangan banyak anggotanya. Hal itu pastinya juga memberi pengaruh pada Sekte Pedang Tunggal, dan kedudukan mereka di dunia persilatan, pastinya akan jatuh. Mereka yang memiliki posisi tertinggi, dipastikan akan jatuh dan tak lagi memegang posisi di wilayah selatan kekaisaran Tang itu.Hal itu disadari dengan jelas oleh Patriak Wang, namun semuanya telah terjadi, dan dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. "Mungkin satu-satunya cara agar Sekte ini bisa tetap bertahan hanya dengan menjalin hubungan baik dengan Sekte Matahari Emas, hanya itu satu-satunya cara!" kata Patriak Wang.Meskipun Patriak Wang sangat marah pada Patriak Suhei, namun ia tak memiliki cara lain, karena jika dia masih tetap bersikap seperti ini, maka Sekte yang dia pimpin itu akan berada di ambang kehancuran."Tidak ada cara lain!" ucap Patriak Wang dengan nada suara yang pelan. ***Sementara itu, Patriak Suhei ya
Pada akhirnya, pertarungan di Sekte Pedang Tunggal benar-benar berakhir, yang mana lebih dari tiga ratus anggota Mata Iblis itu tewas.Tidak hanya anggota mereka, namun ada beberapa Tetua Mata Iblis yang tewas, dan juga ketua dari Mata Iblis cabang selatan itu juga tewas karena dibunuh Lin Jiang.Namun, bukan berarti tidak ada korban dari pihak Sekte Pedang Tunggal, bahkan jumlah korban yang paling banyak berasal dari sekte itu. Hal itu karena, keterlambatan Lin Jiang datang, dan juga karena anggota mata iblis tidak memilih lawan untuk dibunuh. Hampir tiga perempat murid dan anggota Sekte Pedang Tunggal yang tewas, dan yang tersisa dari sekte itu tak kurang dari seratusan murid saja. Kedatangan Qiau Yun dan Wan Suhei tidak banyak membantu, karena memang kemampuan keduanya tidak terlalu kuat, meskipun demikian, kehadiran keduanya bersama Lin Jiang, itu membuat Patriak Wang hargai mereka. "Kalian berasal dari Sekte Matahari Emas, bukan?" kata Patriak Wang."Iya, kami memang berasal
"Harimau Emas!" teriak Lin Jiang.Whusssssssss!!Cahaya kuning emas keluar dari cincin ruang di tangan Lin Jiang, dan cahaya itu merupakan cahaya yang berasal dari pedah harimau emas. Hiatttttt!!Dengan satu ayunan yang cepat, Lin Jiang menebas pedang itu, dan satu serangan balik itu membunuh lima tetua Mata Iblis cabang selatan, dan tewas dengan tubuh yang terpotong jadi dua. Huppppp!!Dan setelah itu, Lin Jiang melompat, dan melesat memburu Ketua Bar Ha yang sudah meninggalkan Sekte Pedang Tunggal, untuk kabur karena sadar akan kemampuan Lin Jiang."Kau tidak akan bisa kemana-mana, ketua Bar Ha!" kata Lin Jiang setelah Lin Jiang memotong jalan Ketua Bar Ha."Tidak mungkin!" kata Ketua Bar Ha.Ketua Mata Iblis cabang selatan itu sudah kerahkan ilmu meringankan tubuh terbaik yang ia miliki, hanya untuk kabur dari Sekte Pedang Tunggal, namun nyatanya Lin Jiang mampu mengejar dirinya. "Bukankah sudah aku katakan, saat aku tunjukkan kemampuan yang aku miliki, maka kau akan mati!" kata
"Tidak! Ini tidak mungkin! Tidak ada pendekar semuda dia yang mencapai tingkatan itu!" kata Ketua Bar Ha tak percaya akan kemampuan Lin Jiang.Ketua Bar Ha bahkan sampai menjambak rambutnya yang karena tak percaya akan kemampuan Lin Jiang."Seperti kataku tadi, saat aku tunjukkan kemampuan yang aku miliki, saat itu pula kau akan mati!" kata Lin Jiang. "Tidak! Ini tidak benar!" kata Ketua Bar.Ketua Mata Iblis cabang selatan itu awalnya menduga kalau semuanya akan mudah. Apa lagi saat Patriak Suhei sudah tidak ada di kota Wutang, maka sudah tidak akan ada yang bisa melawan dirinya, namun nyatanya ada satu pemuda yang memiliki kekuatan seperti monster dan ia tak mungkin memiliki kesempatan untuk menang melawan monster itu. "Tetua Ma! Bantu aku!" teriak Ketua Bar Ha.Tetua Ma yang bertarung dengan beberapa guru Sekte Pedang Tunggal kaget karena teriakan dari ketua Bar Ha.Haaaaaaaaaaa!!Tetua Ma melepaskan tenaga dalamnya, dan setelah itu melesat ke arah Ketua Bar Ha."Siapa yang memb
Ketua Bar Ha memandang sinis pada Lin Jiang, bahkan tatapan ketua cabang selatan Mata Iblis itu jelas merendahkan kemampuan Lin Jiang."Bocah, jangan sia-siakan kekuatan yang kau miliki dengan melawanku, sebaiknya kau bunuh diri saja! Karena jika aku yang membunuhmu, maka kau pasti akan mati dengan cara yang paling menyakitkan!" kata Ketua Bar Ha."Hahaha! Semenyakitkan apa mati di tanganmu?" kata Lin Jiang masih dengan sangat tenang. "Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu!"Hiatttttt!!Ketua Bar Ha maju dengan cepat, dan arahkan satu pukulan kuat, bak sebuah pukulan godam ke kepala Lin Jiang."Aku tahan!" teriak Lin Jiang.Bammmmmmm!!Pukulan keduanya beradu kuat, dan Ketua Bar Ha sungguh kaget karena Lin Jiang mampu bertahan dari serangan dia lepaskan. "Menarik! Sangat menarik! Aku tak menyangka di usia muda kau sudah mencapai pendekar surgawi!" kata Ketua Bar Ha."Benarkah kau tertarik?" kata Lin Jiang.Ketua Bar Ha masih tersenyum karena ia masih yakin kalau Lin Jiang tidak mu
"Ayo cepatlah, keadaan di kota Wirang sepertinya sangat buruk!" kata Lin Jiang pada Wan Suhei yang berjalan di dekatnya. "Aap maksudmu, tuan Lin Jiang?" tanya Wan Suhei."Tidak usah banyak tanya! Percepat langkah kakimu!" kata Lin Jiang.Wan Suhei tidak memiliki pilihan, dan ikuti langkah cepat Lin Jiang untuk secepatnya tiba di kota Wutang.Hingga saat siang hari, barulah mereka tiba di kota Wutang, dan Lin Jiang merasakan firasat yang buruk karna hal itu. Asap terlihat membumbung tinggi dari tengah kota itu, dan itu yang membuat Lin Jiang merasa kalau sudah terjadi pertarungan, dan itu yang tak diinginkan oleh Lin Jiang."Cepatlah!" kata Lin Jiang pada Wan Suhei.Lin Jiang membawa pemuda itu ke rumah makan, dan segera temui Qiau Yun. "Tuan muda Suhei!" kata Qiau Yun sambut kedatangan kedua orang itu. "Tidak ada waktu lagi, kalian tetap di sini! Aku ada urusan!" kata Lin Jiang.Namun, tangan Qiau Yun menangkap pergelangan tangan Lin Jiang, dan itu menahan gerakan anak muda itu.