26 Desember 2020
Nera menyadari bahwa tindakan yang diperintahkannya berisiko sangat tinggi. Bisa saja itu membuat Abiwangsa tertangkap. Terlebih lagi sampai detik ini belum ada kabar dari ayahnya itu. Mungkin Ayahnya memerlukan waktu sedikit lebih lama. Atau juga barangkali ayahnya sedang menikmati kemenangannya.
“Hei.” Nera memanggil dua ajudan yang ada di depannya itu. Mereka kemudian menanggapi panggilan dari Nera dan segera untuk menghadapnya.
“Apakah sudah ada kabar?” Nera kemudian lanjut bertanya kepada ajudannya itu.
“Belum tuan putri. Dari pasukan lain belum memberikan kabar juga.” Ajudan itu seperti khawatir dengan bosnya.
“Jika sudah berganti hari cepat hubungi markas polisi daerah. Tanyakan mengenai kejadian di sana.”
“Baik Tuan putri.” Ajudan itu kembali ke tempatnya.
Nera memejamkan mata. Berpikir tentang apa langkah selanjutnya. Tubuhnya yang belum stabil membuatnya tiak bisa banyak bertindak. Dia hanya bisa mengatur semua kegiantannya melalui kasur ini. Melalui perantara ajudan.
Rasanya Nera ingin segera membalaskan dendam kepada Ranggono. Atau jika sudah mati maka tujuannya beralih untuk menginjak-injak makamnya. Secara kasar lagi berharap semoga saja kuburannya tidak ditemukan. Atau mayatnya menghilang tanpa jejak.
“Hei tolong urus semua administrasi. Aku ingin langsung mencari Ayah.” Nera terlihat sangat ambisius untuk mengakhiri masa berdiamnya di rumah sakit.
“Tapi tuan putri belum sembuh.”
“Sudah ikuti saja apa mauku.”
“Baik tuan putri.”
Ajudan itu kemudian meninggalkan ruangan. Dia segera mendatangi ruangan administrasi. Tentunya jika orang umum akan sangat sulit untuk meminta pulang seperti itu. Hanya karena di dalam bajunya terpampang lambang Nera maka segera untuk diperbolehkan pulang.
Lambang Nera adalah huruf ‘N’ yang dicoret miring 45 derajat ke kanan. Warna pada hurufnya adalah ungu. Warna yang sama dengan kesukaan Nera. Pasukannya sangat banyak dipenjuru kota. Tapi kuasa Nera masih di bawah pengawasan Abiwangsa. Itulah kenapa belum banyak yang mengetahuinya.
Nera saat ini sudah meninggalkan ruangan dengan penjagaan yang ketat. Seperti sedang mengawal presiden, penjagaan Nera sangatlah luar biasa. Ini mengantisipasi akan terjadinya mata-mata yang hendak membunuhnya. Wajahnya sangat mudah dikenali karena terbiasa berbuat onar. Anak nakal yang dilindungi oleh Ayahnya.
Kenakalan itu membuat dirinya menjadi lebih ganas. Terlebih lagi Abiwangsa selalu memberikan tempat untuk Nera berbuat kejahatan. Jenis ayah yang sangat mendidik anaknya untuk meneruskan jejaknya.
Nera mendatangi rumahnya. Ternyata kabar dari pejaga bahwa Ayahnya belum kembali ke sini semenjak kemarin. Nera mulai khawatir terjadi sesuatu kepada ayahnya. Terlebih lagi dialah yang memerintahkan Abiwangsa untuk turun langsung dalam misi ini. Misi yang jelas-jelas membalaskan dendam kepada Ranggono.
Tetapi Nera kemudian langsung mendatangi kantor polisi dengan anggota lengkap. Polisi yang melihat ini turut terkejut karena markasnya didatangi oleh anak dari Abiwangsa.
“Ada apa tuan putri?”
“Bagaimana kemarin?”
“Jadi gini tuan putri. Saat kami datang pasukan bos hanya ada mobilnya saja. Itupun mereka terparkir di titik-titik yang diberikan oleh ajudan tuan putri. Sepertinya titik itu adalah gerbang masuk ke markas Raga. Saya tidak bisa bertindak karena Raga juga masih merupakan tuan saya. Tidak ada juga dalam perjanjian.”
“Tidak masalah. Anda sudah benar pak. Sekarang sepertinya saya hanya perlu jika ada laporan lain yang berkaitan dengan kami selama seminggu ke depan tolong abaikan.”
“Baik tuan putri.”
Nera kemudian kembali ke mobilnya dan pulang menuju rumahnya. “Sial sepertinya dia tertangkap.” Nera bergumam dalam hati memikirkan apa yang dibicarakan oleh polisi tadi.
“Baik tolong persiapkan rencana penyerangan lagi. Kali ini waktunya satu minggu. Berikan serangan kejut yang tidak terlihat.” Nera memerintahkan ajudannya untuk mempersiapkan pasuakan.
“Serangan kejut apalagi yang akan digunakan tuan putri?” Tiba-tiba dari arah samping datang penasehat Abiwangsa. Nera terkejut akan kehadirannya, tetapi ini adalah awal yang bagus untuk merencanakan penyerangan dengan sempurna.
2 Januari 2021Abiwangsa terduduk di penjara bawah tanah, menahan rasa sakit yang luar biasa. Dia tahu bahwa Ranggono telah menyiksanya dengan kejam. Tiba-tiba, pintu penjara terbuka dan Nera berdiri di sana."Ayah, aku datang untuk menyelamatkanmu," kata Nera dengan nada yang tegas.Abiwangsa terkejut. Dia percaya bahwa Nera akan datang untuk menyelamatkannya. "Tapi bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini?" tanyanya."Aku mendengar tentang apa yang terjadi dari polisi kepada pasukanmu," jawab Nera. "Aku tidak bisa membiarkanmu terus menderita."Abiwangsa tersenyum. Dia merasa sangat beruntung memiliki anak seperti Nera. "Terima kasih," katanya dengan suara tegas.Nera mengangguk dan menyuruh Abiwangsa untuk mengikutinya. Mereka berdua bergegas menuju markas Ranggono. Saat mereka tiba di sana, Abiwangsa merasa sangat marah. Dia bertekad untuk membalaskan dendamnya.Nera melihat ke arah Abiwangsa dan tersenyum. "Siap," katanya dengan nada yakin. "Kita pasti bisa melewati ini."Abiwang
14 Desember 2020 Raga tergeletak di tanah saat sebuah pisau menembus perutnya. Sayatan pisau merobek pipinya hingga bercucuran darah. Perbuatan itu tidak lain adalah ulah dari Nera. Pertemuan ini hanya alibinya saja untuk menghancurkan Raga. Setelah sebuah pisau menghunusnya, kali ini Raga tergeletak tak berdaya. “Aku kira tidak mungkin bagimu untuk berkhianat!” Raga berusaha mengucapkan dengan jelas walau rasa sakit yang dirasakannya. “Namun ternyata kamu memang bedebah.” Kali ini Raga benar-benar marah sekali. Hanya saja tidak banyak energi yang dimilikinya untuk memberontak Nera. Pagi tadi Nera mengajak Raga untuk bertemu karena baru saja pulang dari luar negeri. Raga tentunya mempercayai Nera dengan senang hati, hingga tiba saat dimana Nera ternyata berkhianat. Belum terucap sepatah kata dari bibir Raga, pelukan rindu itu ternyata berujung petaka. Dimanfaatkan dengan baik oleh Nera yang sudah menyiapkan sebuah pisau. “Bajingan sepertimu tidak mungkin aku kalahkan dengan cara
14 Desember 2020 Nera tersenyum melihat rencana ini, meskipun mengancam nyawanya sendiri. Raga tidak sebodoh itu, atau mungkin dia memang bodoh, namun Ranggono masih mampu berpikir waras. Tidak mungkin Raga dibiarkan pergi menemui Nera yang dahulu pesaingnya, walaupun kini berstatus kekasih. Ranggono membalik keadaan menjadi mengancam. Sekarang pilihannya adalah tembak atau tahan. Bunuh atau lepaskan Nera. Nera benar-benar terkepung. Dia melihat sekelilingnya, semua pasukannya sudah tergeletak tak berdaya. Tidak ada jalan keluar selain menyerah. "Sial, rupanya aku dijebak." Nera berkata dengan nada sedikit mengejek. Nyawanya berada di ujung tanduk, satu tembakan saja bisa membuatnya melayang. Mobil-mobil pasukan Ranggono mulai berdatangan, dan Nera tahu bahwa jika ia tidak menyerah, nyawanya tidak akan selamat. "Aduh Tuan Putri, sayang sekali bahwa Om-om yang jaga telah meninggal. Kasian sekali," kata Ranggono dengan tertawa jahat. Dia sangat menyayangkan bahwa Nera terlalu gegabah
14 Desember 2020 Interpol Kevin Klause mendapatkan laporan bahwa ada keributan di tepi kota. Keributan itu dilaporkan oleh salah satu saksi mata yang melihat kejadian itu. Kevin kemuadian bergegas untuk menuju ke TKP. Mobil polisi itu mengeluarkan sirene untuk menyatakan keadaan darurat agar seluruh kendaraan membuka jalan. Kevin mulai menancapkan gasnya dengan kencang. Inilah yang dimaksudkan dengan bakat racing seorang Interpol. Luar biasa kencang. Polisi luar negeri bersama jalanan rusak di Indonesia.Kevin bergegas keluar dari mobilnya melihat ada empat orang tergeletak di jalanan. “Kosongkan seluruh akses ke jalan ini!!” Kevin memerintahkan beberapa pasukannya untuk menutup jalan. “Telepon ambulan segera!!” Nadanya sangat keras karena kondisi yang tidak kondusif di TKP. Para pasukan lalu-lalang membersihkan TKP. Para penyidik mulai mengidentifikasi segala bukti yang ada untuk dijadikan alat penyidikan.Kevin mengamati sekitar untuk menduga siapa yang berbuat onar. Kanan dan kiri
20 Desember 2020Dokter keluar ruangan dengan diikuti asistennya. Abiwangsa masih duduk menantikan kabar terbaru dari Dokter. “Nera sudah sedikit membaik. Baru saja dia sadarkan diri.” Kali ini kabar baik membuat Abiwangsa tersenyum. Kekejaman dan pembunuh berdarah dingin hanya julukan untuk semua pesaingnya, namun untuk si anak gadisnya dia hanya bapak-bapak yang tidak berdaya apa-apa. “Terimakasih.” Abiwangsa segera masuk dengan tergesa-gesa.Pintu ruangan tebuka dan sedang terbaring Nera dengan beberapa bagian tubuhnya yang dibalut perban. Operasi yang dialaminya sangat berat. Tembakan itu mengenainya dengan jarak yang lumayan dekat. Nyawanya bisa saja tidak tertolong, bahkan peluang kematian Nera jauh lebih besar daripada Raga.“Gimana udah enakan?” Abiwangsa menanyakan Nera dengan nada yang khawatir. Nera hanya tersenyum kecil melihat raut wajah khawatir ayahnya. “Sejak kapan ayah mengkhawatirkanku? Pasti takut aku mati ya.”. Bersama dengan itu Nera berusaha untuk bangun dari tem
25 Desember 2020Kevin berkeliling menikmati suasana natal dan tahun baru. Orang-orang banyak yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Banyak juga hiasan natal disegala penjuru. “Sepertinya masih sama. Pembangunan gereja di sini masih sangat minim.” Kevin berkeluh dalam hati. Walaupun dirinya bukanlah umat yang patuh, tapi melihat agamanya sering jadi bahan permasalahan di negeri ini, tentunya Kevin turut bersedih. Berharap negeri adil kepada seluruh agama seperti janji dan sumpahnya pada Pancasila dan undang-undang.Masih melanjutkan perjalanannya dengan kecepatan yang rendah, mobil kesayangannya saat ini hanya berada di kecepatan 40 kilometer per jam. Disela kenikmatannya, Kevin melihat ada tiga mobil hitam yang sudah terparkir di kanan jalan. Tepatnya berada di sela-sela dua Gedung yang berdiri hampir sejajar. Bagian depan hanya terlihat cukup untuk dua mobil saja, namun bagian belakangnya mungkin muat untuk banyak mobil. “Gedung apa ini?” Kevin bergumam dalam hati. “Rasanya b
25 Desember 2020Abiwangsa menyiapkan pasukan untuk menyerang Ranggono dikediamannya. Sayangnya bukan hanya Raga yang memiliki bantuan polisi, Nera juga sudah menyuap polisi untuk tidak ikut campur masalah ini. Itulah mengapa laporan dari Kevin diabaikan begitu saja. Polisi daerah setempat tidak terlalu perduli pada laporan kosong itu. Mereka masih bersantai saja di kantor dan akan mulai bergerak sesuai kesepalatan dengan Abiwangsa.“Seluruh pasukan sudah bersiap?” Abiwangsa mengomandoi sendiri jalannya penyerangan ini.Ouh iya. Misi natal ini adalah misi yang luar biasa besarnya. Perencanaan balas dendam hanya dengan persiapan lima hari. Nera meminta Abiwangsa untuk turun langsung dengan menjadi pemimpin penyerangan. Abiwangsa tentu senang harus terlibat langsung. Semenjak kehadiran Nera dalam hidupnya, Abiwangsa tidak pernah lagi merasakan panasnya medan pertempuran. Si pembunuh berdarah dingin itu sepertinya sedang merindukan masa lalunya.“Pak semuanya siap.” Ajudan pribadinya itu
28 Desember 2020Tubuhnya kini memar sebagian. Mukanya sudah tidak beraturan lebam akibat pukulan dari para penjaga penjara. Jika satu lawan satu mungkin saja mereka sudah habis. Sayangnya tangan dan kaki diikat disebuah penyangga. Abiwangsa kemudian dihajar habis-habisan. Mereka semua tertawa, sedangkan Abiwangsa dalam hatinya penuh amarah luar biasa. Mungkin jika dia lepas nyawa para manusia-manusia itu sudah melayang entah kemana.Saat ini Abiwangsa hanya menikmati pandangan matanya yang sudah mulai membaik. Hidungnya masih terus mengeluarkan darah. Sedangkan lidahnya terus merasakan asin darah. Sungguh penyiksaan yang luar biasa. Rencana Abiwangsa untuk menyerang itu membuahkan sebuah kegagalan. Kegagalan besar. Persiapan lima hari ternyata tidak bisa membuat Ranggono hancur. Kehebatannya perlu diakui.Dari tangga turun Ranggono dengan membawa secangkir teh. Uapnya terlihat, sepertinya itu masih hangat. Atau saja baru dituangkan. Langkahnya semakin mendekat ke sel Abiwangsa. Tatap
2 Januari 2021Abiwangsa terduduk di penjara bawah tanah, menahan rasa sakit yang luar biasa. Dia tahu bahwa Ranggono telah menyiksanya dengan kejam. Tiba-tiba, pintu penjara terbuka dan Nera berdiri di sana."Ayah, aku datang untuk menyelamatkanmu," kata Nera dengan nada yang tegas.Abiwangsa terkejut. Dia percaya bahwa Nera akan datang untuk menyelamatkannya. "Tapi bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini?" tanyanya."Aku mendengar tentang apa yang terjadi dari polisi kepada pasukanmu," jawab Nera. "Aku tidak bisa membiarkanmu terus menderita."Abiwangsa tersenyum. Dia merasa sangat beruntung memiliki anak seperti Nera. "Terima kasih," katanya dengan suara tegas.Nera mengangguk dan menyuruh Abiwangsa untuk mengikutinya. Mereka berdua bergegas menuju markas Ranggono. Saat mereka tiba di sana, Abiwangsa merasa sangat marah. Dia bertekad untuk membalaskan dendamnya.Nera melihat ke arah Abiwangsa dan tersenyum. "Siap," katanya dengan nada yakin. "Kita pasti bisa melewati ini."Abiwang
26 Desember 2020Nera menyadari bahwa tindakan yang diperintahkannya berisiko sangat tinggi. Bisa saja itu membuat Abiwangsa tertangkap. Terlebih lagi sampai detik ini belum ada kabar dari ayahnya itu. Mungkin Ayahnya memerlukan waktu sedikit lebih lama. Atau juga barangkali ayahnya sedang menikmati kemenangannya.“Hei.” Nera memanggil dua ajudan yang ada di depannya itu. Mereka kemudian menanggapi panggilan dari Nera dan segera untuk menghadapnya.“Apakah sudah ada kabar?” Nera kemudian lanjut bertanya kepada ajudannya itu.“Belum tuan putri. Dari pasukan lain belum memberikan kabar juga.” Ajudan itu seperti khawatir dengan bosnya.“Jika sudah berganti hari cepat hubungi markas polisi daerah. Tanyakan mengenai kejadian di sana.”“Baik Tuan putri.” Ajudan itu kembali ke tempatnya.Nera memejamkan mata. Berpikir tentang apa langkah selanjutnya. Tubuhnya yang belum stabil membuatnya tiak bisa banyak bertindak. Dia hanya bisa mengatur semua kegiantannya melalui kasur ini. Melalui peranta
28 Desember 2020Tubuhnya kini memar sebagian. Mukanya sudah tidak beraturan lebam akibat pukulan dari para penjaga penjara. Jika satu lawan satu mungkin saja mereka sudah habis. Sayangnya tangan dan kaki diikat disebuah penyangga. Abiwangsa kemudian dihajar habis-habisan. Mereka semua tertawa, sedangkan Abiwangsa dalam hatinya penuh amarah luar biasa. Mungkin jika dia lepas nyawa para manusia-manusia itu sudah melayang entah kemana.Saat ini Abiwangsa hanya menikmati pandangan matanya yang sudah mulai membaik. Hidungnya masih terus mengeluarkan darah. Sedangkan lidahnya terus merasakan asin darah. Sungguh penyiksaan yang luar biasa. Rencana Abiwangsa untuk menyerang itu membuahkan sebuah kegagalan. Kegagalan besar. Persiapan lima hari ternyata tidak bisa membuat Ranggono hancur. Kehebatannya perlu diakui.Dari tangga turun Ranggono dengan membawa secangkir teh. Uapnya terlihat, sepertinya itu masih hangat. Atau saja baru dituangkan. Langkahnya semakin mendekat ke sel Abiwangsa. Tatap
25 Desember 2020Abiwangsa menyiapkan pasukan untuk menyerang Ranggono dikediamannya. Sayangnya bukan hanya Raga yang memiliki bantuan polisi, Nera juga sudah menyuap polisi untuk tidak ikut campur masalah ini. Itulah mengapa laporan dari Kevin diabaikan begitu saja. Polisi daerah setempat tidak terlalu perduli pada laporan kosong itu. Mereka masih bersantai saja di kantor dan akan mulai bergerak sesuai kesepalatan dengan Abiwangsa.“Seluruh pasukan sudah bersiap?” Abiwangsa mengomandoi sendiri jalannya penyerangan ini.Ouh iya. Misi natal ini adalah misi yang luar biasa besarnya. Perencanaan balas dendam hanya dengan persiapan lima hari. Nera meminta Abiwangsa untuk turun langsung dengan menjadi pemimpin penyerangan. Abiwangsa tentu senang harus terlibat langsung. Semenjak kehadiran Nera dalam hidupnya, Abiwangsa tidak pernah lagi merasakan panasnya medan pertempuran. Si pembunuh berdarah dingin itu sepertinya sedang merindukan masa lalunya.“Pak semuanya siap.” Ajudan pribadinya itu
25 Desember 2020Kevin berkeliling menikmati suasana natal dan tahun baru. Orang-orang banyak yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Banyak juga hiasan natal disegala penjuru. “Sepertinya masih sama. Pembangunan gereja di sini masih sangat minim.” Kevin berkeluh dalam hati. Walaupun dirinya bukanlah umat yang patuh, tapi melihat agamanya sering jadi bahan permasalahan di negeri ini, tentunya Kevin turut bersedih. Berharap negeri adil kepada seluruh agama seperti janji dan sumpahnya pada Pancasila dan undang-undang.Masih melanjutkan perjalanannya dengan kecepatan yang rendah, mobil kesayangannya saat ini hanya berada di kecepatan 40 kilometer per jam. Disela kenikmatannya, Kevin melihat ada tiga mobil hitam yang sudah terparkir di kanan jalan. Tepatnya berada di sela-sela dua Gedung yang berdiri hampir sejajar. Bagian depan hanya terlihat cukup untuk dua mobil saja, namun bagian belakangnya mungkin muat untuk banyak mobil. “Gedung apa ini?” Kevin bergumam dalam hati. “Rasanya b
20 Desember 2020Dokter keluar ruangan dengan diikuti asistennya. Abiwangsa masih duduk menantikan kabar terbaru dari Dokter. “Nera sudah sedikit membaik. Baru saja dia sadarkan diri.” Kali ini kabar baik membuat Abiwangsa tersenyum. Kekejaman dan pembunuh berdarah dingin hanya julukan untuk semua pesaingnya, namun untuk si anak gadisnya dia hanya bapak-bapak yang tidak berdaya apa-apa. “Terimakasih.” Abiwangsa segera masuk dengan tergesa-gesa.Pintu ruangan tebuka dan sedang terbaring Nera dengan beberapa bagian tubuhnya yang dibalut perban. Operasi yang dialaminya sangat berat. Tembakan itu mengenainya dengan jarak yang lumayan dekat. Nyawanya bisa saja tidak tertolong, bahkan peluang kematian Nera jauh lebih besar daripada Raga.“Gimana udah enakan?” Abiwangsa menanyakan Nera dengan nada yang khawatir. Nera hanya tersenyum kecil melihat raut wajah khawatir ayahnya. “Sejak kapan ayah mengkhawatirkanku? Pasti takut aku mati ya.”. Bersama dengan itu Nera berusaha untuk bangun dari tem
14 Desember 2020 Interpol Kevin Klause mendapatkan laporan bahwa ada keributan di tepi kota. Keributan itu dilaporkan oleh salah satu saksi mata yang melihat kejadian itu. Kevin kemuadian bergegas untuk menuju ke TKP. Mobil polisi itu mengeluarkan sirene untuk menyatakan keadaan darurat agar seluruh kendaraan membuka jalan. Kevin mulai menancapkan gasnya dengan kencang. Inilah yang dimaksudkan dengan bakat racing seorang Interpol. Luar biasa kencang. Polisi luar negeri bersama jalanan rusak di Indonesia.Kevin bergegas keluar dari mobilnya melihat ada empat orang tergeletak di jalanan. “Kosongkan seluruh akses ke jalan ini!!” Kevin memerintahkan beberapa pasukannya untuk menutup jalan. “Telepon ambulan segera!!” Nadanya sangat keras karena kondisi yang tidak kondusif di TKP. Para pasukan lalu-lalang membersihkan TKP. Para penyidik mulai mengidentifikasi segala bukti yang ada untuk dijadikan alat penyidikan.Kevin mengamati sekitar untuk menduga siapa yang berbuat onar. Kanan dan kiri
14 Desember 2020 Nera tersenyum melihat rencana ini, meskipun mengancam nyawanya sendiri. Raga tidak sebodoh itu, atau mungkin dia memang bodoh, namun Ranggono masih mampu berpikir waras. Tidak mungkin Raga dibiarkan pergi menemui Nera yang dahulu pesaingnya, walaupun kini berstatus kekasih. Ranggono membalik keadaan menjadi mengancam. Sekarang pilihannya adalah tembak atau tahan. Bunuh atau lepaskan Nera. Nera benar-benar terkepung. Dia melihat sekelilingnya, semua pasukannya sudah tergeletak tak berdaya. Tidak ada jalan keluar selain menyerah. "Sial, rupanya aku dijebak." Nera berkata dengan nada sedikit mengejek. Nyawanya berada di ujung tanduk, satu tembakan saja bisa membuatnya melayang. Mobil-mobil pasukan Ranggono mulai berdatangan, dan Nera tahu bahwa jika ia tidak menyerah, nyawanya tidak akan selamat. "Aduh Tuan Putri, sayang sekali bahwa Om-om yang jaga telah meninggal. Kasian sekali," kata Ranggono dengan tertawa jahat. Dia sangat menyayangkan bahwa Nera terlalu gegabah
14 Desember 2020 Raga tergeletak di tanah saat sebuah pisau menembus perutnya. Sayatan pisau merobek pipinya hingga bercucuran darah. Perbuatan itu tidak lain adalah ulah dari Nera. Pertemuan ini hanya alibinya saja untuk menghancurkan Raga. Setelah sebuah pisau menghunusnya, kali ini Raga tergeletak tak berdaya. “Aku kira tidak mungkin bagimu untuk berkhianat!” Raga berusaha mengucapkan dengan jelas walau rasa sakit yang dirasakannya. “Namun ternyata kamu memang bedebah.” Kali ini Raga benar-benar marah sekali. Hanya saja tidak banyak energi yang dimilikinya untuk memberontak Nera. Pagi tadi Nera mengajak Raga untuk bertemu karena baru saja pulang dari luar negeri. Raga tentunya mempercayai Nera dengan senang hati, hingga tiba saat dimana Nera ternyata berkhianat. Belum terucap sepatah kata dari bibir Raga, pelukan rindu itu ternyata berujung petaka. Dimanfaatkan dengan baik oleh Nera yang sudah menyiapkan sebuah pisau. “Bajingan sepertimu tidak mungkin aku kalahkan dengan cara