Share

162

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Part 162

Dhea sungguh tidak memahami hubungan Sania dan Lingga, mereka selalu tidak akur. Dhea sendiri tidak bisa memihak, pasalnya antara dia dan Lingga juga bisa dibilang berteman baik. Ketika dia diculik, dia juga memberi nomor telpon Lingga dan Bram kepada Alamsyah. ah, ingat dengan Alamsyah, syukurlah lelaki itu sudah Dhea tranfer uangnya, lelaki itu juga mengabarkan jika dia sudah kembali ke kampung halamannya dan berhasil mengambil alih tanah yang tergadai itu.

Dhea dan Sania berjalan beriringan di lorong rumah sakit menuju ruangan ICU.

"Kalau melihat ibumu yang sakit begini, aku jadi ingat dengan ibuku," ujar Sania

"Memangnya ibumu sakit apa? Abang tidak pernah mau menceritakan semua itu," tanya Dhea dengan nada prihatin.

"Ibu tiba-tiba pingsan, kata dokter tekanan darahnya tinggi sehingga pecah pembuluh darahnya. Dokter bilang itu karen ibu bnyak pikiran. Saat itu aku masih kecil, masih berumur sepuluh tahun, tapi Kak Bram sudah berumur delapan belas tahun, dia sudah tahu ap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Iis Biis
lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   163

    Part 163 "Bu, ibu belum salat ashar. ini sudah jam lima lewat," bisik suster Halimah. Dhea yang masih memeluk tubuh ibunya dan menangis tersedu kini tersentak mendengar perkataan perawat ibunya itu. Suster Halimah tentu paham dengan kebiasaan Dhea yang selalu rajin melakukan kewajibannya kepada Tuhan itu, karena setiap menjenguk ibunya, wanita itu selalu tepat waktu menjalankan ibadah. "Biar Jenazah ibu saya yang menunggunya," ujar suster Halimah lagi. "Iya, Bik. Tolong hubungi lagi suami saya, kalau tidak, hubungi Om Muchtar. pakai saja ponsel saya, tidaj dikunci, kok." Dhea bergegas ke mushola. Ibadah kali ini benar-benar membuatnya sangat sedih, dia mengadukan semua kesedihannya pada sang pencipta, selama hidup dengan ibunya, hanya kenangan menyedihkan yang dia ingat. Ibunya tidak pernah memperhatikan dirinya seperti layaknya ibu normal lainnya, karena sebagian besar waktu Paramitha dihabiskan di pusat rehabilitasi. Dhea menyesalkan kepergian ibunya karena selama ini dia belum

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   164

    Part 164Setelah adzan isya, mereka sudah bersiap-siap pergi. Suster Halimah ikut mobil Sania yang dikemudikan anak buah Lingga sementara Sania duduk di bangku depan, Dhea yang duduk sendirian membawa bantal agar bisa tidur selonjoran. Ketika semuanya sedang mempersiapkan mobil, jenazah Paramitha juga sudah masuk ambulance, seseorang datang terburu-buru menghampiri mereka."Dhea?! kamu mau berangkat malam ini?" tanya lelaki itu dengan terburu-buru.Dhea memandang Sania sebelum menjawab pertanyaan lelaki itu, sania hanya mengangguk mendukungnya."Iya, yah! agar jenazah ibu lekas di makamkan.""Besok saja, nanti ayah caterin helikopter biar cepat sampai. Lagian Bram juga belum datang, kan?""Tidak perlu, Yah. lagian pemakaman keluarga kami berda di pelosok, sangat mengundanh perhatian kalau ada helikopter parkir di sana, aku tidak suka dengan cara seperti itu," jawab Dhea."Lagian Kak Bram ke mana, sih? Dari tadi kicariin gak ketemu, ponselnya juga gak bisa dihubungi," ketus Sania."Dia

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   165

    "Tunggu, ibunya Dhea sudah meninggal dunia tadi sore!"Duar! Bram spontan menghentikan langkahnya."APA?!"Bram terpaku mendengar perkataan ayahnya, baru sehari dia tinggal bekerja sudah kejadian seperti ini. Hari juga baru jam sembilan malam."Dari tadi siang dhea berusaha menghubungimu, sebelum meninggal ibunya sangat ingin bertemu denganmu, tetapi nomor telponmu sama sekali ridak aktif. Sania sampai menyusul ke kantor dan mencarimu ke tempat ayah, ayah juga baru tahu kalau kau menemui klien di Surabaya. Tapi kenapa ponselmu tidak aktif?"ujar Anggara dengan rait wajah yang geran dengan ank sulungnya ini."Ini kejadian yang tidak bisa terduga. Aku ke Surabaya menemui Mr Liang dari China. Ayah tahu sendiri, kan ... kalau dia akan menjadi menjadi investor besar kita, tetapi permintaannya sangat tidak masuk akal, dia meminta agar asistenku menemaninya beberapa hari keliling Surabaya," jawab Bram dengan wajah muram."Ya, apa salahnya asistenku menemaninya? itu malah bagus, kan? dia bisa

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   166

    Part 166Ketika mereka sampai di desa kelahiran almarhumah Paramitha, Dhea langsung menghubungi Om Muchtar untuk menanyakan di mana ibunya harus disemayamkan terlebih dahulu sebelum dimakamkan."Langsung saja ke rumahmu," jawab om Muchtar"Ke mana, Om?" Tentu saja Dhea heran kenapa Muchtar berkata seperti itu. Bukankah mereka tahu jika rumah keluarga Dhea sudah hangus terbakar? Terakhir Dhea mengunjungi makam ayah dan adiknya itu ketika dia duduk di kelas dua SMA, saat itu saja rumah mereka sudah runtuh tinggal puing-puing. Ibunya sengaja membuat pemakaman keluarga saat kecelakaan itu, ayah dan kedua adiknya di makamkan di pekarangan belakang bekas rumah mereka, karena area tanah meraka cukup luas, hampir setengah hektar, jadi makam itu berada paling belakang dari tanah itu yang berbatasan dengan perkebunan karet warga."Ke rumah kalian, kami sudah menunggu di sini," jawab Muchtar dengan tegas."Om gila? Ini sudah tengah malam, masak jenazah ibu akan disemayamkan di tanah lapang? Ya

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   167

    Part 167"Ini Dhea? Kok beda banget sama dulu? Dhea itu mirip banget sama Paramitha, kenapa ini cantik banget?" ujar seorang wanita yang sebaya dengan ibunya itu sambil mengernyitkan keningnya. "Iya, betul," jawab ibu-ibu yang lain membuat Dhea semakin bingung."Eh, kalian tahu, kan? Kalau Dhea ini juga ikut jadi korban kecelakaan ketika almarhum Rasyid dan kedua putranya meninggal itu?" tanya nenek Tirah membuat ibu-ibu itu menganggukkan kepala."Jadi luka Dhea ini sangat parah, sekujur tubuhnya mengalami luka bakar. Saat itu kata Mitha korban yang selamat ada tiga orang dan semuanya mengalami luka bakar, salah satu dari korban itu adalah anak seorang pengusaha yang tengah kabur dari rumah, ketika ayahnya tahu anak itu jadi korban kecelakaan, maka ayahnya itu mendatangkan ahli bedah plastik dari Korea dan mengoperasi mereka bertiga," terang nenek Tirah.Dhea hanya terbengong mendengar ucapan nenek Tirah, ibunya sama sekali tidak mengatakan apapun padanya, kenapa beliau begitu banyak

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   168

    Part 168Semua orang tersenyum ketika lelaki itu sudah masuk ke dalam liang kubur, dia masih memakai pakaian kerja kemarin, kemeja putihnya sudah digulung sebatas siku, kakinya bahkan tanpa alas dengan kulit putih dan celana bahan mahalnya jelas menyita perhatian orang banyak.Jantung Dhea berdebar kencang menatap lelaki yang bajunya kini telah bernoda tanah liat, kapan suaminya itu datang? Kenapa sudah ada di sini? Mata Dhea mengedar,dia juga melihat ayah mertuanya berdiri di sebelah om Muhtar."Huh,akhirnya datang juga orang itu," dengus Sania yang terdengar jelas di telinga Dhea karena begitu dekatnya posisi mereka Ada keharuan yang membuncah ketika melihat lelaki itu meraih jenazah ibunya yang menurunkannya ke tanah, rasa sedih Dhea menjadi-jadi ketika tubuh ibunya mulai ditutupi oleh tanah, wanita itu tak kuasa untuk menangis. Sania sigap memeluk kakak iparnya agar tubuhnya tidak ambruk ke tanah.Setelah pemakaman selesai, beberapa orang pergi meninggalkan lokasi. Ada beberapa o

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   169

    Bab 169"Iya, saya suaminya! Jadi anda tidak perlu merasa ada tanggung jawab."Kedua pasangan tua itu terpaku menatap Bram yang menurut mereka begitu sombong."Memangnya siapa kamu? Bicaramu sangat sombong anak muda," ujar sang kakek dengan mata mendelik."Saya sudah bilang, Kakek. Saya adalah suami wanita ini, dia tidak akan ke manapun tanpa seijin saya," ujar Bram dan langsung menggandeng tangan Dhea.Dhea hanya menurut saja, setelah mendengar bagaimana kedua kakek dan neneknya ini memperlakukan ibunya dulu, Dhea juga tidak respek pada kedua lansia tersebut. mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa.Sesampainya didepan rumah, Dhea memandang bangunan rumah itu hingga mendongak menatap atap rumah itu."Ayo, Sayang. Kita masuk rumah, apa yang kau lihat?" tanya Bram yang melihat Dhea menghentikan langkah."Tidak ada, aku harus bertemu om Muchtar," jawab Dhea terburu-buru hingga pegangan tangan Bram juga terlepas."Dhea? Ada apa?" tanya lelaki itu dan mengejar Dhea.Dhea melihat Muchtar be

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   170

    170 Dhea dan Bram sepanjang hari ini sibuk menyambut para tamu yang bertakziah atas kematian ibunya. Mereka tidak punya kesempatan untuk berduaan, berbincang ataupun berbicara dari hati ke hati. Hingga malam hari setelah yasinan yang selesai jam 10.00 malam mereka berkesempatan masuk ke dalam kamar untuk istirahat."Maafkan Abang ya, Sayang. Kemarin abang tidak bermaksud mengabaikan kamu. Kamu pasti mengalami hari yang berat kemarin," ujar Bram sambil memeluk istrinya yang berbaring di sampingnya. "Aku kemarin memang sangat sedih, karena tidak bisa menghubungi Abang. Sebenarnya merasa diabaikan, cinta orang sekelas Abang, tidak bisa dihubungi hanya gara-gara HP rusak, apa Abang sudah kehabisan uang? Sehingga tidak bisa membeli HP yang baru?" Sungut Dhea dengan kesal. "Iya, itu jangan kelalaian Abang. Memang benar-benar minta maaf, Abang tidak akan melakukan hal itu lagi. Maafkan Aku, ya?" Ujar Bram dengan tatapan penuh penyesalan. "Ya sudahlah, Bang. Semoga abang bisa melakukan a

Bab terbaru

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   324

    "Berhenti kau betina jalang!" "Dasar perempuan sialan! Mau lari ke mana lagi kau, ha?" "Mau kabur? Kamu pikir bisa, ha?" "Arrhg! Lepaskan! Lepaskan!" "Bang, jangan sakiti perempuan itu." "Diaam kamu Rais!" Penggalan dialog-dialog itu terlintas di kepala Dhea membuat kepalanya sangat sakit. Tetapi tekadnya yang kuat membuatnya terus berlari Jangan sampai tertangkap oleh penculik itu. DOR!!! Suara tembakan itu terdengar jelas. "ABANG, JANGAN TINGGALKAN DHEA, BANG!" teriak Dhea berbalik memeluk suaminya dengan tubuh gemetar dan air mata yang menetes deras. "Abang, Abang ...." "Dhea, Abang tidak apa-apa." Bram merasakan betapa istrinya ini sangat ketakutan, wanita ini memeluk tubuhnya erat dan meraba punggungnya dengan gerakan acak dan gemetar. "Abang nggak apa-apa," bisik Bram memenangkan istrinya. "Terdengar suara tembakan, punggung Abang tertembak." "Tidak, punggung Abang tidak tertembak." "Aku melihatnya sendiri orang itu menembak punggung Abang! Abang, Abang

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   323

    "Akh!" Bram memekik tertahan mana kala kakinya kesandung akar pohon membuatnya terjatuh, Dhea yang memegang tangannya otomatis juga ikut terjatuh. "Bang, Abang nggak apa-apa? ada yang terluka? sakit?" tanya wanita itu dengan kuatir. Ponsel yang dipegang Dhea dipakai sebagai senter terjatuh. wanita itu segera bangkit dan mengambil ponselnya dan mengarahkan senter pada suaminya yang tengah berusaha bangkit. "Nggak apa-apa. Hanya tersandung saja," lelaki itu berjalan meraba-raba. Dhea segera meraih tangan suaminya, lelaki itu hanya bisa mempercayai Dhea pada saat seperti ini. "Pegang tangan Dhea erat-erat, Bang. Dhea akan menjadi mata Abang. Jalan yang Dhea tempuh ini sedikit sulit karena masih semak belukar. Kalau kita melewati jalan setapak, para penjahat itu pasti bisa dengan mudah menyusul kita." "Iya, Dhea tidak perlu mengkuatirkan Abang. Sekarang ayo cepat kita jalan." Walaupun langkah mereka terseok-seok, tetapi mereka berusaha berjalan dengan cepat, untuk berlari tentu s

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   322

    Dhea dan Bram makan malam di villa itu, Dhea tidak menyangka masakan hari ini dibuat oleh pemuda dua puluhan bernama Soleh ini. Dengan sayang Dhea menyuapi suaminya, hal ini mengingatkan mereka saat Bram pertama datang di kediaman Lia di rumah tepi pantai. Saat itu lelaki ini hanya bisa melamun dan tidak memiliki gairah hidup, akhirnya Kamelia lah yang terus membujuknya makan dan menyuapinya. "Sudah, Abang sudah kenyang," ujar Bram menolak suapan yang sudah berapa kalinya dari tangan Dhea. "Kalau Abang ke Jerman, Dhea tetap di jakarta, ya? menghandle semua bisnis di sini." "Bagimana bisa suami sedang berobat aku malah sibuk mengurusi bisnis." "Ini demi kebaikan kita, Sayang. Kita baru saja memimpin perusahaan, rasanya tidak bertanggung jawab kalau kita tinggalkan." "Bang, bagiku Abang lebih penting dari perusahaan ini. Bagaimana kalau aku resign saja, biar saja perusahaan ini dikelola oleh orang lain. Kita juga tidak kekurangan uang." "Nenek sudah berpesan agar kita yang m

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   321

    "Adi__" Suara Bram tercekat, lelaki itu menyadari jika seseorang yang datang bukanlah Adi. Adi baru saja datang menyapanya sekitar lima menit yang lalu, karena dia banyak melamun tidak terlalu menanggapi. Lagipula setelah tiga hari ini dia kehilangan penglihatan, pendengaran dan penciumannya jauh lebih sensitif, setiap gerakan dan aroma seseorang akan dikenali dengan mudah. Orang yang berjalan ke arahnya dengan perlahan ini bukan Adi. Dhea yang melihat lelaki itu tampak bingung hanya bisa menahan napas dan perasaannya, tetapi tetap saja air mata lolos ke pipinya, pertahannya juga jebol, Isak tangisnya tidak bisa dia tahan lagi. Mendnegar isakan itu membuat Bram terkejut, mata lelaki itu melebar terbelalak. Otaknya memutar, memindai suara isakan kecil itu, tanpa berpikir lama dia sudah bisa mengenali suara itu. "Dhea ...," panggil lelaki itu lirih. Mendnegar panggilan itu, jebol sudah pertahan Dhea, wanita itu menangis histeris melihat keadaan suaminya seperti ini. Bram y

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   320

    Jangan takut, Bu Dhea ada lembur malam ini, mungkin akan pulang sedikit malam, karena ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditunda. Jadi, mari kita makan dulu, ini juga ada kopi gingseng yang dipesan dari cafe, sangat cocok untuk bapak-bapak yang berkerja sebagai pengawal biar tidak ngantuk," bujuk Anita. Secara diam-diam Anita mengirim pesan kalau para pengawal sudah berada di meja kopi dekat pantai, Dhea bisa bebas menyelinap. Dengan sedikit berlari, Dhea menuju lift, untuk lift belum penuh karena baru setengah jam lagi waktunya pulang kerja.. Sampai parkiran, Dhea menekan kunci mobil untuk menemukan di mana mobil Anita. Dengan cepat Dhea memasuki mobil Anita, dia mengamati pintu keluar dari tempat parkir. Setelah jam empat sore, bnyak orang yang sudah keluar dari kantor sehingga mencari keberadaan Adi sedikit banyaknya ada gangguan. "Ah, itu dia? kenapa dia berjalan dengan terburu-buru?!" seru Dhea bicara sendiri. Dhea segera menghidupkan mesin, melihat Adi memasuki mobil

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   319

    Anita langsung menjalankan perintah Dhea. Dia sudah bersiap menuju ruang staf dan disambut oleh seseorang yang memperhatikannya. Dia adalah seorang lelaki yang selama dua hari ini selalu mengajaknya bicara dan selalu mencari kesempatan untuk bertemu. "Dek Anita? Kenapa ke sini?" "Eh, Mas Heru. Apa ini lantai ruangan pak Malik, ya? maklum saya baru di sini jadi belum hapal semua ruangan." "Oh, bukan. Ini lantai ruangan direktur utama, lantai ruangan pak Malik ada di lantai tiga. Pak Malik direktur pemasaran, kan?" "Iya. Maaf kalau begitu, saya akan mencari ke lantai tiga." "Ini sudah masuk jam makan siang, kenapa tidak makan siang dulu? bagimana kalau kita ke kantin dulu, makanan di kantin juga enak-enak, kok." "Oh, baik kalau begitu." Memang itu yang dimau Anita. Dia tidak mungkin mengawasi Adi sendirian, dia harus memanfaatkan sumberdaya, apalagi dilihat dari gelagatnya Heru purwanto, staf ahli direktur utama ini tertarik padanya dari pandangan pertama. "Dek Anita ken

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   318

    Pekerjaan Dhea sangat terbantu dengan keberadaan Anita di sampingnya. Adi yang baru datang dari Palembang juga hanya sesekali menemui Dhea untuk melihat dan membimbing pekerjaannya. Setiap ada kesempatan Dhea langsung melakukan video call dengan Naima. Sepertinya Bram juga meminta Ibrahim untuk mengirim Bik Siti dan Mang Khaidir membantu Naima mengasuh Angga membuat Dhea sedikit lega. Ini sudah hari ketiga suaminya ke luar kota, Bram hanya menghubunginya ketika malam tiba, alasannya karena kesibukan jadi tidak sempat untuk menghubungi. Dhea sebenarnya juga melakukan video call, tetapi Bram selalu menolak, dia bilang sedang bersama rekan kerja dari luar kota sehingga tidak enak jika melakukan panggilan video. Awalnya Dhea percaya saja, hingga di hari ketiga dia tidak sengaja melihat Fikri yang buru-buru keluar dari kantor dan memasuki mobil kijang Innova pada jam kantor, mobil yang tidak pernah dikendarainya sehingga tidak membuat siapapun akan menduga kalau itu adalah Fikri, tanga

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   317

    Di vidio terlihat Angga yang sedang tertidur dipangkuan Naima, sementara Azka tidur di bangku belakang. "Dia sudah tidur?" ujar Dhea sambil tersenyum mengamati putranya yang tertidur dengan lelap. "Iya, Bu. Baby Angga pinter banget, diperjalanan dia langsung tertidur. Ibu jangan kuatir, baby Angga akan saya rawat dengan baik. Ibu fokus dengan pekerjaan ibu, kalau di perusahaan sudah stabil, baru saya bawa kembali baby Angga ke jakarta, Bu. Kalau ibu kangen ibu bisa video call, ibu juga bisa berkunjung ke Palembang." Suster Naima tidak tega melihat Dhea yang sudah meleleh air matanya, bagaimana bisa tahan dipisahkan dengan anaknya yang masih bayi, apalagi Angga juga masih menyusui. "Baiklah, jaga baik-baik anak saya ya, Suster. Saya akan memerah ASI saya di sini, dan saya akan membayar orang untuk mengantar ke Palembang. Saya tidak ingin anak saya tidak diberi ASI saya, walaupun kini saya jauh, saya tidak bisa membiarkan dia tidak mendapatkan kasih sayang ibunya." Dhea mengak

  • Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja   316

    Dhea datang membawa segelas jus mangga yang masih penuh, belum diminum sama sekali, rencananya setelah dia duduk baru dia akan menikmati jus tersebut. "Minuman ini belum kamu minum kan, Sayang?" tanya Bram. "Belum." "Ayo, kita pulang!" "Ha? kok cepat nian, aku belum makan, belum minum." Dhea terkejut mendengar ajakan suaminya yang tampak terburu-buru, melihat jus mangga yang baru saja dia bawa membuatnya sangat sayang jika tidak diminum. "Jangan meminum jus itu, kita beli di luar saja!" Tanpa menghiraukan tatapan protes istrinya, Bram langsung mengamit tangan istrinya dan beranjak untuk pergi dari lokasi pesta. Dia tidak lupa berpamitan pada semua orang, terutama direksi yang menjadi panitia penyelenggara. "Saya pamit dulu, putra saya sedang kurang sehat dan terpaksa kami tinggal. Istri saya juga harus menyusuinya." Semua orang mengangguk dengan maklum keputusan Bram yang pergi terlebih dahulu meninggalkan lokasi pesta, semntara mendengar alasan suaminya Dhea juga m

DMCA.com Protection Status