Wajah raja Santa terus menatap ke arah pingirian hutan, yang mana di pinggiran hutan itu sedang terjadi perang antara prajurit kerajaan melawan bangsa Davina. "Oh dewa, berikan kami kekuatan!" ucap raja Santa berdoa sambil menatap ke arah langit. Setelah cukup lama terjadi suara teriakan pertarungan, suara itu perlahan-lahan mulai hilang, dan akhirnya terdengar suara teriakan kemenangan dari pinggiran hutan. "Apakah sudah selesai?" ucap raja Santa dengan wajah yang penuh harap. Dan tidak berapa lama, raja Santa melihat panglima Juruja yang berjalan dengan seorang anak muda yang berwajah bangsawan. Perhatian raja Santa langsung tertuju pada wajah tampan anak muda itu, menurutnya wajahnya sangat menawan, dan ia untuk sejenak luka akan perang yang telah selesai."Kita memang, Yang Mulia!" kata panglima Juruja dengan wajah yang cerah. "Kita menang, benarkah itu?""Iya, Yang Mulia. Semua itu berkat tuan Lin Jiang!" kata panglima Juruja sambil menunjuk Lin Jiang."Salam, Yang Mulia!"
Ratusan pasukan kerajaan negeri sembilan bersama-sama berjalan ikuti Lin Jiang menuju ke pinggiran hutan dimana mereka semua sembunyi."Jebakan seperti apa yang akan kita buat, Lin Jiang?" tanya panglima Juruja. "Yang pertama adalah menggali parit, dimana kita akan buat parit memanjang, dan kita akan isi dengan kayu-kayu yang runcing!" kata Lin Jiang."Aku setuju!" kata panglima Juruja. Panglima itu langsung tahu maksud dari rencana itu. Dengan adanya parit itu maka bangsa Davina itu akan jatuh ke dalam parit dan tewas disambut kayu-kayu runcing di dalam parit."Kalau begitu, sebagian menggali parit, dan sebagian lagi mencari kayu untuk kita jadikan tombak di dalam parit!" kata Lin Jiang.Panglima Juruja memerintahkan itu pada semua prajurit, dan tidak ada satu orang pun yang menolak. Mereka semua ingin hidup, jadi rencana itu mereka setujui tanpa ada sedikitpun yang merasa terbebani oleh rencana itu. "Yang jadi masalah kita hanyalah waktu saja. Aku harap mereka menunda kedatangan
Satu tubuh besar berlari sangat kencang meninggalkan pinggiran hutan dimana terjadinya perang antara bangsa manusia melawan bangsa Davina.Sosok itu tak lain adalah satu bangsa Davina yang diberikan kesempatan hidup oleh Lin Jiang, dan saat ini ia memilih untuk berlari cepat menuju kota Suzon, ini kota kerajaan negeri sembilan.Tiga hari malam lamanya dia berlari kencang, tanpa henti dan suara langkah kakinya selalu saja terdengar karena besarnya kaki bangsa Davina itu. Pada hari ketiga, akhirnya dia tiba di kota Suzon. Wajahnya bersinar dan langsung berlari lebih cepat lagi menuju istana yang kini telah jadi istana kekuasaan bangsa Davina, bangsa pemakan manusia. "Mereka akan mendapatkan balasan dari kami," ucap bangsa Davina itu dan berjalan cepat untuk sampai di istana.***Di dalam sebuah istana yang besar di kota Suzon, sepasang tubuh duduk santai dan seolah tak ada yang mereka takuti. Keduanya tak lain adalah Voks, dan Dewi iblis, Penguasa dari bangsa pemakan manusia itu. "A
Voks berjalan keluar dari istana, yang mana disana seluruh pasukan yang ia miliki berkumpul.Mereka sudah tahu akan kematian satu prajurit Davina, namun belum tahu sepenuhnya apa yang telah terjadi. "Yang Mulia!" teriak semua prajurit Davina dan berlutut pada Voks. "Rubak, Purka!" panggil Voks pada dua orang bangsa Davina terbaik. "Kami, Yang Mulia!""Kalian berdua adalah bangsa davina yang kuat, dan aku percaya pada kalian!" kata Voks. "Apa yang bisa kami perbuat, Yang Mulia!""Kumpulkan pasukan kalian. Kita akan membalaskan kematian dari Turok!" kata Voks. "Turok, tewas, Yang Mulia?" tanya mereka berdua tak percaya. "Iya, dan dia bersama pasukannya dibunuh oleh bangsa manusia," jawab Voks."Tidak bisa dibiarkan. Dia salah satu bangsa Davina yang tebaik. Kita harus membalas ini," kata Rubak. "Itulah alasan aku memanggil kalian. Turok tidak bisa dibiarkan mati tanpa ada pembalasan dari kita!""Kami akan melaksanakan tugas itu, Yang Mulia!""Tidak hanya kalian, tapi aku juga akan
Voks bersama pasukan yang ia bawa berjalan terus hingga dalam tiga hari telah tiba di area yang tak jauh dari hutan dimana pasukan dan penduduk kota Luzon sembunyi.Voks berdiri di depan, dan menatap ke arah hutan itu, dan sedikit pun tidak ada kecurigaan padanya matanya akan sesuatu yang telah menanti mereka. Roaaarrrr!!Voks berteriak sangat keras, itu seperti sebuah tanda kalau ia dan pasukannya telah di pinggiran hutan itu. Lin Jiang dan pasukan pulau Luzon keluar dari hutan dan menatap berapa jumlah pasukan musuh yang akan mereka hadapi. Dari jauh Lin Jiang menatap Voks, dan yakin kalau itulah pemimpin yang akan jadi lawan terberat di kalangan bangsa Davina itu. Lin Jiang memberikan perintah agar semuanya siap pada posisi, dan Lin Jiang akan berdiri di depan semua musuh, dan berikan perintah yang tepat. "Panglima Juruja, ingat yang aku katakan itu, jangan lepaskan jebakan jika tidak ada aba-aba dariku!" kata Lin Jiang dengan suara yang keras."Baik, aku paham!" kata panglim
"Apa kalian mau bangsa manusia itu meremehkan kita? Kita adalah bangsa yang paling kuat yang pernah ada. Serang!" teriak Voks. Rubak dan Purka tidak memiliki pilihan lain lagi, dan terpaksa memberikan perintah pada pasukan yang dibawa. Serang!" teriak mereka berdua. Pasukan yang mereka bawa pun terpaksa ikuti perintah itu, dan berlari kencang ke arah hutan."Lepaskan batu!" teriak Lin Jiang.Dari dalam hutan, meluncur batu-batu raksasa yang telah disiapkan sebelumnya, dan itu merupakan serangan yang terakhir sebelum dimulainya serangan terbuka. Batu-batu besar itu menggelinding ke arah pasukan bangsa Davina, namun kali ini mereka tidak ragu lagi untuk maju dan menyerang ke arah hutan. Huppppp!!Lin Jiang melompat ke atas, dan menunggu datangnya pasukan bangsa Davina itu. "Hantaman toya setan!" teriak Lin Jiang.Bammmmmmm!!Lin Jiang hantam toya setan ke tanah, dan gelombang tenaga dalam menahan gerakan bangsa Davina itu. "Serang!" teriak Lin Jiang sambil berlari lebih dahulu ke
Mendengar teriakan Voks, pemimpin bangsa Davina, semua pasukan yang ia bawa memilih untuk mundur.Panglima Juruja juga mundur bersama pasukan kerajaan negeri sembilan. Mereka juga akan saksikan pertarungan antara Lin Jiang melawan Voks. "Panglima Juruja, kau siap-siap. Jangan sampai ada satupun dari bangsa Davina ini yang hidup!" kata Lin Jiang."Apa kau yakin akan mampu kalahkan pemimpin mereka?" tanya panglima Juruja. "Dia bukan lawan bagiku!" tegas Lin Jiang."Baik, jika itu yang kau katakan, saat pertarungan kalian selesai, kami akan habisi mereka!" kata panglima Juruja.Panglima Juruja sangat yakin setiap ucapan dari Lin Jiang, apalagi setelah Lin Jiang menujukkan betapa hebatnya dia dalam membuat jebakan, hingga banyak pasukan bangsa Davina yang tewas karena jebakan itu. "Kita mulai!" teriak Voks sambil arahkan gada besar di tangannya pada Lin Jiang."Majulah!" kata Lin Jiang dan lakukan hal yang sama, yaitu arahkan ujung toya setan ke arah Voks. Hiatttttt!!Voks melompat, d
Wajah semua pasukan bangsa Davina pucat melihat kekalahan dari pemimpin mereka, dan mereka perlahan-lahan mundur ke belakang."Panglima Juruja, ingat tugasmu!" teriak Lin Jiang yang masih tetap awasi Voks. Lin Jiang tahu, Voks bukan lawan yang mudah. Hanya saja kemampuan Lin Jiang terlalu kuat, hingga voks tak mampu hadapi dia. "Aku tahu!" kata panglima Juruja. Panglima Juruja segera memimpin pasukan kerajaan negeri sembilan untuk mengejar pasukan Voks yang mundur. "Tidak bisa dipercaya!" ucap Voks dan bangkit meskipun dengan luka parah di kepalanya.Matanya sudah berkunang-kunang karena hantaman toya setan di kepalanya, dan ia sangat ingin membalaskan kekalahan pada Lin Jiang."Kita akhiri!" teriak Voks. "Baik!" ucap Lin Jiang.Hiatttttt!!Voks maju dengan gada di tangan, dan gunakan seluruh tenaga dalam yang ia miliki untuk pertarungan terakhir itu. Lin Jiang tidak mau merendahkan keinginan dari Voks itu, dan juga mengerahkan tenaga dalam yang tak sedikit.Trangg!!Toya setan d
Kedua Patriak yang melihat kuda Lin Jiang, memilih untuk mendekati ruangan terbuka dimana anak muda itu berada. "Lin Jiang!" kata Patriak Suhei tak percaya kalau yang berada di dalam ruangan terbuka itu memang adalah Lin Jiang."Patriak!" kata Lin Jiang dan tunjukkan rasa hormatnya pada lelaki itu. "Kenapa kau di sini?" "Aku sedang menunggu kedatanganmu, Patriak!""Kenapa kau tidak langsung masuk ke dalam Sekte?""Hahahaha! Aku bukan orang penting, jadi aku tidak bisa masuk!" jawab Lin Jiang.Wajah Patriak Suhei merah karena kata-kata Lin Jiang, dan itu jelas kata-kata yang cukup menyindir bagi ketua besar Sekte Matahari Emas itu. "Apakah mereka yang melarangmu untuk masuk, Lin Jiang?" tanya Patriak Suhei sambil menunjuk ke arah murid sekte yang berjaga di gerbang masuk. "Mereka hanya melakukan tugasnya, dan bukankah memang seperti itu cara kerja dunia persilatan?" kata Lin Jiang.Patriak Suhei hanya bisa menghal napas, dan pada akhirnya mengajak Lin Jiang untuk masuk ke dalam Se
Patriak Suhei hanya bisa menghela napas yang panjang saat Patriak Wang katakan tujuan dan juga sampaikan alasan dia ke Sekte Matahari Emas itu. "Bagaimana Patriak Suhei? Apakah kau bersedia membantu Sekte Pedang Tunggal?" tanya Patriak Wang."Bagaimana bisa aku menolak keinginan dan permintaanmu itu, Patriak Wang? Yang terjadi di Sekte Pedang Tunggal juga karena diriku! Jika aku tidak egois, mungkin Sekte Pedang Tunggal tidak akan sehancur seperti ini!" kata Patriak Suhei."Jika Patriak Suhei sungguh bersedia membantu, maka aku sungguh sangat berterima kasih!" kata Patriak Wang."Tunggulah beberapa hari di sini! Aku akan memutuskan hal ini, aku akan adakan rapat dengan semua petinggi Sekte ini, dan memastikan kalau akan ada yang akan ke Sekte Pedang Tunggal, termasuk diriku!" kata Patriak Suhei."Baik, aku akan tunggu sampai ada keputusan dari kalian!" kata Patriak Wang."Kalau begitu, ikuti aku! Akan bawa kau menuju kamarmu, dan selama kau berada di sini, murid sekte ini akan melaya
Tiga hari dalam perjalanan, Qiau Yun dan Wan Suhei pun tiba di Sekte Matahari Emas, dan Patriak Wang langsung sambut kepulangan cucunya itu. "Lin Jiang sungguh penuhi janji yang dia katakan padaku!" kata Patriak Suhei."Tidak hanya itu kakek, Lin Jiang juga mengalahkan Ketua Bar Ha!" kata Wan Suhei."Benarkah itu? Sungguh pemuda yang luar biasa!" kata Patriak Suhei."Hhmmm! Seharusnya kita menjalin hubungan yang baik dengan dia, bukannya membuat masalah dengan dia!" kata Tetua Li."Masih ada waktu untuk memperbaiki semua ini, Tetua Li! Aku yakin, kita masih akan bertemu dengan pemuda itu!" kata Patriak Suhei.Saat mereka bicara, salah satu murid datang, dan melaporkan kedatangan seseorang ke Sekte itu, seseorang yang membuat wajah Patriak Suhei tak percaya. "Dia sungguh datang kemari?" kata Patriak Suhei."Iya, Patriak! Dan saat ini dia sudah menunggu di ruangan tunggu!""Aku akan segera temui dia!" kata Patriak Suhei.Patriak dari Sekte Matahari Emas itu buru-buru berjalan, untuk s
Satu hari berlalu, sejak penyerang Mata Iblis ke Sekte Pedang Tunggal, dan itu memang membuat Sekte itu kehilangan banyak anggotanya. Hal itu pastinya juga memberi pengaruh pada Sekte Pedang Tunggal, dan kedudukan mereka di dunia persilatan, pastinya akan jatuh. Mereka yang memiliki posisi tertinggi, dipastikan akan jatuh dan tak lagi memegang posisi di wilayah selatan kekaisaran Tang itu.Hal itu disadari dengan jelas oleh Patriak Wang, namun semuanya telah terjadi, dan dia tak bisa berbuat apa-apa lagi. "Mungkin satu-satunya cara agar Sekte ini bisa tetap bertahan hanya dengan menjalin hubungan baik dengan Sekte Matahari Emas, hanya itu satu-satunya cara!" kata Patriak Wang.Meskipun Patriak Wang sangat marah pada Patriak Suhei, namun ia tak memiliki cara lain, karena jika dia masih tetap bersikap seperti ini, maka Sekte yang dia pimpin itu akan berada di ambang kehancuran."Tidak ada cara lain!" ucap Patriak Wang dengan nada suara yang pelan. ***Sementara itu, Patriak Suhei ya
Pada akhirnya, pertarungan di Sekte Pedang Tunggal benar-benar berakhir, yang mana lebih dari tiga ratus anggota Mata Iblis itu tewas.Tidak hanya anggota mereka, namun ada beberapa Tetua Mata Iblis yang tewas, dan juga ketua dari Mata Iblis cabang selatan itu juga tewas karena dibunuh Lin Jiang.Namun, bukan berarti tidak ada korban dari pihak Sekte Pedang Tunggal, bahkan jumlah korban yang paling banyak berasal dari sekte itu. Hal itu karena, keterlambatan Lin Jiang datang, dan juga karena anggota mata iblis tidak memilih lawan untuk dibunuh. Hampir tiga perempat murid dan anggota Sekte Pedang Tunggal yang tewas, dan yang tersisa dari sekte itu tak kurang dari seratusan murid saja. Kedatangan Qiau Yun dan Wan Suhei tidak banyak membantu, karena memang kemampuan keduanya tidak terlalu kuat, meskipun demikian, kehadiran keduanya bersama Lin Jiang, itu membuat Patriak Wang hargai mereka. "Kalian berasal dari Sekte Matahari Emas, bukan?" kata Patriak Wang."Iya, kami memang berasal
"Harimau Emas!" teriak Lin Jiang.Whusssssssss!!Cahaya kuning emas keluar dari cincin ruang di tangan Lin Jiang, dan cahaya itu merupakan cahaya yang berasal dari pedah harimau emas. Hiatttttt!!Dengan satu ayunan yang cepat, Lin Jiang menebas pedang itu, dan satu serangan balik itu membunuh lima tetua Mata Iblis cabang selatan, dan tewas dengan tubuh yang terpotong jadi dua. Huppppp!!Dan setelah itu, Lin Jiang melompat, dan melesat memburu Ketua Bar Ha yang sudah meninggalkan Sekte Pedang Tunggal, untuk kabur karena sadar akan kemampuan Lin Jiang."Kau tidak akan bisa kemana-mana, ketua Bar Ha!" kata Lin Jiang setelah Lin Jiang memotong jalan Ketua Bar Ha."Tidak mungkin!" kata Ketua Bar Ha.Ketua Mata Iblis cabang selatan itu sudah kerahkan ilmu meringankan tubuh terbaik yang ia miliki, hanya untuk kabur dari Sekte Pedang Tunggal, namun nyatanya Lin Jiang mampu mengejar dirinya. "Bukankah sudah aku katakan, saat aku tunjukkan kemampuan yang aku miliki, maka kau akan mati!" kata
"Tidak! Ini tidak mungkin! Tidak ada pendekar semuda dia yang mencapai tingkatan itu!" kata Ketua Bar Ha tak percaya akan kemampuan Lin Jiang.Ketua Bar Ha bahkan sampai menjambak rambutnya yang karena tak percaya akan kemampuan Lin Jiang."Seperti kataku tadi, saat aku tunjukkan kemampuan yang aku miliki, saat itu pula kau akan mati!" kata Lin Jiang. "Tidak! Ini tidak benar!" kata Ketua Bar.Ketua Mata Iblis cabang selatan itu awalnya menduga kalau semuanya akan mudah. Apa lagi saat Patriak Suhei sudah tidak ada di kota Wutang, maka sudah tidak akan ada yang bisa melawan dirinya, namun nyatanya ada satu pemuda yang memiliki kekuatan seperti monster dan ia tak mungkin memiliki kesempatan untuk menang melawan monster itu. "Tetua Ma! Bantu aku!" teriak Ketua Bar Ha.Tetua Ma yang bertarung dengan beberapa guru Sekte Pedang Tunggal kaget karena teriakan dari ketua Bar Ha.Haaaaaaaaaaa!!Tetua Ma melepaskan tenaga dalamnya, dan setelah itu melesat ke arah Ketua Bar Ha."Siapa yang memb
Ketua Bar Ha memandang sinis pada Lin Jiang, bahkan tatapan ketua cabang selatan Mata Iblis itu jelas merendahkan kemampuan Lin Jiang."Bocah, jangan sia-siakan kekuatan yang kau miliki dengan melawanku, sebaiknya kau bunuh diri saja! Karena jika aku yang membunuhmu, maka kau pasti akan mati dengan cara yang paling menyakitkan!" kata Ketua Bar Ha."Hahaha! Semenyakitkan apa mati di tanganmu?" kata Lin Jiang masih dengan sangat tenang. "Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu!"Hiatttttt!!Ketua Bar Ha maju dengan cepat, dan arahkan satu pukulan kuat, bak sebuah pukulan godam ke kepala Lin Jiang."Aku tahan!" teriak Lin Jiang.Bammmmmmm!!Pukulan keduanya beradu kuat, dan Ketua Bar Ha sungguh kaget karena Lin Jiang mampu bertahan dari serangan dia lepaskan. "Menarik! Sangat menarik! Aku tak menyangka di usia muda kau sudah mencapai pendekar surgawi!" kata Ketua Bar Ha."Benarkah kau tertarik?" kata Lin Jiang.Ketua Bar Ha masih tersenyum karena ia masih yakin kalau Lin Jiang tidak mu
"Ayo cepatlah, keadaan di kota Wirang sepertinya sangat buruk!" kata Lin Jiang pada Wan Suhei yang berjalan di dekatnya. "Aap maksudmu, tuan Lin Jiang?" tanya Wan Suhei."Tidak usah banyak tanya! Percepat langkah kakimu!" kata Lin Jiang.Wan Suhei tidak memiliki pilihan, dan ikuti langkah cepat Lin Jiang untuk secepatnya tiba di kota Wutang.Hingga saat siang hari, barulah mereka tiba di kota Wutang, dan Lin Jiang merasakan firasat yang buruk karna hal itu. Asap terlihat membumbung tinggi dari tengah kota itu, dan itu yang membuat Lin Jiang merasa kalau sudah terjadi pertarungan, dan itu yang tak diinginkan oleh Lin Jiang."Cepatlah!" kata Lin Jiang pada Wan Suhei.Lin Jiang membawa pemuda itu ke rumah makan, dan segera temui Qiau Yun. "Tuan muda Suhei!" kata Qiau Yun sambut kedatangan kedua orang itu. "Tidak ada waktu lagi, kalian tetap di sini! Aku ada urusan!" kata Lin Jiang.Namun, tangan Qiau Yun menangkap pergelangan tangan Lin Jiang, dan itu menahan gerakan anak muda itu.