Share

52. Tamu Yang Dikenal

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-17 08:24:40

Keenan spontan menoleh ke arah tamu yang menyapa dengan pertanyaan straight to the point barusan. Sementara Lily menundukkan kepala sembari mempersiapkan mental untuk jawaban yang akan dilontarkan oleh suaminya.

“Kau usil sekali bertanya,” celetuk yang lain sambil terus memperhatikan Lily dengan mata keranjangnya. “Keenan baru saja membuka diri. Kau malah menggodanya begini.”

Orang tadi pun tergelak. “Ya ya. Aku hanya bertanya. Ternyata pilihan teman kita ini lumayan juga. Aku suka.”

“Apa aku minta pendapatmu?” serang Keenan dengan wajah datarnya.

Sontak dua orang yang ada di hadapannya itu tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Sama sekali tak tersinggung dengan sikap Keenan barusan karena sudah mengenal karakternya sejak awal.

“Apa kau tak mau mengenalkan nona ini pada kami, hemm??”

“Ayo kita pergi,” kata Keenan yang lekas memacu langkahnya melewati dua orang tamu undangan tadi.

Ya. Setidaknya Lily bisa bernapas lega karena Keenan tidak menj
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Papa Baru untuk Anakku   53. Di Lantai Dansa

    “Kau datang dengan siapa?”Lisna menunjuk ke arah Dokter Faisal yang kebetulan pula sedang melambaikan tangan ke arah mereka. “Seharusnya kita bisa datang bersama tadi.” Keenan hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Sementara Lisna kembali melanjutkan obrolan dan menguasai perhatian suami Lily itu dengan tingkah posesifnya. Sama sekali tak mempedulikan ada wanita lain yang sedang membersamai mereka. Sungguh rasanya Lily benar-benar sedih. Bagaimana tidak. Dirinya merasa diabaikan ketika dua orang itu mengobrol. Hingga panggilan seseorang dari arah sebelah kanan membuat istri Keenan tersebut lekas tersenyum.“Pak Dimas?” Dahinya berkerut saat melihat Dimas menggandeng seorang wanita paruh baya yang juga sedang berjalan menuju ke arahnya. Lily spontan mengulurkan tangan dan menyalami orang yang dipanggil ‘bunda’ oleh Dimas itu. Senyuman khas nan hangat yang ia dapati membuatnya merasakan sedikit ketenangan dari sekian banyak kewaspadaan yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17
  • Papa Baru untuk Anakku   54. Dia Istriku

    “Tangannya begini,” kata Lily yang sedari tadi tak pernah memudarkan senyum di wajah cantiknya.Dimas terkekeh sesaat. Namun, mau tak mau dirinya mengimbangi gerakan lincah Lily. Tempo musik pun semakin cepat. Memaksa ia untuk melakukan sesuai dengan tuntutan.“Aku takut kakiku terinjak oleh sendalmu,” kata Dimas yang sesekali melirik ke arah bawah. Baru saja mengucapkan demikian, pria itu meringis saat salah satu sendal milik Lily menginjak sepatu kanannya. Beruntung ujung tumitnya tidak runcing. Sakitnya masih bisa ditoleransi.“Maaf, Pak.” Refleks Lily menurunkan kedua tangannya.Dimas mengangguk singkat. “Aku ternyata terlalu percaya diri.”“Jadi bagaimana? Kita sudahi saja ya.”“Iya,” sahut Dimas cepat. Dia lantas meninggalkan lantai dansa terlebih dahulu. Berharap Lily menyusul di belakangnya. Sayang, wanita cantik itu malah terjebak di antara beberapa pasangan dansa yang mulai menutupi jalan keluarnya.“Keenan, kau mau ke mana?” tanya Lisna begitu Ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Papa Baru untuk Anakku   55. Sisa 42 Hari Lagi

    Sepanjang perjalanan menuju pulang Lily hanya diam. Ya memang sebenarnya ketika di samping sang suami dia tak banyak bicara juga. Namun, Keenan yang kini meliriknya menyimpulkan arti berbeda. Wanita yang dinikahinya dengan perjanjian itu tampak murung. “Kau tak suka karena bunda Dimas tahu hubungan kita? Apa kau patah hati?” serang Keenan straight to the point. Lily sontak memutar kepalanya ke arah samping. “Patah hati?” Dia terkekeh samar. “Jangan sok tahu.” Jawaban ketus barusan malah membuat Keenan bertambah kesal. “Jangan berbohong. Bilang saja bahwa kau ingin menggodanya. Berharap kalian bisa memiliki hubungan lebih. Begitu ‘kan?” “Ck. Aku enggak pernah mikir ke sana ya, Bang. Bisa enggak berhenti nuduh yang jelek tentang aku? Emangnya janda selalu buruk ya di mata kalian?” Suaranya mulai serak. Sang sopir yang tengah mengemudi pun mengintip dari kaca dashboard, tetapi kembali fokus pada jalanan begitu Keenan menatap tajam padanya. “Kalau gitu kenapa?” tembak Keenan langsung

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Papa Baru untuk Anakku   56. Pencegah Kehamilan?

    “Kembalikan, Bang.” Alih-alih mendengarkan permintaan barusan, Keenan malah meremas strip berisi butiran pil kecil itu dengan telapak tangan besarnya. Membuat Lili menggeleng lemah dan pasrah.“Untuk apa kau minum ini, hah??” sentak Keenan melemparkan benda yang sudah tak berbentuk tadi ke lantai. “Agar kau bebas menjajakan tubuhmu di luar sana. Iya ‘kan?? Jawab!!”PLAK!! Habis sudah kesabaran Lily. Dia sempat kaget karena tangannya spontan menampar wajah Keenan. Napasnya memburu diiringi dengan tangis meluapkan rasa pilu di hati.“Cukup, Bang. Berhenti menghinaku!!” ucapnya dengan air mata yang sudah menggenang. “Abang bukan siapa-siapa yang berhak menghakimiku. Ingat ya. Status kita memang suami istri, tetapi semuanya hanya di atas kertas.”“Kau sudah berani, hah??”“Aku hanya wanita lemah yang sedang mempertahankan harga diri,” jawab Lily dengan tubuh yang mulai gemetar. Kali ini dia tak ingin ditindas lagi. “Tahu kenapa aku minum obat pencegah kehamila

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Papa Baru untuk Anakku   57. Jangan Menghindar

    Ya. Memang bukan sang mantan suami yang menjawab, tetapi seorang wanita yang suaranya begitu ia kenali. Lily menghela napas singkat sebelum akhirnya dia menyahut sapaan di seberang sana juga.“Halo, aku … Lily.” Hening. Tidak ada jawaban dari orang tadi. Namun, setelah beberapa detik dia mendengar baalsan lagi.[“Oh mantan istrinya Adrian ternyata. Ada apa? Butuh duit ‘kah? Tidak tahu apa kalau bisnis Adrian hampir kolaps, heh?”]“Maaf, aku tidak ada urusan denganmu. Aku ingin bicara tentang anak kami. Tolong berikan ponselnya pada Mas Adrian,” ucap Lily dengan suara datar. Dia berusaha menepis rasa kesal pada orang tadi.[“Adrian sedang meeting. Sayangnya dia tidak ada waktu mengurusi kalian lagi.”]“Bella!” sentak Lily yang sudah geram. Terdengar suara kekehan dari arah sana.[“Lain kali saja ya. Bye!”] Lily berdecak kesal lantaran panggilan tadi terputus begitu saja. Dia tak mau menyerah. Dengan cepat jemarinya mengetikkan pesan pada nomor

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Papa Baru untuk Anakku   58. Perubahan Keenan

    “Apa Tuan mencari Nyonya lagi?” tanya Mbok Jum yang sudah mengulum senyumnya.Keenan bergumam dengan masih menampilkan wajah galaknya. Namun, bagi wanita paruh baya yang sudah lama mengasuh pria itu pemandangan sekarang bukan apa-apa. Dirinya sudah terbiasa melihat kemarahan dan emosi dari orang yang sama pula. Jadilah dia tak terlalu pusing. Berbeda dengan para pelayan lain yang sudah ketar-ketir duluan.“Kenapa? Apa ada yang salah dengan diriku, hemm?” tanya Keenan dengan ketus.Mbok Jum menggeleng. Sambil tetap pada wajah penuh senyum dia berkata, “Nyonya masuk shift malam. Jadi pulangnya besok pagi.”“Sial. Kenapa dia tidak berkabar??” Keenan pun jadi berang.“Maaf, Tuan. Sepertinya Nyonya mungkin keliru. Apalagi saya mengatakan kalau Tuan tidak pulang malam ini. Jadi Nyonya hanya pamit pada Tuan muda Farel saja.”“Kenapa Mbok memandangku begitu?” tanyanya tak suka.Mbok Jum menunduk lalu menjawab, “Maaf, Tuan. Sepertinya akhir-akhir ini Tuan sering sekali kehilangan Nyonya. Padah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Papa Baru untuk Anakku   59. Tidur Di Sini Saja

    Keenan terus menolak segala saran yang disampaikan oleh asistennya. Hingga tak terasa sudah sepuluh menit mereka berbincang hanya membahas seputar masalah hadiah saja. Itu pun akan terus berlanjut jika sekretarisnya tidak muncul sekarang.“Maaf, Tuan. Saya hanya menyerahkan map yang Anda perintahkan tadi,” kata perempuan tersebut sambil menundukkan kepala. Keenan hanya bergumam sembari kode agar sang sekretaris meletakkan benda tadi di atas meja.Tiba-tiba saja Bagas, asistennya malah menyeletuk, “Tuan, bagaimana kalau kita tanya dia saja?”Keenan mendengkus pelan. Melihat sekretarisnya terkesiap ketika ditunjuk sekilas. “Jangan dengarkan dia. Kau pergilah.”“Sa-saya permisi.” Masih belum sesuai dengan apa yang ada di pikirannya. Keenan berjalan cepat dengan sesekali melirik pada Bagas yang saat ini hampir depresi. Bagaimana tidak. Ia dituntut oleh si bos untuk menemukan ide sampai berada di parkiran. Sayang, perjalanan yang tersisa hanya beberapa langkah l

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Papa Baru untuk Anakku   60. Keenan Yang Galau

    Tanpa sepengetahuan Lily, Keenan kini menahan senyumnya. Lantas segera naik ke atas ranjang dengan posisi membelakangi. Tak mengatakan apa-apa setelah istrinya itu terdiam cukup lama. Getaran tak jauh dari tempatnya sekarang menandakan bahwa Lily sudah ada di sana. Tepat di sampingnya sekarang. Suasana pun hening seperti biasa selama beberapa detik ke depan. Jam hampir menunjukkan waktu tengah malam. Namun, Keenan tetap masih terjaga. Setelah meyakinkan diri bahwa wanita di dekatnya sudah tertidur, barulah dia berbalik. Cantik. Satu kata barusan yang ia teriaki di dalam hati seolah mewakili pemandangan di depan mata saat ini. Bagaimana Lily tidur dengan posisi meringkuk yang ternyata malah menghadapnya. Bahkan tanpa sadar tangan Keenan hampir menyentuh helaian anak rambut sang istri, hanya tinggal satu sentimeter jarak mereka hingga pria dingin itu menarik tangannya dengan cepat.***Entah jam berapa Keenan tertidur malam tadi. Y

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-20

Bab terbaru

  • Papa Baru untuk Anakku   141. Keluarga Yang Hangat (TAMAT)

    “Maafkan aku karena telah membuatmu hamil.” Pernyataan barusan membuat Lily yang tengah kesakitan sontak tertawa. Tak pelak sopir yang juga ikut mendengarnya terbahak tanpa sadar. “Abang?” rengek Lily di sela-sela kontraksi yang memelan sekejap. “Enggak pa-pa. Aku bisa. Jangan cengeng dong. Anak kita mau lahir. Masa’ papanya nangis.” “Iya, Tuan. Harus semangat supaya Nyonya kuat lahirannya.” Sang sopir juga tak mau kalah memberikan dukungan. “Kalian benar.” Keenan menyeka cepat air matanya yang sudah membasahi pipi. “Aku harus mendampingimu di ruang bersalin nanti. Kalau dokter melihatku lemah, mereka tidak akan mengijinkanku masuk.” Lily tersenyum mendengar ucapan suaminya. Tak berapa lama mobil pun tiba di tempat tujuan. Keenan pun memekik dari arah luar agar para petugas menyiapkan kursi roda untuk istri tercintanya. Seorang bidan yang kebetulan bertugas shift sore memeriksa jalan lahir Lily. Lantas mengatakan, “Ini masih pembukaan sembilan lebih. Sebentar lagi waktunya ber

  • Papa Baru untuk Anakku   140. Menjelang Persalinan

    “Hai, Tante!” sapa Farel sembari melambaikan tangannyan ke arah Lisna. Bocah polos itu bahkan sudah bergerak untuk salim pada wanita yang ada di depan mereka. Lisna pun mengangguk sambil tersenyum. “Kau sudah semakin besar ya.” “Iya dong,” sahut Farel cepat. “Aku juga mau punya adik.” “Ya.” Lagi-lagi Lisna hanya bisa mengangguk saja. Dia pun menoleh pada Lily lalu berkata, “Selamat ya atas kehamilannya.” “Terimakasih.” Kali ini Keenan yang menjawab dengan sorot mata tidak bersahabat. Dia masih menyimpan amarah atas perbuatan Lisna kala itu. “Maafkan aku.” “Sudahlah. Jangan dipikirkan lagi,” kata Lily yang kini sudah tersenyum manis. “Kamu apa kabar?” “Aku … baik.” Tak lama setelah itu mereka mendengar nama Lisna yang dielukan oleh seseorang. Semuanya sontak menoleh. “Sayang, kamu di sini?” Dimas. Pria tersebut terlonjak kaget begitu melihat tiga orang yang sekarang bersama Lisna. Dia pun jadi salah tingkah. “A-aku dan Dimas —” “Bulan depan kami akan tunangan,” potong Dima

  • Papa Baru untuk Anakku   139. Lily Yang Manja

    Farel sangat bersemangat bercerita dengan Adrian tentang kabar janin yang dikandung oleh sang mama. Dia bahkan sama sekali tak menggubris kue dan camilan yang disediakan di atas meja. Seperti biasa. Suaranya selalu mendominasi di antara para orang dewasa.“Wah. Papa turut senang karena sebentar lagi kamu mau jadi seorang kakak.” Adrian merespon dengan kuluman senyumnya. Lantas dia menoleh ke arah Lily yang tengah mengusapi perut buncitnya. Jujur kalau memang sampai sekarang rasa cinta itu masih belum memudar.“Ya sudah. Papa antar kau ke atas untuk bersiap-siap ya.” Keenan bangkit dari duduknya lalu menggamit tangan Farel. Meninggalkan Lily bersama Adrian yang masih berada di ruang tengah. Suasana berubah menjadi hening. Hingga kemudian Adrian memilih untuk berbicara terlebih dahulu. Dia tersenyum getir menyaksikan sang mantan istri yang kini sedang berbadan dua.“Selamat ya untuk kehamilan kamu.”“Makasih, Mas.” Lily mengangguk sambil tersenyum. “Jangan lu

  • Papa Baru untuk Anakku   138. Persiapan Tujuh Bulanan

    “…, ya. Dia laki-laki seperti dirimu.”“Laki-laki?” ucap Farel mengulang pernyataan sang dokter. Pria berjas putih itu mengangguk singkat sambil tersenyum.“Kau senang?” tanya Keenan yang dilangsung diiyakan oleh Farel tanpa jeda.“Aku punya teman. Yeay!!” soraknya lagi. Setelahnya dokter pun menginformasikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan pada Lily dan Keenan. Kini pasangan suami istri tersebut saling menggenggam sembari tersenyum penuh.“Usia kehamilan Anda sudah masuk 22 minggu. Semoga prediksi jenis kelamin tetap tidak berubah ya.”“Kalaupun adikku perempuan tidak masalah,” celetuk Farel masih dengan keceriaan yang sama. “Nanti aku bisa minta papa untuk—”“Sayang?” potong Keenan cepat. “Tali sepatumu terlepas.” Atensi bocah usia empat tahunan itu pun teralihkan. Beruntung percakapan tadi tidak berlanjut. Kalau tidak bisa dipastikan bahwa Keenan dan Lily akan merasa malu. Tahu bahwa anak mereka tersebut mengutarakan hal yang menggelikan.“Makanya

  • Papa Baru untuk Anakku   137. Detak Cinta

    “Aku mau adik laki-laki,” ucap Farel ketika keluarga kecil mereka baru saja beristirahat usai berjibaku di dalam kolam renang. Matanya berbinar ketika ikut meletakkan tangan di perut buncit sang mama. “Sepertinya kau yakin sekali,” goda Keenan yang kini sudah menempelkan telinga di bagian sisi perut yang lain. Pria itu mengerjap ketika merasakan sesuatu menendang dari dalam sana. Membuat dia dan Farel terkekeh serempak lalu sibuk berdebat tentang jenis kelamin calon anggota keluarga baru mereka tersebut. “Tuh ‘kan? Dia bilang kalau akan menjadi temanku bermain badminton nanti.” Kali ini Farel justru merasa sangat percaya diri dengan tebakannya. Sementara Lily hanya tersenyum sembari mendengar dua pria beda usia yang dicintainya itu berdebat terus-terusan. Pemandangan indah yang sudah lama ia dambakan sejak jauh hari. Tak lama kemudian dirinya menyingkirkan tangan mereka dan bersiap hendak bangkit dari kursi. “Ma, katakan kalau adikku laki-laki,” rengek Farel yang ham

  • Papa Baru untuk Anakku   136. Jangan Jadi Ayah Seperti Daddy

    “Om minta maaf ya.” Namun, Keenan masih membungkam mulutnya. Sama sekali tak menggubris permintaan maaf dari pria paruh baya tersebut. Sementara Lily yang memang gampang sekali kasiha menatap wajahnya dengan iba.“Bang, kasihan sama Dokter Faisal.” Lily meremas lembut telapak tangan suaminya agar respon. Barulah Keenan berdecak pelan lalu menoleh ke arah tamu yang tak diharapkannya itu.“Om tidak salah apa-apa.”“Iya, Nak, tapi Lisna—”“Itu tidak ada sangkut pautnya dengan Om,” tegas Keenan dengan rahang yang sudah mengetat. “Dari dulu Om selalu menutupi kesalahannya. Memanjakannya dan selalu jadi tameng. Lihatlah sekarang! Dia bahkan hampir menjadi seorang pembunuh. Untungnya janin di kandungan istriku bisa selamat.”“Lily hamil?” Dokter Faisal semakin merasa bersalah.“Ya.” Keenan lantas menatap kesal dokter kepercayaan keluarganya itu. “Sebenarnya aku ingin melaporkannya pada polisi, tetapi gagal karena istriku yang mencegah. Jadi sebagai gantinya aku mohon dengan san

  • Papa Baru untuk Anakku   135. Masih Lima Minggu

    Keenan kehilangan suaranya begitu menyadari apa yang terjadi. Pria itu terus memeluk Lily sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Tak pelak melabuhkan kecupan kecil di area wajah wanitanya tersebut. Sementara Bagas sesekali menoleh ke belakang. Berusaha memacu kendaraan yang saat ini ia kemudikan sendiri agar bisa berjalan lebih cepat lagi. Jika dia ada di posisi sang tuan sekarang, mungkin juga akan berlaku sama. “Tuan Keenan??” “Lakukan yang terbaik untuk istriku!!” Semua petugas yang ada di ruangan IGD rumah sakit itu bergerak cepat menangani Lily, sedangkan Keenan sibuk mondar-mandir tak karuan. Dia merasa sesak sekaligus menyesali apa yang telah terjadi. Menyalahkan diri sendiri karena keadaan istrinya sekarang. Dua jam kemudian … &n

  • Papa Baru untuk Anakku   134. Wanita Gila

    “Dua kali dia menemuiku. Mengajakku bekerja sama untuk menghancurkan pernikahan kalian.”“Aku tidak percaya.”“Ck. Itu urusanmu. Aku hanya berharap semoga Lily baik-baik saja karena kalau benar wanita itu yang menculiknya, maka habislah sudah.” Percakapan tadi masih terngiang di telinga Keenan. Sekarang dia sudah tidak sabar untuk kembali ke Medan. Beruntung Bagas bisa menyediakan jet pribadi sehingga memudahkan pergerakan mereka tiba di sana dengan cepat.“Saya sudah menghubungi orang suruhan kita untuk mengawasi Nona Lisna,” kata Bagas yang baru saja memutus panggilan lewat ponselnya sebelum kendaraan pribadi itu terbang. “Kita akan langsung dapat kabar begitu sampai di Medan.”“Good,” gumam Keenan yang segera memasang kaca mata hitamnya. “Bagaimana dengan Dimas? Kau juga suruh orang untuk mengawasinya ‘kan?”“Iya, Tuan.” Keenan mengembuskan napasnya dengan keras. Benar-benar tak sabar ingin membuktikan tudingan Adrian tadi. Kalau memang apa yang dikataka

  • Papa Baru untuk Anakku   133. Mencurigai Adrian

    “Tidak!” tolak Keenan cepat. “Aku yakin dia yang menculik Lily.”“Kau gila ya?” Lisna pun geleng-geleng kepala.Keenan menatap tajam Lisna. “Atau kaulah orangnya! Oh ya. Aku pernah melihatmu berbicara dengan Adrian. Kalian mungkin sudah bekerja sama. Jawab, Lisna!!” Pria yang sudah frustrasi itu hendak melayangkan satu pukulan lagi ke wajah Dimas, tetapi sang daddy dan Bagas lebih dulu menahan tubuh kekarnya. Membuat dia jadi terhalang oleh keduanya.“Hentikan!” sentak daddy-nya lagi. “Bukan begini caranya bertindak. Kamu harus berpikir dengan kepala dingin. Kenapa jadi malah brutal??”“Lily itu istriku, Dad!” tukas Keenan dengan perasaan yang campur aduk. “Aku bisa gila karena kehilangan dia. Apalagi saat ini dia sedang … agh!! Dia lagi sakit. Bagaimana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja? Tidak ada yang tahu ‘kan?”“Kami mengerti perasaanmu. Tenanglah sebentar,” bujuk daddy-nya. Waktu makan malam sudah lewat sejak beberapa jam yang lalu. Namun, Keenan ma

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status