"Menjamah Kerinduan"
“Obat mujarab kerinduan adalah dengan bertemu langsung”
&nbs
“Bersekutu dengan jin, akan menjadi temannya sebagai kayu bakar” ***Tengah asyik mengobrol melepaskan kengen. datanglah remaja berseragam SMA, rupanya Fadil, si bungsu baru pulang dari sekolah.“Assalamualaikum,” ucapnya.Semua serentak menjawab salam. Memandang Fadil dan melemparkan senyuman. Remaja itu langsung bergabung, duduk dekat Anton dan mulai memperkenalkan dirinya.“Atuk, Nek. Kak, kenalka
“Kenyataan tak seindah bunga mimpi” 
“Sebaik-baik pelindung adalah Allah” ***Selama tiga hari Rayya berdiam diri di kamar. Atuk dan neneknya menjadi gerah melihatnya. Pagi hari, Atuk Mukhtar memanggil Rayya untuk duduk bersamanya. Wajah Rayya lesu dan kering, ia tak menyentuh minuman dan makanan.“Rayya, maafkan Atukmu ini.”&ldq
“Setiap orang berhak memilih jalan apa yang akan ditempuhnya.” ***Ruqyah yang dilakukan bersama ustad Khairuddin tidak berhasil, alhasil sang ustadz dan Arif sudah kembali. Merak tidak dapat membantu pengusiran si penunggu, malah mereka yang kena imbasnya. Ustaz Khairuddin dan anaknya bergegas pulang.Saat sang ustaz tahu kalau calon dari anaknya adalah Rayya, yang notabene memiliki sejarah kelam di keluarganya. Serta merta menolak gadis itu, bahk
“Aku tak tau apakah ini rahmat atau musibah, aku hanya berbaik sangka pada Allah.” ***Atuk Mukhtar Palindih Kayo sudah bulat dengan pendapatnya, tidak dapat ditawar-tawar lagi. Rayya tidak diberi kesempatan bicara. Seminggu kemudian orang pandai betul telah datang, sedang menyiram-nyiram garam di halaman rumah gadang. Mulutnya komat-kamit membaca mantra, sangat serius perawakannya.Sekilas si kakek tua tampak sangar, pakaian hitan dengan ikat pinggang yang terbuat dari pelepah kapas, ada
Pilihan Terbaik “Setiap urusan yang berlaku, itulah takdir terbaik.”Sebulan telah berlalu, Rayya meninggalkan kampung kembali ke Padang untuk melanjutkan hidupnya. Rencana membinasakan tubo tidak berjalan sesuai rencana karena menurut si kakek orang pandai, satu diantaranya masih bersembunyi. Rayya tak punya pilihan lain selain mempercayainya. Ia tak memiliki kemampuan seperti orang tersebut, ta
“Kebahagiaan seorang perempuan adalah membina rumah tangga.” *** Tiba saatnya Feli akan menikah, Rayya semakin banyak mendapat tekanan dan ejekan, teman baiknya sudah melepas masa lajang. Sedangkan Rayya hanya menjadi pagar ayu. Ia tak menganggap jadi masalah dan membiarkan fitnah berlalu. Feli menikah dengan teman sekantornya, akad nikah berlangsung hikmat. Pesta diadakan meriah karena orang tua Feli kaum berada banyak undangan yang dilayangkan.
Biarlah sisa kenangan itu terurai bersama pusara. Meskipun ia tidak akan lenyap, paling tidak sirna dimakan masa. *** Enam bulan kemudian. Seorang lelaki berperawakan sedang, dengan dada bidang, tetapi sedikit kurus sedang dudu