"Tabib Sun, maafkan Lin Jiang, dia masih cukup muda untuk paham akan dunia ini!" kata tetua Qun yang memilih untuk ikut campur dalam urusan Lin Jiang dengan tabib itu. "Cih, jika bukan karena dirimu, masalah ini tidak akan selesai," kata tabib Sun dan tinggalkan Lin Jiang.Lin Jiang masih ingin menahan tabib itu, namun tetua Qun menahan Lin Jiang dan geleng kepala."Ada beberapa hal yang tidak bisa kita campuri, Lin Jiang!" kata tetua Qun.Lin Jiang melepaskan napas yang sangat dalam, dan mendekat ke arah perempuan tua itu. "Bayar hutangmu, dan jangan berurusan lagi dengan dia!" kata Lin Jiang dan berikan lima koin emas untuk perempuan tua itu. "Tuan, ini terlalu banyak!""Anggap aku bersedekah padamu!" ucap Lin Jiang.Wanita tua itu menurunkan tubuhnya, dan akan berlutut pada Lin Jiang, tapi Lin Jiang buru-buru menahan bahu perempuan itu. "Jangan berlutut pada manusia, pergilah!" kata Lin Jiang."Terima kasih, tuan!" Lin Jiang menatap perempuan tua itu, dan setelah itu alihkan p
Panglima yang sudah mencabut pedangnya bertahan untuk sejenak, dan melihat ke arah Lin Jiang yang menahan dirinya untuk eksekusi tabib Sun."Apa alasanmu menahan diriku, anak muda?" tanya panglima itu. "Maafkan aku panglima, aku Lin Jiang, aku juga seseorang yang tahu ilmu pengobatan," kata Lin Jiang."Lin Jiang? Maaf, aku tak pernah dengar namamu," kata panglima itu. "Aku seorang tabib muda, dan aku mungkin belum memiliki nama di dunia persilatan, namun aku bersedia untuk ikut dan melihat keadaan pangeran putra mahkota!" kata Lin Jiang.Tetua Qun menatap Lin Jiang, heran dan bingung kenapa Lin Jiang melakukan itu. Menurut tetua Qun, Lin Jiang bukan orang yang suka akan sebuah ketenaran."Apa kau yakin mampu obati pangeran?" tanya panglima itu. "Aku tidak mungkin bisa menjawab itu sebelum aku melihat kondisi putra mahkota!" jawab Lin Jiang."Aku suka jawaban anak muda ini. Ikut dengan kami!" kata panglima itu. "Tapi panglima, apakah tabib Sun dan tetua Qun bisa bersama kita?" tany
Lin Jiang menunggu di kamar tamu yang dipersiapkan istana kekaisaran untuknya, dan sambil menunggu, Lin Jiang memikirkan bau yang ia cium, bau di tubuh tabib Istana yang sama dengan bau di tubuh Pangeran Sa Wei."Apa mungkin tabib istana terlibat dalam hal ini?" gumam Lin Jiang.Lin Jiang yang masih memikirkan hal itu, merasakan ada gerakan di atas atap istana, dan Lin Jiang yakin itu seseorang yang ingin mencelakai dirinya. "Siapa dia?" gumam Lin Jiang.Belum juga Lin Jiang menemukan apa tujuan orang itu, asap tipis turun dari langit-langit kamar, dan itu terhirup oleh hidung Lin Jiang.Lin Jiang buru-buru menahan napas, dan setelah itu menghilangkan seluruh aura kehidupan yang ia miliki. Orang itu pun pergi setelah ia merasakan Lin Jiang tak lagi memiliki aura kehidupan, ia yakin Lin Jiang telah tewas. Lin Jiang tersenyum saat orang itu telah pergi, dan setelah itu dengan satu dorongan tenaga dalam semua asap itu hilang dari kamar Lin Jiang."Asap beracun itu sangat ganas, jika o
Semua mata menatap ke arah Lin Jiang, dan menunggu jawaban dari pemuda itu. "Saat ini kecurigaan yang aku miliki adalah tabib istana!" kata Lin Jiang."Tidak mungkin. Tabib Kun, tak mungkin melakukan itu," kata kaisar Ruai Wei."Aku juga awalnya tak yakin, namun bau ditubuh tabib itu sama dengan bau yang tercium di tubuh pangeran Sa Wei," kata Lin Jiang."Bau?" kata kaisar Ruai Wei."Iya, bagi seorang tabib, bau merupakan sesuatu yang patut dicurigai," jawab Lin Jiang."Aku tidak yakin kalau tabib Kun akan melakukan itu," kata permaisuri Xiu Juan."Seperti halnya aku, aku juga tak yakin. Kami sangat dekat dengan paman Kun!" kata putri Qixuan Wei."Hahaha, dekat bukan berarti kalian tahu sifatnya!" kata Lin Jiang.Lin Jiang berdiri dan berjalan ke belakang tiga keluarga istana itu. Tukkkkkk!!Tiba-tiba saja Lin Jiang menotok mereka bertiga, dan itu membuat panglima Tu Da berdiri. "Apa yang kau lakukan, tabib Lin?" bentak panglima Tu Da.Haaaaaaaaaaa!!Lin Jiang alirkan hawa murni ke
Satu kereta kuda yang membawa keranda mayat keluar dari dalam istana kekaisaran Wei, dan hanya satu orang yang antarkan keranda mayat itu, dia tak lain adalah Di Sa, pengawal pribadi dari panglima Tu Da.Hingga jauh keluar dari wilayah kota Sewei, ibu kota kekaisaran Wei, barulah kereta kuda itu berhenti. Di Sa membuka keranda mayat itu, dan membangunkan orang yang ada di dalam keranda mayat itu. Lin Jiang, sosok mayat di dalam keranda mayat itu membuka matanya, dan tersenyum pada Di Sa."Apakah sudah aman?" tanya Lin Jiang."Sudah tabib Lin, saat ini kita sudah ada di luar kota," jawab Di Sa."Bagus, itu artinya rencana kita berhasil!" kata Lin Jiang dan melompat dari dalam keranda mayat itu. "Kau sungguh hebat tabib Lin, mampu memanipulasi kematian," kata Di Sa. "Semua itu karena sebuah ramuan, kawan. Tidak usah memuji seperti itu!" kata Lin Jiang."Tetap saja itu hebat, tabib Lin!""Sudahlah, aku yakin kau sudah tahu rencana kita bukan?""Iya, tabib Lin, aku akan ke kota Weilon
Tepat di tengah malam, Lin Jiang melompati atap-atap istana dan mengingat tentang denah yang diberikan oleh panglima Tu Da, padanya. "Aku yakin, itu rumah tabib Kun!" ucap Lin Jiang.Huppppp!!Lin Jiang melompat ke arah rumah itu, dan mendarat dengan sangat ringan dan tidak mungkin ada yang tahu akan keberadaan Lin Jiang.Tidak lupa pula Lin Jiang memanipulasi kemampuan yang ia miliki dan juga memanipulasi aura kehidupan yang ia miliki, hingga ia bak hantu yang tak memiliki aura manusia.Lin Jiang baringkan tubuhnya di atap rumah, itu semakin membuat Lin Jiang tak terlihat, tubuhnya tersamarkan oleh atap istana. Dan, telinga Lin Jiang mendengar apa yang dibicarakan oleh Tabib Kun dan orang yang ada di dalam ruangan itu. "Kalian aku dapatkan!" ucap Lin Jiang dalam hatinya. Lin Jiang terus mendengarkan pembicaraan mereka, hingga saat hari akan pagi, barulah tabib Kun dan kawan bicaranya berhenti bicara. Kawan bicara tabib Kun keliar dari dalam rumah, dan berjalan ke arah timur istan
Untuk kali ini Lin Jiang tidak menyampaikan hasil penyelidikan ke rumah Kai Kang, dan memilih untuk menyimpan itu untuk sementara waktu. "Saat tabib Sun sudah datang, barulah semuanya aku bongkar," kata Lin Jiang saat ia masuk ke dalam kamarnya untuk istirahat.***Pengawal pribadi panglima Tu Da yang menuju ke arah kota Weilon, pada hari ke tiga akhirnya tiba di kota itu. Dia terus awasi keadaan di toko pengobatan milik Tabib Sun, dan menunggu waktu paling tepat untuk menculik tabib itu. Sebagai seorang pengawal pribadi, Di Sa memiliki kemampuan yang tak rendah, dan tak bisa dipandang sebelah mata.Selain kemampuan, Di Sa juga memiliki otak yang cukup cemerlang, dan sudah memikirkan rencana untuk menculik tabib Sun.Saat malam aku akan datang, dan aku yakin ia tak akan menduga kalau aku ini orang yang akan bawa dia dari kota ini," ucap Di Sa yang terus awasi keadaan di rumah pengobatan tabib Sun.Hingga saat malam hari datang, Di Sa pun melumuri pakaiannya dengan sesuatu warna mer
Seperti dugaan Lin Jiang, Di Sa tiba si istana saat sore hari dan ia langsung melaporkan kedatangan pada panglima Tu Da."Dimana tabib Sun?" tanya panglima Tu Da."Seperti yang panglima perintahkan, saat ini ia ada di belakang istana!" jawab Di Sa."Baik, kau boleh istirahat, aku yang akan urus semua itu," kata panglima Tu Da.Di Sa angguk kepala, dan memasuki ruangan yang tempat istirahatnya selama ia berada di istana. Sementara itu, panglima Tu Da menunggu malam datang, dan saat makan tiba, ia menuju ke belakang istana. Di belakang istana, ada satu kereta kuda, yang mana di dalam kereta kuda itulah tabib Sun berada. "Ikut denganku!" kata panglima Tu Da dan membawa tubuh tabib Sun yang dalam kondisi tertotok. Dari belakang istana, panglima Tu Da melompati pagar, dan masuk ke kediaman pribadi keluarga istana kekaisaran."Panglima Tu Da, siapa dia?" tanya Panglima Cai Hong yang heran karena panglima Tu Da membawa seseorang yang tak berdaya. "Dia orang yang ditunggu, Yang Mulia!" j
Kedua Patriak yang melihat kuda Lin Jiang, memilih untuk mendekati ruangan terbuka dimana anak muda itu berada. "Lin Jiang!" kata Patriak Suhei tak percaya kalau yang berada di dalam ruangan terbuka itu memang adalah Lin Jiang."Patriak!" kata Lin Jiang dan tunjukkan rasa hormatnya pada lelaki itu. "Kenapa kau di sini?" "Aku sedang menunggu kedatanganmu, Patriak!""Kenapa kau tidak langsung masuk ke dalam Sekte?""Hahahaha! Aku bukan orang penting, jadi aku tidak bisa masuk!" jawab Lin Jiang.Wajah Patriak Suhei merah karena kata-kata Lin Jiang, dan itu jelas kata-kata yang cukup menyindir bagi ketua besar Sekte Matahari Emas itu. "Apakah mereka yang melarangmu untuk masuk, Lin Jiang?" tanya Patriak Suhei sambil menunjuk ke arah murid sekte yang berjaga di gerbang masuk. "Mereka hanya melakukan tugasnya, dan bukankah memang seperti itu cara kerja dunia persilatan?" kata Lin Jiang.Patriak Suhei hanya bisa menghal napas, dan pada akhirnya mengajak Lin Jiang untuk masuk ke dalam Se
Patriak Suhei hanya bisa menghela napas yang panjang saat Patriak Wang katakan tujuan dan juga sampaikan alasan dia ke Sekte Matahari Emas itu. "Bagaimana Patriak Suhei? Apakah kau bersedia membantu Sekte Pedang Tunggal?" tanya Patriak Wang."Bagaimana bisa aku menolak keinginan dan permintaanmu itu, Patriak Wang? Yang terjadi di Sekte Pedang Tunggal juga karena diriku! Jika aku tidak egois, mungkin Sekte Pedang Tunggal tidak akan sehancur seperti ini!" kata Patriak Suhei."Jika Patriak Suhei sungguh bersedia membantu, maka aku sungguh sangat berterima kasih!" kata Patriak Wang."Tunggulah beberapa hari di sini! Aku akan memutuskan hal ini, aku akan adakan rapat dengan semua petinggi Sekte ini, dan memastikan kalau akan ada yang akan ke Sekte Pedang Tunggal, termasuk diriku!" kata Patriak Suhei."Baik, aku akan tunggu sampai ada keputusan dari kalian!" kata Patriak Wang."Kalau begitu, ikuti aku! Akan bawa kau menuju kamarmu, dan selama kau berada di sini, murid sekte ini akan melaya
Tiga hari dalam perjalanan, Qiau Yun dan Wan Suhei pun tiba di Sekte Matahari Emas, dan Patriak Wang langsung sambut kepulangan cucunya itu. "Lin Jiang sungguh penuhi janji yang dia katakan padaku!" kata Patriak Suhei."Tidak hanya itu kakek, Lin Jiang juga mengalahkan Ketua Bar Ha!" kata Wan Suhei."Benarkah itu? Sungguh pemuda yang luar biasa!" kata Patriak Suhei."Hhmmm! Seharusnya kita menjalin hubungan yang baik dengan dia, bukannya membuat masalah dengan dia!" kata Tetua Li."Masih ada waktu untuk memperbaiki semua ini, Tetua Li! Aku yakin, kita masih akan bertemu dengan pemuda itu!" kata Patriak Suhei.Saat mereka bicara, salah satu murid datang, dan melaporkan kedatangan seseorang ke Sekte itu, seseorang yang membuat wajah Patriak Suhei tak percaya. "Dia sungguh datang kemari?" kata Patriak Suhei."Iya, Patriak! Dan saat ini dia sudah menunggu di ruangan tunggu!""Aku akan segera temui dia!" kata Patriak Suhei.Patriak dari Sekte Matahari Emas itu buru-buru berjalan, untuk s
Satu hari berlalu, sejak penyerang Mata Iblis ke Sekte Pedang Tunggal, dan itu memang membuat Sekte itu kehilangan banyak anggotanya. Hal itu pastinya juga memberi pengaruh pada Sekte Pedang Tunggal, dan kedudukan mereka di dunia persilatan, pastinya akan jatuh. Mereka yang memiliki posisi tertinggi, dipastikan akan jatuh dan tak lagi memegang posisi di wilayah selatan kekaisaran Tang itu.Hal itu disadari dengan jelas oleh Patriak Wang, namun semuanya telah terjadi, dan dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. "Mungkin satu-satunya cara agar Sekte ini bisa tetap bertahan hanya dengan menjalin hubungan baik dengan Sekte Matahari Emas, hanya itu satu-satunya cara!" kata Patriak Wang.Meskipun Patriak Wang sangat marah pada Patriak Suhei, namun ia tak memiliki cara lain, karena jika dia masih tetap bersikap seperti ini, maka Sekte yang dia pimpin itu akan berada di ambang kehancuran."Tidak ada cara lain!" ucap Patriak Wang dengan nada suara yang pelan. ***Sementara itu, Patriak Suhei ya
Pada akhirnya, pertarungan di Sekte Pedang Tunggal benar-benar berakhir, yang mana lebih dari tiga ratus anggota Mata Iblis itu tewas.Tidak hanya anggota mereka, namun ada beberapa Tetua Mata Iblis yang tewas, dan juga ketua dari Mata Iblis cabang selatan itu juga tewas karena dibunuh Lin Jiang.Namun, bukan berarti tidak ada korban dari pihak Sekte Pedang Tunggal, bahkan jumlah korban yang paling banyak berasal dari sekte itu. Hal itu karena, keterlambatan Lin Jiang datang, dan juga karena anggota mata iblis tidak memilih lawan untuk dibunuh. Hampir tiga perempat murid dan anggota Sekte Pedang Tunggal yang tewas, dan yang tersisa dari sekte itu tak kurang dari seratusan murid saja. Kedatangan Qiau Yun dan Wan Suhei tidak banyak membantu, karena memang kemampuan keduanya tidak terlalu kuat, meskipun demikian, kehadiran keduanya bersama Lin Jiang, itu membuat Patriak Wang hargai mereka. "Kalian berasal dari Sekte Matahari Emas, bukan?" kata Patriak Wang."Iya, kami memang berasal
"Harimau Emas!" teriak Lin Jiang.Whusssssssss!!Cahaya kuning emas keluar dari cincin ruang di tangan Lin Jiang, dan cahaya itu merupakan cahaya yang berasal dari pedah harimau emas. Hiatttttt!!Dengan satu ayunan yang cepat, Lin Jiang menebas pedang itu, dan satu serangan balik itu membunuh lima tetua Mata Iblis cabang selatan, dan tewas dengan tubuh yang terpotong jadi dua. Huppppp!!Dan setelah itu, Lin Jiang melompat, dan melesat memburu Ketua Bar Ha yang sudah meninggalkan Sekte Pedang Tunggal, untuk kabur karena sadar akan kemampuan Lin Jiang."Kau tidak akan bisa kemana-mana, ketua Bar Ha!" kata Lin Jiang setelah Lin Jiang memotong jalan Ketua Bar Ha."Tidak mungkin!" kata Ketua Bar Ha.Ketua Mata Iblis cabang selatan itu sudah kerahkan ilmu meringankan tubuh terbaik yang ia miliki, hanya untuk kabur dari Sekte Pedang Tunggal, namun nyatanya Lin Jiang mampu mengejar dirinya. "Bukankah sudah aku katakan, saat aku tunjukkan kemampuan yang aku miliki, maka kau akan mati!" kata
"Tidak! Ini tidak mungkin! Tidak ada pendekar semuda dia yang mencapai tingkatan itu!" kata Ketua Bar Ha tak percaya akan kemampuan Lin Jiang.Ketua Bar Ha bahkan sampai menjambak rambutnya yang karena tak percaya akan kemampuan Lin Jiang."Seperti kataku tadi, saat aku tunjukkan kemampuan yang aku miliki, saat itu pula kau akan mati!" kata Lin Jiang. "Tidak! Ini tidak benar!" kata Ketua Bar.Ketua Mata Iblis cabang selatan itu awalnya menduga kalau semuanya akan mudah. Apa lagi saat Patriak Suhei sudah tidak ada di kota Wutang, maka sudah tidak akan ada yang bisa melawan dirinya, namun nyatanya ada satu pemuda yang memiliki kekuatan seperti monster dan ia tak mungkin memiliki kesempatan untuk menang melawan monster itu. "Tetua Ma! Bantu aku!" teriak Ketua Bar Ha.Tetua Ma yang bertarung dengan beberapa guru Sekte Pedang Tunggal kaget karena teriakan dari ketua Bar Ha.Haaaaaaaaaaa!!Tetua Ma melepaskan tenaga dalamnya, dan setelah itu melesat ke arah Ketua Bar Ha."Siapa yang memb
Ketua Bar Ha memandang sinis pada Lin Jiang, bahkan tatapan ketua cabang selatan Mata Iblis itu jelas merendahkan kemampuan Lin Jiang."Bocah, jangan sia-siakan kekuatan yang kau miliki dengan melawanku, sebaiknya kau bunuh diri saja! Karena jika aku yang membunuhmu, maka kau pasti akan mati dengan cara yang paling menyakitkan!" kata Ketua Bar Ha."Hahaha! Semenyakitkan apa mati di tanganmu?" kata Lin Jiang masih dengan sangat tenang. "Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu!"Hiatttttt!!Ketua Bar Ha maju dengan cepat, dan arahkan satu pukulan kuat, bak sebuah pukulan godam ke kepala Lin Jiang."Aku tahan!" teriak Lin Jiang.Bammmmmmm!!Pukulan keduanya beradu kuat, dan Ketua Bar Ha sungguh kaget karena Lin Jiang mampu bertahan dari serangan dia lepaskan. "Menarik! Sangat menarik! Aku tak menyangka di usia muda kau sudah mencapai pendekar surgawi!" kata Ketua Bar Ha."Benarkah kau tertarik?" kata Lin Jiang.Ketua Bar Ha masih tersenyum karena ia masih yakin kalau Lin Jiang tidak mu
"Ayo cepatlah, keadaan di kota Wirang sepertinya sangat buruk!" kata Lin Jiang pada Wan Suhei yang berjalan di dekatnya. "Aap maksudmu, tuan Lin Jiang?" tanya Wan Suhei."Tidak usah banyak tanya! Percepat langkah kakimu!" kata Lin Jiang.Wan Suhei tidak memiliki pilihan, dan ikuti langkah cepat Lin Jiang untuk secepatnya tiba di kota Wutang.Hingga saat siang hari, barulah mereka tiba di kota Wutang, dan Lin Jiang merasakan firasat yang buruk karna hal itu. Asap terlihat membumbung tinggi dari tengah kota itu, dan itu yang membuat Lin Jiang merasa kalau sudah terjadi pertarungan, dan itu yang tak diinginkan oleh Lin Jiang."Cepatlah!" kata Lin Jiang pada Wan Suhei.Lin Jiang membawa pemuda itu ke rumah makan, dan segera temui Qiau Yun. "Tuan muda Suhei!" kata Qiau Yun sambut kedatangan kedua orang itu. "Tidak ada waktu lagi, kalian tetap di sini! Aku ada urusan!" kata Lin Jiang.Namun, tangan Qiau Yun menangkap pergelangan tangan Lin Jiang, dan itu menahan gerakan anak muda itu.