Selamat hari senin ^^ Kira-kira tindakan Kevin apa?
“Anna dan Fabian mengundur jadwal berangkat bulan madu,” tutur Dewa setelah mengakhiri percakapan di telepon bersama mantan rival. Rosalyn yang sedang duduk di tepi ranjang mendongak, menatap lurus sang suami. Kelopak matanya berkedip-kedip lembut. Ia menyahut, “Kenapa? Apa Anna sakit?” Dewa menggeleng dan menghela napas, lantas berucap lirih, “Mereka tidak mau senang-senang sementara kamu sedang menghadapi masalah.” Untuk sesaat Rosalyn bergeming mencerna kata demi kata yang terlontar dari bibir sensual. Kemudian rasa bersalah menggigit relung hati. Ia tidak menyangka Fabian dan Anna sampai membatalkan rencana penting mereka. Ketika ia terhanyut dengan pikirannya sendiri, ponsel miliknya berdenting. Gegas Rosalyn meraih benda tipis itu di atas nakas. Ia membaca pesan singkat dari Feli, Tuan Jack dan Fabian. Semua isinya sama. [Apa kamu baik-baik saja, Rosalyn?] Bibir Rosalyn tersenyum simpul. Tentu saja ia baik-baik saja, meskipun hatinya saat ini mencemaskan Vinsensia. Ia pu
“Jangan terlalu memercayai Kevin. Aku takut dia memanfaatkan situasi,” bisik Fabian pada Dewa. Kedua pria tampan dan mapan itu mengamati interaksi Kevin dan Mathilda. Tampaknya kakak kandung Rosalyn menanamkan kebencian sangat dalam pada sang ibu. Bahkan, Kevin tegas menghempas tangn Mathilda yang menyentuhnya. “Kasar sekali!” geram Fabian sembari melangkah menuju gerbang depan. Akan tetapi, Dewa mencekal pergelangan tangan mantan rival lalu menggeleng pelan. Sebenarnya ia tidak ingin membuat keributan di area ini. “Itu urusan mereka, sebaiknya kita tidak perlu ikut campur. Di sana juga ada Paman Felix.” Ucapan Dewa diangguki Fabian. Tidak lama kemudian keduanya melihat Kevin telah menjauh dan mengemudikan kendaraan roda dua. Sama halnya dengan Mathilda, langsung masuk mobil lalu meninggalkan kawasan ini. Sedangkan Rosalyn masih berjongkok di samping pusara Vinsensia. Netra hazel menatap dalam pada batu nisan yang baru saja terpasang. Ia menghela napas panjang, lalu Anna mengusap
Satu bulan berlalu, kehidupan Rosalyn dan Dewa berjalan mulus. Sama halnya dengan Fabian dan Anna. Setiap akhir pekan, kedua pasangan itu selalu double date. Entah itu sekadar makan atau menonton film komedi di bioskop. Seperti saat ini, mereka berada di salah satu pusat perbelanjaan.“Besok Janeta boleh pulang. Aku tidak sabar melihatnya. Kak Kevin bilang jam sepuluh pagi bertemu di pusat medis,” ujar Rosalyn bernada antusias.Selama sebulan ini juga ia rajin bertukar kabar dengan sang kakak. Rosalyn bahagia karena Kevin telah mendapat pekerjaan layak dan hidupnya tampak sangat baik. Ia percaya kakaknya mampu merawat bayi mungil itu.“Benarkah? Janeta pasti senang Papanya mau jemput. Apa aku boleh melihat anak itu di rumah sakit?” pinta Anna sambil menggenggam tangan Rosalyn.Rosalyn melirik Fabian lantas bertutur, “Itu tergantung suamimu. Ingat, sekarang kamu seorang istri.”Sebelum Anna bertanya, Fabian lebih dulu bersuara. “Aku izinkan asalkan kamu melihat Janeta bukan Kevin!”Men
“Sebenarnya aku salah apa?” gumam pemilik bibir tipis merah muda. Saat ini Rosalyn berdiri di balkon kamar.Dua hari ini Rosalyn merasa ada yang aneh dengan kehidupannya. Dewa selalu pulang larut malam, dan wajah pria itu sangatlah masam. Bahkan anak-anak menjauh, mereka lebih senang menghabiskan waktu bersama para kakek dan nenek.Netra berbentuk almond ini menatap ke bawah, di mana dua anak kembar sedang berlarian bersama Dewa. Ia mengembus napas pelan dan menangkup pipinya lalu mengeluh, “Mereka tidak mengajakku bermain.”“Arimbi, Brahma, Papa … Mama ikut main, ya?” teriak Rosalyn sekuat tenaga. Padahal ia sudah mengeluarkan suara keras, tetapi tak satu pun dari mereka menoleh padanya. Sungguh keterlaluan! Rosalyn menekuk bibir lantas masuk dalam kamar.Ia menyalakan laptop dan membuka email pekerjaan yang dikirim oleh Lily. Alangkah terkejutnya Rosalyn sebab terjadi masalah dan laporan yang diterimanya semua salah. Satu tangan wanita itu meremas kuat rambut panjang.Lagi, kejadia
“Akting kalian benar-benar meyakinkan,” kata Rosalyn sambil memandangi seluruh anggota keluarga berbagi cerita, tawa serta kasih sayang di depannya. Ia juga bersandar di bahu kokoh suami.“Ya berterima kasihlah pada anak-anak. Apalagi Brahma—"Mulut Dewa langsung terkatup rapat karena melihat lirikan tajam dari sang putra. Pria itu mengangguk paham bahwa anaknya ingin memberikan seseuatu yang istimewa.Rosalyn mensyukuri kehangatan ini, kedua mertuanya bercengkerama bersama Feli dan Tuan Jack. Kemudian, para ipar turut meramaikan dengan menari-nari, sedangkan pasangan pengantin baru bernyanyi di panggung kecil.Semua sangat sempurna, kehadiran Kevin dan Janeta menjadi pelengkap. Ini merupakan anugerah tak ternilai bagi Rosalyn.“Bagaimana caranya kamu membujuk Kak Kevin? Lalu bosnya bagaimana?” Pertanyaan Rosalyn membuat Dewa nyaris memuntahkan air minum dari rongga mulut.Bos Cwell Grup itu terbatuk-batuk sambil menepuk dada, lantas menyengir dan berkata, “Memangnya kamu lupa siapa s
Sepanjang perjalanan menuju Vila Caldwell, Rosalyn lebih banyak diam. Pandangannya lebih tertarik pada objek kendaraan di luar sana. Tadi, dia memutuskan pulang, enggan berdebat apa pun bersama Kevin dan Dewa. Apalagi Mathilda, percuma menanggapi ocehan ibu sambungnya yang tidak mau mengalah.“Sudah sampai di vila, Nyonya,” ucap seorang sopir. Ya, Rosalyn enggan mengemudi sendiri, ia merasa suasana hatinya sedang buruk.“Hu’um, terima kasih.” Wanita berambut panjang ini keluar dari mobil.Bertepatan dengan ia menutup pintu bagian belakang, mobil sport mewah milik Dewa memasuki halaman. Pria itu tergesa-gesa menghampiri Rosalyn. Dewa tidak mau ucapan Mathilda merusak rumah tangganya.“Aku bisa jelaskan semuanya, Sayang. Jangan marah lagi, ya.” Dewa meraih satu tangan Rosalyn lalu mengecupnya.Tidak ada penolakan atau tanggapan apa pun dari bibir tipis merah muda membuat Dewa cemas.“Ayo masuk dulu,” ajak pria itu.Rosalyn berjalan tepat di samping sang suami. Kemudian, keduanya masuk ru
“Aku kasihan melihat kondisi Kak Kevin saat ini. Dia berjuang merawat Janeta sendirian tanpa mau meminta tolong,” kata Rosalyn. Ia merebut paksa ponsel dari tangan suami.Dewa tertegun mendengar ucapan berirama sendu itu. Memang beberapa hari ini ia juga menerima informasi bahwa Kevin sulit membayar biaya asuransi kesehatan Janeta. Alhasil pria itu terpaksa menjual sisa barang berharga untuk melunasi pengobatan putri kecilnya.“Selama ini aku tidak membantu Kak Kevin. Apakah Ayah akan marah padaku dari alam kubur? Aku harus bagaimana, Dewa?” Rosalyn mengguncang lengar kekar pria itu.Helaan napas berat keluar dari celah bibir sensual. Dewa mendekap erat tubuh Rosalyn lantas membelai surai panjang nan lembut.“Sepulang dari sini kita membesuk Janeta. Kamu rindu dengannya bukan?”Sebagai tanggapan, Rosalyn mengangguk kecil.Dua hari ini Rosalyn benar-benar sibuk menangani proyek konstruksi serta peluncuran p
[Kapan kamu ambil alih Bma Corp? Ibu tidak sabar tinggal di mansion.][Sekarang dia lebih banyak di Kota Zurich, ini kesempatan emas mengambil perusahaannya. Siapa lagi orang yang bisa dipercaya selain kamu, kakaknya. Berjuanlah, Nak, demi keluarga kita!][Kalau sudah kaya raya, kamu bisa menikah lagi. Janeta butuh sosok ibu.]Kevin mendengus kasar membaca notifikasi pesan beruntun dari sang ibu. Ia meletakan ponselnya di dalam laci meja kerja. Kemudian beranjak menuju ruang manajer sambil membawa laporan hasil penjualan.Setelah Janeta dinyatakan sehat, Kevin memboyong putri tercinta ke Kota Milan. Ia menyewa pengasuh untuk merawat bayi kecil itu dan tinggal di rumah fasilitas kantor. Ya, sudah sepuluh hari kakak kandung Rosalyn bekerja di Bma sebagai staf pemasaran. Pria itu enggan mendapat posisi tinggi secara Cuma-Cuma, merasa tidak pantas.Bahkan Kevin mengajukan syarat pada Rosalyn, bersedia bergabung bersama Bma Corp asalkan biaya pengobatan Janeta yang telah lunas dipotong dar