Melihat Rosalyn mendesah dan bergerak gelisah, Dewa menyimpulkan bahwa istrinya mengkonsumsi obat perangsang. Selama menikah, ia belum pernah mendapati sang istri dalam kondisi sekacau ini.“Kamu mencari masalah denganku!” teriak Dewa. Ia menatap nyalang pada Tuan Miller.Pria itu meluapkan amarah yang menggelegak dalam dada. Dewa memukul secara brutal Tuan Miller. Membuat hidung serta mulut sosok itu mengeluarkan cairan merah.“Istrimu? Sejak kapan Talicia menikah? Lagi pula itu balasan bagi perempuan angkuh yang menolak pria.” Tuan Miller tertawa mengejek.“Berengsek!” Satu tinju Dewa mendarat tepat pada rahang Tuan Miller hingga tidak sadarkan diri.Sadar bahwa istrinya membutuhkan pertolongan, Dewa langsung menggendong Rosalyn dan membawanya masuk dalam helikopter. Pria itu memerintah Pandu mengemudi sebab pikirannya tengah kalut, malah menambah bahaya nantinya.Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Dewa selalu memeluk erat tubuh gelisah Rosalyn.“Sayang … bertahanlah, kamu kuat
“Apa kamu mengetahui sesuatu? Sebenarnya ada apa?” Rosalyn menatap lekat wajah pias Anna.Seusai melakukan panggilan video bersama Arimbi, ia merasa terdapat kejanggalan. Semua orang seolah menutupi hal penting darinya.Melihat ketediaman Anna membuat Rosalyn yakin telah terjadi sesuatu. Ia mengulang pertanyaannya lagi, “Anna, aku harus tahu karena ini menyangkut Arimbi.” Sepasang netra hazel menangkap gelagat mencurigakan dari Anna. Tadi, gadis itu tidak panik. Kenapa setelah Rosalyn bertanya menjadi diam seperti ini?“I-tu … a-ku.” Anna menghela napas panjang.Rosalyn masih setia menanti, ia tidak mendesak Anna menggunakan kata-kata melainkan melayangkan tatapan tajam.“Sebenarnya … Pak Dewa telah mendapat pendonor yang sesuai dengan Arimbi. Katanya, operasi dilakukan minggu depan.” Rosalyn tercengang. “Apa?!” “Pak Dewa mau bilang tapi kamu menolak bertemu dengannya.” Anna menundukkan wajah.Rasa gundah seketika menyelimuti diri, Rosalyn tidak suka dengan tindakan Dewa tanpa meli
Selama beberapa hari ini Rosalyn melakukan terapi demi memulihkan mentalnya. Belakangan ia juga baru tahu bahwa sang suami tengah menjalani hal serupa. Kini keduanya baru saja pulang menjalani pengobatan di klinik khusus.“Jadi kemarin kamu sempat menghilang karena ini?” tanya Rosalyn sambil memandangi wajah Dewa.“Ya, aku kehabisan cara meluluhkan kamu. Mungkin sikapku tidak baik, makanya memperbaiki diri.” Dewa tersenyum lalu mengusap lembut pipi mulus Rosalyn.Setelah dua kali pertemuan, Rosalyn menunjukkan perubahan signifikan ditambah dukungan orang-orang sekeliling yang tidak pernah meninggalkannya. Baik itu Feli atau mertua, semua hadir memberi semangat.Rosalyn mengangguk lalu membuka percakapan lagi, “Ngomong-ngomong siapa pendonor itu? Aku ingin tahu identitasnya.”Dewa berdeham kecil. “Begini, dia …. Tidak mau identitannya diketahui. Sudahlah biarkan saja.”Akan tetapi Rosalyn menangkap sebuah kejanggalan pada tingkah Dewa. Tidak biasanya pria itu bertingkah kaku seperti ini
“Tentu saja! Aku tidak mungkin membiarkan istriku diambil orang.” Dewa tergelak, lalu Fabian memukul punggung pria itu.“Apa kamu tidak akan hadir di persidangan Vinsensia? Jadwalnya minggu depan.” Fabian menunjukkan layar ponsel berisi jadwal persidangan.“Aku pasti hadir memastikan perempuan itu menerima hukuman setimpal. Bagaimana kandungannya?”Fabian menghela napas lantas merapatkan badan dengan Dewa. Sebenarnya Dewa merasa terganggu, tetapi ia tahu rivalnya ini memiliki informasi penting. Untuk itu ia tidak menjauh.Fabian mendekatkan kepala lalu berbisik, “Anak buahku bilang belakangan ini Vinsensia sering mencari masalah dengan tahanan lain. Beberapa hari lalu, dia mengalami pendarahan dan sekarang kandungannya mengalami malnutrisi. Aku sudah menitipkan pesan pada penjaga agar mengutamakan kehamilannya.”Embusan napas kasar keluar dari sela bibir sensual. Dewa mengeratkan rahang sebab dalam sel tahanan saja mantan kekasihnya masih membuat tingkah. Entah mengapa gadis itu tidak
“Kapan terakhir kali kita melakukannya?” Dewa tersenyum manis.Jujur saja jantung Rosalyn berdetak lebih cepat lantaran memandangi wajah sang suami. Ya ini sama seperti sembilan tahun lalu, di mana ia sangat menyukai Dewa. Hanya saja dahulu senyum yang terukir pada pria itu palsu lantaran Dewa sekadar mengambil gambar kemesraan mereka sebagai bukti kepada orang tua.Sekarang … pria itu mengunggahnya ke akun sosial media pribadinya. Tanpa kata-kata dan hanya symbol hati. Selain itu, Rosalyn dapat melihat ketulusan serta pancaran cinta dari kedua netra abu-abu. Andai saja tidak malu, ingin sekali wanita itu menjerit pada langit bahwa cintanya berbalas.“Kamu melamun apa? Tidak suka?” tanya Dewa melihat Rosalyn diam saja.Sejak duduk dalam helikopter, Rosalyn lebih banyak diam. Dewa tidak tahu apa yang sedang dirasakan Rosalyn saat ini.“Rosalyn?” panggil pria itu.“Y-ya?”“Aku mencintaimu,” kata Dewa dengan suara sedikit serak yang menambah kesan romantis.Mendengar ucapan penuh perasaan
“Ya tentu.” Dewa mengangguk sambil menatap lekat sepasang netra hazel yang sangat indah.“Terima kasih.” Rosalyn mentikkan air mata sambil tersenyum bahagia sebab kehidupannya terasa lengkap dan sempurna.Keduanya menyantap beragam menu makan malam. Nafsu makan Rosalyn yang sebelumnya hilang kini kembali seperti semula.Kegiatan kencan berlanjut, Dewa membawa Rosalyn mengunjungi studio foto. Anehnya tempat itu masih beroperasi padahal hari telah larut malam. Keduanya menggunakan pakaian tradisional lalu seorang photographer mengambil gambar mereka.Selain itu Dewa membeli dua pasang sneakers, ia langgung menggunakannya. Tidak lupa membantu Rosalyn mengganti sepatunya juga.“Tingkahmu seperti remaja.” Rosalyn terkekeh kala Dewa berjongkok di depannya sembari melekatkan alas kaki. “Terima kasih sepatunya.”“Kita masih muda, tidak salah melakukan seperti pasangan lain.”Dewa memangkas jarak dengan Rosalyn. Pria itu mengecup bibir ranum yang selalu menjadi candunya.“Ini tempat umum!” kat
“Pak Fabian … maaf, aku harus pulang.” Anna berlari meninggalkan gedung seusai pagutan liar bersama Fabian.“Berhenti Anna!” titah Fabian. Gadis itu merapikan pakaiannya yang kusut akibat kenakalan tangan Fabian. Hampir saja ia terbuai oleh sentuhan menggelora sang bos dan menyerahkan kesuciannya. Kini Anna berjalan kaki, meskipun pegal menggunakan sepatu hak tinggi, ia tidak peduli.Namun perasaan gadis itu menjadi kecewa kala Fabian tidak mengejarnya. Anna menghela napas di halte bus, memikirkan sikap apa yang harus diambil kelak bila bertemu bos mesumnya itu.Dikarenakan hari telah larut, akhirnya Anna menggunakan jasa taksi online. Lagi pula pakaian pesta yang dibelikan Feli terlalu mencolok. Ia tidak mau mengundang atensi banyak orang.**Hari ini bunga-bunga mulai bermekaran menunjukkan keindahan, suhu udara menghangat dan matahari terbit lebih cepat dibanding sebelumnya.Sejak pagi tadi Rosalyn bersama Feli menunggui Arimbi di ruang persiapan operasi. Sedangkan Brahma dilarang
Rosalyn mendengar dari anak buahnya tentang kondisi Vinsensia. Ia juga yakin Dewa sedang menepati janji pada Kevin untuk menjaga anak dalam kandungan perempuan itu.“Dia tidak pernah menemui Vinsensia lagi!” ujar Fabian sangat yakin.Seketika sepasang netra hazel memindai gerak serta ekspresi mencurigakan Fabian. Sehingga pria itu salah tingkah dan menghindar.“Fabian? Apa yang kamu ketahui tapi aku tidak? Kalian membuat kesepakatan apa?”“Tidak ada apa-apa, sudahlah Rosalyn sebaiknya kita kembali ke rumah sakit. Kasihan Arimbi.” Gegas Fabian memutar tubuh dan berjalan menuju mobilnya.Ucapan Fabian dibenarkan oleh Rosalyn. Ia mengekor tepat di belakang teman kecilnya.Beberapa saat kemudian keduanya menginjakkan kaki di pusat medis Kota Zurich. Operasi Arimbi belum selesai dan anggota keluarga masih duduk di ruang tunggu. Saat ini bertambah satu personil; Anna.Namun gadis itu langsung memundurkan badan ke sudut ruangan. Anna juga me