Di dalam restoran.
“Nicola, aku pamit.” Fabian tersenyum lembut pada perempuan cantik yang kebingungan menatapnya.“Kak Fabian apa maksudnya? Kata Papaku, kita harus saling mengenal sebelum pertunangan.” Nicola berdiri dan mengamati paras tampan Fabian.“Saling mengenal bukan untuk menikah tapi menambah kawan.” Fabian memperlakukan Nicola seperti anak kecil. Ia mengusak puncak rambut pirang.Perempuan itu memang anak rekan bisnis Mauer Corp. Usianya juga masih belia, Fabian tidak mau memberi harapan palsu.Kaki panjang Fabian melangkah lebar meninggalkan restoran. Bahkan ia mematikan telepon genggam. Tentu saja alasannya karena tidak mau mendapat ribuan pertanyaan dari Feli.Untuk saat ini Fabian ingin menyendiri. Pria itu tidak kembali ke kantor melainkan menepikan kendaraannya di sekitar Danau Zurich. Sembari berteman embusan angin serta sekaleng kopi, Fabian duduk memandangi orang berlalu-lalang.“Rosalyn,” gumamnya“Cintaku hanya untuk Rosalyn, Bu. Maaf, aku tidak bisa membuka hati.” Fabian kembali mengecup pelipis Feli lalu beranjak menaiki anak tangga. Dari bawah, Feli mengamati putra angkatnya yang melangkah lesu. “Ibu siap melamar Anna. Dia gadis yang baik. Ibu merestui pilihanmu asalkan bukan istri orang,” teriak wanita paruh baya itu. Namun Fabian menulikan telinga dan terus melangkah tanpa henti. Pria itu membuka dasi serta kemeja lalu melangkah ke kamar mandi. Membiarkan tubuhnya basah oleh air dingin. Benak Fabian juga dipenuhi oleh senyum manis dan merdunya suara Rosalyn. “Susah sekali melupakanmu Rosalyn,” gumamnya. Selesai mandi ia berdiri di balkon sembari meneguk minuman berwarna putih beraroma pekat. Kala menatap langit jingga Fabian mendengar ponsel bergetar di atas meja. Gegas ia menerima panggilan masuk. “Ya Rosalyn ada apa?” “Apa kamu sibuk?” “Tidak.” Fabian tersenyum simpul mendengar suara indah yang selalu dirindukan. “Begini, ada masalah konstruksi yang ingin
“Anna, tolong bantu aku bawa kuenya ke taman ya.” Rosalyn tersenyum sembari melangkah menuju pintu samping vila.Sedangkan Anna terheran-heran karena baru saja datang, langsung diberi perintah membawa kue. Bahkan gadis itu tidak tahu di mana kue yang dimaksud Rosalyn. Pada akhirnya, Anna berjalan sendirian ke dapur.Sepi tidak ada orang, tetapi Anna melihat lemari pendingin terbuka. Gegas gadis itu mendekat dan … mendapati seorang pria berambut cepak sedang berjongkok seraya memilah buah jeruk.“Pak Fabian?” sapa Anna.Fabian mengangkat pandangan secara perlahan. Bola mata cokelatnya memindai penampilan Anna dari ujung kaki sampai ujung kepala. Bos Mauer Corp ini terpaku melihat betapa anggun perempuan di hadapannya.Tadi Feli sempat memerintah putranya membawa buah jeruk ke taman.“Anna? Kenapa ke sini?” Pertanyaan Fabian terlontar seolah-olah Anna tidak layak menginjakkan kaki di vila.“Rosalyn mengundangku. Kebetulan hari ini aku tidak ada jadwal penting.” Anna berusaha menghindari
“Sebenarnya ada apa?” tanya Rosalyn pada Dewa.Saat ini keduanya sedang berdiri di lantai dua, kompak memusatkan perhatian ke lantai satu. Rosalyn ingin tahu penyebab temannya memecahkan gelas kristal. Bahkan Anna masih diam saja meskipun Feli berusaha menggali keterangan.“Kok kamu diam?” Manik hazel Rosalyn berubah haluan ke samping.Sungguh Dewa dibuat mati kutu lantaran mendengar pertanyaan menjebak itu. Keharmonisan rumah tangga yang baru saja berjalan seumur jagung dipertaruhkan. Ia tersenyum kaku menanggapi Rosalyn.“Kamu mengetahuinya tapi menutupi dariku.” Bibir merah muda cemberut.Dewa menghela napas, batinnya menggerutu, ‘Akibat mulut Fabian, sekarang jadi rumit.’“Sayang … percayakan pada Fabian. Dia bisa menyelesaikan permasalahannya. Kamu tenang saja.” Dewa mengusap lembut punggung Rosalyn.“Apa yang kalian bicarakan sampai Anna syok? Kita ini sedang mendekatkan Anna dan Fabian, kenapa jadi begini?”
Rosalyn menghubungi nomor telepon Anna, tetapi tidak aktif. Pikiran bertambah gusar kala beberapa orang tetangga mengatakan bahwa penghuni rumah sejak semalam pergi membawa tas besar.“Rosalyn bagaimana ini? Aku merasa bersalah karena melibatkanmu dalam pendekatan ini. Hubunganmu bersama Anna jadi rusak. Maaf.” Feli merangkul bahu Rosalyn.Sedangkan istri Antakadewa Caldwell tersenyum tipis, dan jemarinya sibuk menari-nari di atas layar telepon genggam. Paska mengetahui Anna kabur, Rosalyn juga menanyakan keberadaan gadis itu pada HDR Mauer Corp.Rupanya apa yang dipikirkan Rosalyn terjadi.“Bu ….” Rosalyn menghela napa berat lantas meraih kedua tangan Feli dan menggenggam dengan erat. Menjadikan Feli memandang lekat ke arahnya. “Anna mengundurkan diri dari Mauer Corp.” Seketika Feli menggeram dan membawa Rosalyn ke kantor Mauer. Wanita paruh baya itu tidak habis pikir dengan tingkah Fabian menyakiti banyak perempuan karena menginginkan
“Besok jangan pergi sendirian. Aku temani,” kata Dewa sembari meremas lembut jemari tangan Rosalyn.“Baiklah.” Rosalyn mengangguk.Dewa tersenyum puas karena istrinya sangat patuh. Ia membenamkan kepala pada ceruk leher harum. Pria itu menyapukan lidah, membuat Rosalyn melentingkan punggung sekaligus menyampirkan dua tangan pada bahu kekar.Pergerakan Dewa semakin tak terkendali, dari leher turun menyusuri setiap jengkal kulit mulus. Sebelum menyesap nektar yang menjadi candunya, pria itu tersenyum nakal.Mendadak telepon genggam Rosalyn berpendar dan berdering nyaring. Terpaksa Dewa menghentikan kegiatan, termasuk Rosalyn menggeser pinggul menjauhi kepala pria itu.“Siapa yang mengganggu?!” geram pria itu sambil mengacak-acak rambut. “Abaikan saja!” titahnya.Rosalyn patuh, ia kembali fokus pada Dewa. Sial, panggilan masuk terus mengganggu sampai Dewa dibuat frustrasi.“Kenapa telepon jam segini?!” gerutu pria itu. Dewa tidak mengizinkan Rosalyn menerima panggilan suara, ia langsung
“Bisa lepaskan aku sebentar?” Rosalyn menyeka peluh yang mengucur dari kening. Ia juga mendorong dada bidang berambut halus dengan pelan.“Memangnya kamu mau ke mana? Jangan pergi Rosalyn.” Dewa mempertontonkan wajah memelas.Senyum manis mengembang, paras cantik Rosalyn kian memesona ditambah rona merah pada pipi membuat Dewa tak henti memandangnya. Wanita itu berkata lemah lembut, “Baiklah. Fabian juga mau pergi sendirian. Hari ini aku di rumah saja, kebetulan ada meeting daring.” Sementara di lain tempat, seorang pria tampan berambut cepak sedang mondar-mandir dalam ruang kerja. Sedari tadi tidak fokus bekerja, bahkan salah membubuhkan tanda tangan.Ia menghembus napas kasar lantas melepas dua kancing kemeja dan mengempas bokong pada kursi kerja. Sepuluh jemarinya disatukan menjadi penopang dagu yang bersih tanpa rambut halus.“Kurang ajar Dewa!” geramnya.Ketukan pintu dari luar mengambil perhatian, Fabian menoleh dan mengizinkan orang itu masuk. Asistennya memberitahu telah memb
“Apa-apaan ini?!” Rosalyn membeliak menatap dua orang pria di depannya.Perempuan cantik pemilik perusahaan furniture itu menolehkan kepala mengamati situasi. Rosalyn khawatir anak-anak bangun dan melihat kondisi memalukan ini.“Fabian mabuk, Sayang. Aku tidak mungkin bawa dia pulang ke Mansion Arnold.” Dewa meringis sambil memegangi pinggang rival, lebih tepatnya mantan pesaing.Tadi setelah menghabiskan beberapa cangkir kopi dan sesi curhat antar pria, Dewa pikir teman kecil Rosalyn itu akan pulang. Rupanya Fabian berjalan kaki, sempat duduk di trotoar lalu menyambangi kelab.Khawatir terjadi sesuatu pada Fabian, Dewa mengurungkan niat pulang lebih awal. Ia mengikuti pria putus asa itu lalu mengawasi dari jarak jauh. Setelah Fabian jatuh pingsan, barulah ia membawa ke Vila Caldwell.“Apa yang harus kulakukan?” racau Fabian.“Kalau melihat keadaan Fabian sehancur ini, bisa-bisa penyakit Bibi Feli kumat lagi.” Dewa menghempas tubuh Fabian ke atas sofa.“Cepat bawa dia ke kamar tamu! Ja
“Apa Pak Dewa tidak ada di vila?” Anna memindai penjuru Vila Caldwell.Gadis itu trauma menginjakkan kaki di hunian megah, tapi hari ini Anna mengulang lagi. Padahal sepuluh hari lalu ia bertekad tidak ingin ikut andil dalam kehidupan orang-orang kaya.“Ya suamiku sedang perjalanan bisnis ke Interlaken. Besok malam atau lusa baru pulang. Kamu tenang saja.” Rosalyn mengelus pelan bahu Anna yang menggunakan baju kerah sabrina.Susah payah Rosalyn membujuk Anna supaya ikut ke Kota Zurich. Ia terpaksa mengatakan dusta pada temannya tentang keberadaan Dewa. Tadi sesampainya di vila, Anna membersihkan diri dan makan malam berdua bersama Rosalyn.Tanpa sepengetahuan Anna, sedari tadi Rosalyn diam-diam bertukar pesan dengan suami. Ia bertanya di mana posisi Dewa dan Fabian. Senyum manis terbit ketika pria itu mengirim gambar Fabian sedang menggunakan jas.“Tapi kenapa anak-anak tidak ada?” Anna celingukan, sebab tidak biasanya berkunjung dalam keadaan sepi seperti kuburan.Bahkan pelayan di vi