Share

9

Author: Mae_jer
last update Last Updated: 2023-05-15 20:51:42

Mata Austin dan Ainsley saling beradu. Tidak ada yang mau kalah diantara keduanya. Sementara Deisy yang berada diantara mereka berdeham pelan. Ia tidak suka diabaikan seperti ini.

Ainsley yang pertama memutuskan kontak matanya dengan lelaki yang duduk dengan gaya angkuhnya didepan mereka itu. Ia memberengut kesal karena tidak bisa tahan dengan tatapan mata Austin. Lihat saja sekarang, Austin tampaknya senang sekali dengan kemenangannya.

"Cih," gadis itu berdecih membuang muka tak mau menatap Austin. Lelaki itu menyeringai kemudian mengubah ekspresinya menjadi serius lagi. Ia kini menatap Deisy dan Ainsley bergantian.

"Jelaskan, kenapa kau ingin kakakmu menggantikanmu menikah denganku?" suara itu terdengar rendah dan tegas.

Ainsley kembali mengangkat wajahnya menatap kedepan. Ekspresinya tampak bingung. Ia melirik Deisy sebentar. Kapan dirinya bilang mau Deisy menggantikannya menikah dengan lelaki menyebalkan itu?

Sial. Pasti kakak tirinya itu yang mengajukan dirinya sendiri. Deisy kan tidak pernah mau kalah darinya. Ainsley merasa kesal. Walau ia mati-matian tidak mau menikah dengan Austin, bukan berarti ia ingin mencari orang lain menggantikannya menikahi pria itu. Ia cukup tahu seperti apa sifat Austin setelah beberapa waktu ini terus terlibat dengan lelaki itu. Deisy, sih kakak tiri yang menyebalkan itu hanya menambah masalah saja padanya.

Ainsley mendengus keras ketika melihat Deisy yang menatapnya dengan sinis. Wanita itu bahkan begitu percaya diri mengeluarkan semua kebohongan dari mulutnya tersebut. Tidak ada rasa malu sama sekali.

"Ainsley, sudah kubilang aku tidak berani mengikuti rencana gilamu ini. Bagaimana bisa kau ingin aku menggantikanmu menikah,"

Ainsley mencebik. Akting saja terus.

Tapi sebenarnya rencana licik Deisy  yang sama sekali tidak terpikir olehnya itu mungkin saja bisa membantunya. Karena sudah seperti ini, sekalian saja ia membenarkan perkataan Deisy, mungkin Austin akan setuju menukar pengantinnya. Gadis itu menatap Austin,

"Benar, kau sendiri tahu kan aku tidak pernah mau menikah denganmu? Lebih baik kau menikah saja dengan Deisy. Lagipula kalian berdua sangat cocok. Sama-sama menyebalkan," kalimat terakhir Ainsley ia ucapkan dalam hati. Ia sama sekali tidak menyadari perubahan di raut wajah Austin. Lelaki itu tampak marah. Berani sekali gadis itu mengaturnya.

"Aku tidak akan pernah menikah dengan siapapun selain dirimu Ainsley," kata pria itu penuh tekanan.

Deisy yang berdiri disebelah Ainsley merasa tertohok. Ia malu sekali dengan perkataan pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu. Sebenarnya apa sih bagusnya Ainsley sampai pria sekelas Austin yang punya segalanya dan sulit sekali didekati banyak kaum hawa itu mau menikahinya. Setahunya mereka belum lama saling kenal.

Ainsley tertawa keras.

"Dan aku tidak mau menikah denganmu!" balasnya tak mau kalah. Austin berdiri dari kursi dan mendekati Ainsley. Tidak peduli ada orang lain di dalam ruangan itu, ia hanya perlu membuat Ainsley tahu bahwa gadis itu adalah miliknya. Sekeras apapun Ainsley menolak, ia akan tetap membuatnya menjadi istrinya.

"Jangan terlalu bertingkah sayang, aku bisa saja melakukan hal gila padamu sekarang juga di sini, didepan saudari tirimu," bisik lelaki itu serak. Nada penuh ancaman itu membuat Ainsley menutup mulutnya. Ia tahu ancaman Austin selalu tidak main-main. Terakhir kali pria itu memberinya tanda kepemilikan didepan sekretarisnya sendiri, dalam ruangan kerjanya ini tentu saja.

"Kau boleh keluar," ucap Austin kemudian. Karena posisinya ketika mengatakan kalimat tersebut membelakangi kedua perempuan itu, Ainsley mengira yang di suruh keluar adalah dirinya dan cepat-cepat berbalik pergi.

"Bukan kau Ainsley," suara Austin lagi-lagi menghentikan langkah Ainsley. Gadis itu menghembuskan nafas kasar, lalu memilih duduk di sofa tanpa menatap pria itu sedetik pun.

Pandangan Austin berpindah ke Deisy. Wanita itu tetap setia berdiri meski tahu dialah yang di maksud oleh Austin.

"Aku tidak akan membuat perhitungan denganmu karena kau adalah kakak tunanganku. Yang jelas, tidak ada perempuan lain yang ingin aku nikahi selain adikmu. Keluarlah," kata Austin tegas. Tak ada senyuman sama sekali di wajahnya. Deisy tersenyum kikuk.

"Ah ya, sa ... Saya hanya melaporkan saja karena saya tidak enak pada anda," ucapnya gugup. Ia berusaha menutupi rasa malunya didepan Austin. Deisy ingin agar terlihat baik didepan lelaki itu. Apalagi sekarang statusnya adalah karyawan di perusahaan milik lelaki itu.

"K. .. kalau begitu saya keluar dulu," tambahnya lagi. Austin mengangguk cuek. Matanya sesekali mencuri-curi pandang ke Ainsley yang kini duduk santai di sofa miliknya.

Sebelum mencapai pintu keluar, mata Deisy menatap sengit ke Ainsley. Apalagi melihat ekspresi kemenangan adik tirinya itu. Lihat saja nanti di rumah, ia tidak akan membiarkan Ainsley hidup tenang.

"Sepertinya kau dan kakak tirimu tidak dekat, tapi aku akui keberaniannya berbohong dengan memakai namamu," pandangan Ainsley berpindah ke Austin yang entah kapan telah duduk di sebelahnya. Gadis itu berpikir sebentar, kemudian membulatkan matanya setelah mengerti apa maksud ucapan pria itu.

"Kau jelas tahu bukan aku yang merencanakan ide itu tapi masih berakting di depanku?" Seru Ainsley tidak terima. Ia merasa kesal. Waktunya yang berharga malah terbuang sia-sia. Padahal hari ini dia ada wawancara kerja.

"Kau harus tahu kalau aku tipe yang senang bermain-main dengan milikku," balas Austin santai. Ainsley makin tidak senang mendengar perkataan lelaki itu. Mainan? Pria itu menganggapnya sebagai mainan? Huh!

"Aku tidak sudi jadi milikmu. Sebaiknya kau cari saja wanita yang rela memberi diri mereka untukmu. Bukannya banyak? Mereka pasti bisa memuaskanmu," Ainsley menatap lelaki disebelahnya itu dengan berani. Ia bisa melihat seringaian diwajah tampan Austin.

"Kau pikir aku akan mati-matian menikahimu kalau sudah menemukan wanita yang bisa membuatku puas?" gumam Austin didepan wajah Ainsley. Karena jarak mereka terlalu dekat, Ainsley mundur namun sih Austin sialan ini malah terus mencondongkan badannya kedepan hingga membuatnya merasa sedikit gugup.

Walau ia tidak suka pada pria itu, Ainsley tidak bisa menampik wajah tampan itu kalau lama-lama ia lihat bisa membuatnya terlena juga. Tidak, tidak. Ia harus cepat-cepat pergi dari sini. Tapi bagaimana ia pergi kalau Austin terus mengukungnya begini?

"A ...Austin," tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh dada bidang Austin. Meski bermaksud mendorong pria itu menjauh darinya, ia malah membuat pria itu semakin ingin menggodanya.

"Kenapa, hm?" gumam Austin di telinga Ainsley. Tak lupa memberikan kecupan ringan di daun telinganya. Semakin hari Austin makin berani. Ia bahkan sudah tidak tahan lagi bagaimana rasanya berhubungan  yang lebih jauh lagi dengan gadis itu, namun ia tidak mau dirinya makin terlihat buruk di mata Ainsley jika memaksa gadis itu tanpa ikatan pernikahan, karena itu ia mati-matian menahan gairahnya tiap kali gadis itu berada didekatnya.

"Aku harus pergi," ujar Ainsley dengan ekspresi serius.

"Ke kampus?" Austin bertanya.

"Mm." Ainsley mengiyakan. Tidak penting juga mengatakan yang sebenarnya pada pria itu.

"Ya sudah. Kau bisa pergi sekarang. Ingat, kau tidak pernah bisa kabur dariku. Kau mengerti kan?" Ainsley memutar bola matanya malas. Tahunya mengancam saja.

"Aku sudah tahu," balasnya ketus. Austin lalu berdiri balik ke meja kerjanya setelah mendaratkan ciuman ringan di bibir gadis itu. Ainsley yang kaget hanya bisa pasrah. Ia tidak bisa melaporkan tindakan semena-mena Austin, karena status mereka sangat jelas di atas surat perjanjian yang di bacanya seminggu yang lalu.

Related chapters

  • Pasangan Romantis   10

    Meeting dadakan yang diadakan Austin siang ini sudah usai. Beberapa karyawan telah keluar dari ruangan Austin, sedang Narrel duduk diam di ujung sofa, mengamati Austin yang masih sibuk mempelajari berkas-berkas di tangannya.Austin bukanlah lelaki yang bisa membaur, lelaki ini penyendiri, dan wataknya yang terkenal keras itu membuat orang-orang segan mendekatinya. Narrel sudah mengenalnya sejak lama, namun yang kebanyakan mereka bicarakan semuanya tentang bisnis. Austin jarang sekali berbicara tentang wanita yang disukainya atau hal lain di luar bisnis.Dan apabila menyangkut bisnis, Austin sangat kooperatif. Kerjasama mereka dengan perusahaan-perusahaan lain telah membuahkan banyak keuntungan bagi perusahaan mereka.Sesaat Narrel ragu untuk bertanya, namun ia benar-benar ingin tahu perasaan Austin sebenarnya terhadap gadis yang ingin dinikahinya. Ia tahu pernikahan itu bukanlah masalah kecil dan bukan main-main. Butuh perasaan saling suka di antara pasangan yang mau menikah. Namun Na

    Last Updated : 2023-05-16
  • Pasangan Romantis   11

    "Auww, pelan-pelan!" Pekik Ainsley meringis kesakitan, sesekali ia menatap tidak senang pada Austin yang kini sibuk mengobati luka kecil dan beberapa memar di tangan dan wajahnya.Tidak butuh waktu lama bagi pria berkuasa seperti Austin untuk membawanya pergi dari kantor polisi. Dara yang bersamanya tadi sudah pulang pakai taksi, hanya Ainsley seorang yang sekarang berada dalam mobil Austin.Ainsley yakin lelaki itu pasti sengaja mengobatinya dengan kasar. Apalagi Austin terus-terusan mengomelinya sejak keluar dari kantor polisi tadi. Lihat wajahnya sekarang. Seperti mau memakannya hidup-hidup saja.Austin terus menatap lekat gadis didepannya itu setelah selesai mengoleskan salep di beberapa bagian tubuhnya yang lebam. Sekarang ini mereka sedang berada di jalan dekat apotik."Kenapa berkelahi?" tanya Austin menuntut penjelasan.Ainsley menarik nafas jengah. Ia tidak suka menjelaskan karena menurutnya tidak penting. Lagipula ini masalah pribadinya. Menurutnya lelaki disampingnya ini ti

    Last Updated : 2023-05-16
  • Pasangan Romantis   12

    Besoknya di kampus,"Gimana, gimana? Jadi Austin Hugo datang sendiri ke penjara demi Ainsley?" tanya Mira antusias. Mereka kini berkumpul di kantin kampus itu dan mendengar cerita Dara yang membangkitkan rasa ketertarikan mereka untuk bergosip.Ketiga gadis itu tidak peduli sama sekali walau ada Ainsley disitu. Gadis yang tengah mereka gosipkan sekarang ini bersama Austin Hugo, sih pengusaha kejam namun tampan didepan mereka itu.Ainsley menatap jengah ketiga sahabatnya yang kini sibuk sendiri. Ya ampun, kenapa dirinya bisa bergaul dengan para gadis tukang gosip itu sih. Ia masih tidak habis pikir sampai sekarang kenapa bisa tergabung dalam kelompok itu."Kalian tahu, semalam itu kedatangan Austin sukses membuat semua gadis yang berselisih dengan kami terkagum-kagum. Aku senang sekali melihat tampang mereka yang iri berat pada Ainsley," cerita Dara. Ia sendiri saja yang teman Ainsley merasa iri. Apalagi setelah itu Austin dan Ainsley pergi berdua. Lebih tepat Austin yang membawa Ainsl

    Last Updated : 2023-05-17
  • Pasangan Romantis   13

    Selesai bicara dengan orangtuanya Ainsley masuk ke kamar. Gadis itu terus berjalan mondar-mandir seperti cacing kepanasan sambil meremas ponselnya kuat-kuat. Aduh bagaimana ini. Ia ingin menelpon Austin tapi ia takut pria itu akan besar kepala kalau dia menelpon lebih dulu dan meminta bertemu.Disisi lain, memang ia perlu bicara dengan Austin untuk meminta bantuan. Bagaimana ini? Ia malu dan merasa berat hati harus meminta bantuan lelaki itu namun tidak ada nama lain yang terpikir di otaknya.Para sahabatnya mana ada uang sebanyak itu. Ayolah, satu milyar saja ia yakin sekali mereka tidak ada. Kalau ada sudah dari lama Ainsley meminjam uang pada sahabat-sahabatnya dan diberikan ke Austin untuk memutuskan perjodohan mereka.Ainsley menghentikan gerakan mondar mandirnya, dan mengangguk kuat. Tekadnya sudah bulat. Ia harus segera menelpon Austin sekarang juga. Lalu diangkatnya ponselnya dan mencari nomor Austin di daftar panggilan.Austin yang tengah sibuk berkutat dengan berkas-berkas

    Last Updated : 2023-05-18
  • Pasangan Romantis   14

    Ainsley melahap makanannya dengan gembira. Ternyata makanan di restoran ini sangat enak. Tekstur dagingnya sangat empuk dan Ainsley suka."Kau tidak makan?" tanya Ainsley mendongak ke Austin yang malah menatapnya sambil menopang dagu."Aku sudah kenyang hanya dengan menatap wajahmu," lagi. Untuk yang kesekian kalinya Ainsley membiasakan dirinya mendengar kata-kata manis Austin yang menurutnya tidak benar-benar dari hati itu. Siapa yang tahu coba kalau lelaki itu sebenarnya adalah playboy yang sangat hebat merayu wanita. Sayangnya tidak mempan untuk Ainsley. Gadis itu memilih menghabiskan makanannya dulu sebelum ke pembicaraan utama mereka."Jadi, apa alasanmu menemuiku?" tanya Austin. Ia sungguh ingin tahu. Ainsley cepat-cepat menelan makanan terakhir di mulutnya lalu menatap lelaki itu dengan raut wajah serius. Sebenarnya ia malu sekali meminta bantuan dari pria yang terus-terusan ditolaknya dan ingin ia hindari itu. Tapi mau bagaimana lagi. Pikirannya sudah buntu dan hanya Austin mu

    Last Updated : 2023-05-18
  • Pasangan Romantis   15

    Ainsley menatap penampilannya di kaca. Dua minggu sudah lewat semenjak Austin datang ke rumahnya dan melamar didepan orangtuanya.Kini hari itu tiba. Kesepakatan waktu dimana dirinya akan menikahi lelaki itu. Gadis itu menatap malas dirinya yang kini sudah lengkap dengan gaun pengantin. Ia masih berat menikah dengan pria yang tidak ia cintai.Tapi mau bagaimana lagi, uang sepuluh milyar sudah keluar dari kantong lelaki itu. Demi pengobatan papanya tentu saja.Mulai hari ini Ainsley harus rela menjadi istri Austin, CEO kejam, suka berbuat semaunya, mesum dan entah apalagi itu. Ia kembali menatap dirinya di cermin. Ternyata dia cantik juga kalau sudah di poles make up begini."Ainsley, kau sudah siap? Ayo keluar. Pengantin prianya sudah datang." Dara, muncul dari balik pintu dengan gaun berwarna jingga. Gaun yang sengaja di pilihkan mama tirinya buat para sahabatnya yang akan menjadi pengiring hari ini.Mungkin hanya Austin, papa, mama dan ketiga sahabatnya itu yang sangat senang dengan

    Last Updated : 2023-05-19
  • Pasangan Romantis   16

    Karena tidak tahan lagi dan sudah merasa kecapean, Ainsley pamit pergi duluan kepada kedua orang tuanya sesaat setelah para sahabatnya pergi. Lagipula kamar pengantin hanya di hotel itu. Ia tidak perlu bilang ke Austin karena ia melihat lelaki itu sibuk berbincang-bincang dengan beberapa tamunya. Ainsley tidak mau mengganggu. Apalagi ia tahu Austin pasti tidak akan membiarkannya pergi lebih dulu. Jadi lebih baik menggunakan kesempatan di saat pria itu sedang sibuk.Ainsley memasuki kamar pengantin dan langsung berganti pakaian dengan gaun tidur warna putihmiliknya. Ia lalu duduk dengan ragu di atas ranjang. Dalam hati ia berpikir untuk mengunci kamar biar Austin tidak bisa masuk atau tidak. Tapi...Austin pasti akan marah besar kalau sampai dia melakukannya. Namun ia juga takut. Bagaimana kalau pria itu langsung meminta jatah malam pertama padanya. Ainsley belum siap. Ia takut."Atau aku kunci saja pintunya?" ujar gadis itu pada dirinya sendiri. Ia masih berpikir ragu-ragu. Telunjukn

    Last Updated : 2023-05-19
  • Pasangan Romantis   17

    Pagi-pagi sekali Austin dan Ainsley sudah berada di bandara Soekarno Hatta. Papa dan mama Ainsley akan berangkat ke Singapura hari ini. Tentu saja sebagai anak Ainsley ingin ikut mengantar kepergian sang papa.Sebenarnya Ainsley sudah menolak dengan halus saat Austin mau mengantarnya. Dengan alasan sebagai bos perusahaan besar lelaki itu pasti sibuk. Sayangnya Austin bersikeras mau mengantarnya. Kalau masalah pekerjaan katanya gampang. Bisa dia atur. Hasilnya, Ainsley tidak bisa menolak alasan pria yang mau ikut bersamanya itu."Mereka sudah datang."papa Ainsley yang tengah berdiri di sebelah Deisy mengalihkan pandangannya ke putri kandungnya yang datang bersama menantunya. Deisy ikut menatap mereka.Pandangan Deisy bertemu dengan Ainsley. Dari kemarin ia sedang tidak ingin melihat gadis itu. Karena ia masih tidak terima Ainsley menikah dengan Austin. Sekarang status gadis itu berubah. Dan ia punya suami dengan latar belakang yang kuat seperti Austin, yang membuat banyak perempuan iri

    Last Updated : 2023-05-20

Latest chapter

  • Pasangan Romantis   44

    "Dia kenapa?"Narrel berjalan cepat pada Austin yang masuk ke dalam Villa dengan menggendong Ainsley. Pria itu menatap penampilan keduanya yang basah dan kotor dengan lumpur."Jatuh di air," sahut Austin terus melanjutkan langkah menuju kamar. Narrel hanya termangu melihat mereka sampai keduanya menghilang dari hadapannya.Ada-ada saja. Pikir Narrel. Apa yang mereka lakukan sampai jatuh ke dalam air. Jangan bilang kalau mereka berdebat lagi. Lelaki itu menggeleng tidak habis pikir."Tuan Austin dan istrinya kenapa?"pandangan Narrel berpindah pada Iren yang sudah berdiri di belakangnya. Entah muncul darimana. Bukannya wanita itu tadi ada di taman belakang, lagi sibuk menyiapkan perayaan ulang tahun kecil-kecilan untuk pacarnya bersama yang lain."Jatuh di air katanya," sahut Narrel."Persiapan buat nanti malam sudah selesai?" tanya pria itu. Iren menggeleng."Hampir," jawabnya."Anda istirahat dulu saja, tua

  • Pasangan Romantis   43

    Entah sudah berapa lama mereka di atas perahu. Ainsley mulai merasa panas tak karuan. Ia mengelap kening dengan saputangan milik Austin. "Aku bisa mendayung ke tepi sungai yang teduh. Kau mau?" tawar Austin. Ainsley mengangguk. Ia memang merasa kepanasan karena berada langsung di bawah matahari. Angin yang bertiup tadi mulai berkurang jadi tidak mampu menghadang matahari terik untuknya. "Apa yang kau suka ketika naik perahu?" tanya Austin sambil mengangkat dayung dari air dan membiarkan mereka meluncur ke bawah bayang-bayang teduh. "Aku tak tahu, hanya suka saja." sahut Ainsley mengangkat bahu. Tangannya menelusuri permukaan air dan melirik Austin lagi. "Kau tidak kepanasan dengan setelanmu itu?" tanyanya. Austin melirik sebentar penampilannya yang memakai kemeja panjang biru dan menatap Ainsley. "Bukannya kau yang menyiapkan pakaian ini untukku?" katanya dengan senyum menggoda.

  • Pasangan Romantis   42

    Narrel mengetuk pintu kamar Austin dan Ainsley. Ia tidak tahu keduanya sedang berbuat apa didalam sana. Kalau pun mereka sedang melakukan sesuatu yang berbau-bau dewasa Narrel akan tetap mengetuk. Meski ia tidak yakin mereka sedang melakukan apa yang dia pikirkan itu di siang hari begini.Ketika pintu terbuka, yang pertama kali dilihat Narrel adalah Ainsley. Ia menatap kedalam kamar tapi tidak melihat Austin."Kemana Austin?" tanyanya."Lagi mandi." jawab Ainsley."Kau perlu sesuatu?" gadis itu balik bertanya. Narrel tersenyum tipis."Aku hanya ingin bilang kalau kalian bersedia aku ingin mengajak kalian naik perahu." ucap pria itu.Ainsley tampak tertarik. Sudah lama dia tidak naik perahu."Baiklah. Aku akan bilang ke Austin nanti." katanya kemudian. Setelah itu Narrel berbalik pergi dan Ainsley kembali mengunci pintu."Siapa?"Ainsley berbalik menatap Austin yang kini berdiri hanya dengan handuk yang

  • Pasangan Romantis   41

    Ainsley turun dari mobil. Mereka sudah sampai. Perjalanan yang mereka tempuh dari Jakarta sampai Bogor kira-kira dua jam setengah. Hanya Austin dan Ainsley berdua dalam mobil. Austin yang menyetir pastinya.Austin sengaja menyetir sendiri hari ini karena seperti yang di katakan oleh Narrel kemarin kalau kemungkinan mereka akan menginap. Pria itu tidak mau merepotkan sopirnya. Ia juga ingin berdua saja di mobil dengan Ainsley.Ketika mereka sampai di Vila, Narrel, Iren dan yang lain belum terlihat sama sekali. Kelihatannya mereka memang belum ada. Meski begitu, penjaga Vila sudah mengenal Austin jadi mudah saja bagi keduanya masuk ke dalam.Ainsley memandang ke sekeliling. Vila itu berada di tempat yang cukup terpencil dekat hutan. Berada di sini suasananya beneran terasa super sunyi.Ainsley pernah datang ke tempat seperti ini sebelumnya tapi tidak semewah tempat milik Narrel ini. Hanya suasananya yang mirip. Kalau malam hari kalau hanya sendirian, yang akan menemanimu hanyalah suara

  • Pasangan Romantis   40

    Setelah selesai makan siang bersama dan berbincang-bincang sambil membicarakan bisnis, Austin kembali ke kantor.Pria itu masuk ke ruang kerjanya dan menyandarkan tubuhnya ke sofa. Ia merasa sangat lelah. Bagaimana tidak lelah, habis rapat di kantor, ia makan dengan kakek Fu, menemani lelaki tua itu ngobrol. Belum lagi pria itu tambah bad mood karena melihat istrinya makan siang dengan pria lain selain dirinya."Kenapa lagi denganmu?"Suara itu sontak membuat Austin yang hampir ketiduran membuka matanya. Narrel sudah duduk di depannya. Austin menatap sekretarisnya itu yg tanpa bersemangat."Kau tahu, menyukai wanita hanya akan membuatmu merasa lelah." ucap Narrel lagi seolah tahu apa yang ada di pikiran Austin.Ia memang mengakui Ainsley yang bisa membuat sahabatnya itu menyukainya tanpa usaha keras seperti yang di lakukan wanita-wanita yang lain. Tapi kalau ia jadi Austin, ia tidak akan bersikeras mendapatkan gadis itu. Apalagi menikahinya. Belum tentu juga kan Ainsley gadis yang bai

  • Pasangan Romantis   39

    Mereka masuk ke restoran kecil yang sudah sering mereka datangi dulu, waktu keduanya masih sering bersama. Sebelum Alfa bertunangan.Mereka baru saja duduk di meja kosong ketika Ainsley mendengar ponselnya berbunyi. Ia menataplayar ponselnya. Austin yang menelpon. Kenapa pria itu menelpon?"Halo?""Kau di mana?""Tempat makan.""Dengan siapa?"Dalam kebingungan Ainsley menatap ponselnya, lalu menempelkannyakembali di telinga. Kenapa denganLaki-laki itu? Nada suaranya terdengar dingin tidak seperti tadi pagi. Dasar labil."Teman," jawab Ainsley berusaha menetralkan intonasinya. Ia tidak mau Alfa melihatnya berdebat dengan sih penelpon yang adalah suaminya sendiri itu.di ujung sana Austin mendengus kesal."Ada ada menelponku?" tanya Ainsley lagi. Sepi sebentar, lalu suara itu berkata dengan nada datar,"Hanya ingin bertanya saja," setelah berkata begitu telpon langsung terputus. Austin menutupnya sepihak. Tanpa pamit dan bilang-bilang dulu. Ainsley yang kesal sontak mematikan ponse

  • Pasangan Romantis   38

    Austin menuju dapur karena mendengar suara-suara ribut seperti ada yang memasak. Pelayan rumahnya biasanya datang jam tujuh untuk menyiapkan sarapan.Sekarang belum jam tujuh. Austin yakin sekali itu pasti Ainsley. Apa yang di lakukan gadis itu?"Kau bisa masak?"suara Austin yang berat membuat Ainsley hampir melompat. Ia kaget bukan main. Gadis itu menatap Austin yang tengah berdiri di ambang pintu masuk dapur dengan kesal. Ingin sekali ia melempar sendok sop di tangannya ke arah Austin yang sekarang malah menertawainya. Menyebalkan sekali."Kau membuatku kaget, tuan Austin." ucapnya ketus dengan kesal.Austin tertawa. Ia melanjutkan langkahnya ke dekat Ainsley berada."Aku tidak tahu kalau kau bisa masak," ucap pria itu. Matanya melirik ke panci kaldu di atas kompor.Sepertinya istrinya itu memasak sop. Sebuah senyuman tipis terpampang di wajah Austin. Apa Ainsley memasak untuknya? Kan dia semalam mabuk berat.Dulu sebelum menikah dengan Ainsley, ketika ia mabuk berat Narrel akan me

  • Pasangan Romantis   37

    Ainsley kembali ke kamar usai mengantar Narrel di depan. Rumah ini tidak ada pembantu kalau sudah malam begini. Mereka sudah pulang dan akan kembali di jam kerja besok. Hanya ada dua satpam yang berjaga di gerbang depan.Berbeda dengan rumah Austin di Hawaii yang memiliki banyak pelayannya. Mungkin karena rumah itu jarang di tinggali, hanya sesekali kalau Austin datang ke sana dengan urusan pekerjaan.Ainsley sendiri mau tak mau harus mengantar Narrel sampai depan karena ia juga harus mengunci pintu.Setelah semua pintu terkunci ia kembali ke kamar. Mengunci kamar itu juga dan melangkah ke dekat kasur. Menatap pria yang tidur di sana. Bau alkohol yang cukup kuat itu mengganggu Indra penciuman Ainsley. Ia menutup hidungnya sambil terus menatap Austin.Cukup lama Ainsley memandangi wajah Austin. Satu kata yang ada dalam benaknya, tampan. Sudah berkali-kali ia melihat Austin dari jarak dekat, tapi ia tetap mengagumi ketampanan pria itu. Entah apa yang di makannya hingga kulitnya sangat b

  • Pasangan Romantis   36

    Saat Narrel menawarkan minum pada Austin, pria itu tidak bilang apa-apa, hanya menunduk lesuh.Narrel menghela nafas. Dengan kondisi Austin sekarang ini, ia yakin pria itu butuh minum. Tanpa bertanya lagi Narrel membawa Austin di sebuah bar tak jauh dari kantor mereka.Austin minum banyak. Ia menghabiskan hampir enam botol red wine. Narrel sampai garuk-garuk kepala melihatnya. Ia sendiri tidak berencana untuk minum. Ia takut mabuk. Bagaimana caranya mengantar Austin coba kalau mereka sama-sama mabuk."Kau tahu, baru kali ini aku merasa frustasi karena seorang wanita," racau Austin dengan gaya mabuknya. Pria itu jarang mabuk, jadi Narrel merasa lucu.Ia tiba-tiba terpikir sebuah ide. Pria itu lalu merogoh ponsel di saku Austin, mencari kontak Ainsley kemudian menelpon gadis itu. Membiarkan Ainsley mendengar semua perkataan Austin. Ketika setelah menelpon, Narrel menarik Austin turun dari meja bar dan membawanya ke ruang kedap suara biar suaranya bisa kedengaran di telpon.Di seberang

DMCA.com Protection Status