Share

37. Terungkap

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2023-08-09 21:57:03

“Lain kali kalau mau deketin orang itu ngaca dulu. Kamu enggak selevel sama Pak Dimas. Ngerti??”

“Iya nih. Enggak tahu malu. Dasar janda gatal!”

“Cukup!” sentak Lily yang merasa muak dengan cibiran dua orang di depannya sekarang. “Aku enggak pernah ngurusin hidup kalian. Jadi tolong berhenti gangguin aku.”

“Huu!! Janda enggak tahu diri ya.”

Setelahnya Lily bergegas pergi meninggalkan dua orang wanita tersebut. Langkahnya terhenti saat berpapasan dengan Keenan.

“Itu semua tidak akan terjadi kalau kau mendengarkan kata-kataku,” ucap Keenan dengan sorot mata tajamnya.

“Aku memang salah. Maaf,” gumam Lily kemudian. Dia mengangguk pelan lalu segera pamit undur diri dari hadapan sang suami.

Wanita itu mengulum bibir lalu mengembuskan napasnya perlahan ketika sudah tiba di ruangan kerja. Di depan alat pemanggangan roti dia masih saja melamunkan kata-kata pedas dari dua orang tadi. Hingga tanpa sadar ujung jari manisnya menyentuh bagian dalam oven yang tentu sangat
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Papa Baru untuk Anakku   37. Gugup?

    Keputusan sudah dibuat. Tadi Keenan mengatakan bahwa besok pagi Asih harus angkat kaki dari kediamannya. Jadilah sekarang kesalahpahaman telah beres. Namun, Lily masih terlihat gelisah.“Ada apa?” tanya Keenan yang baru saja ke luar dari kamar mandi. Aroma tubuhnya sangat kuat. Belum lagi hanya mengenakan jubah mandi yang menampakkan bulu-bulu halus di sekitar dadanya. Membuat sang istri langsung menundukkan kepala.“A-aku ke kamar Farel dulu. Nanti saja,” kata Lily yang segera pamit pergi dari kamar tersebut. Karena kejadian tak mengenakkan beberapa hari yang lalu. Farel sempat mengeluh kalau dia takut akan celaka.“Apa aku tinggal dengan nenek dan kakek saja ya? Aku tidak mau di sini,” rengek Farel yang sudah memeluk erat tubuh mamanya.“Sayang, maafin mama ya. Semuanya udah beres. Bi Asih juga akan pergi,” kata Lily menenangkan putranya. Ternyata rengekan itu terdengar juga di telinga Keenan yang sudah berdiri di ambang pintu. Dia lekas mas

    Last Updated : 2023-08-09
  • Papa Baru untuk Anakku   38. Keenan Pingsan?

    Sebulan sudah Lily dan Keenan menjadi pasangan suami istri yang sah. Namun, tidak ada kemajuan pesat dalam hubungan mereka. Keduanya masing-masing membangun tembok tinggi tak kasat mata yang sulit dijangkau oleh satu sama lain. Seperti pagi ini contohnya. Keenan bangun lebih dulu untuk melangkah menuju ruang kerja. Pria beralis tebal tersebut menatap Lily yang menggeliat pelan di atas sofa. Tempat yang sudah menjadi ranjang sang istri selama berada di rumah mewah miliknya. Matanya mengerjap pelan ketika melihat Lily perlahan membuka kedua netranya. Dalam hitungan detik dia pun bergerak mundur.“Kenapa kau bangun?” tanya Keenan berusaha menyembunyikan rasa gugup yang belakangan ini menghampirinya.Lily mengusap matanya lalu segera duduk. Hingga kemudian dia berkata, “Mbok Jum lagi pulang kampung. Jadi beliau minta agar aku yang mengantarkan kopi untuk Abang.”Keenan berdecak usai menyadari bahwa ketua pelayan yang dibicarakan istrinya sedang ti

    Last Updated : 2023-08-10
  • Papa Baru untuk Anakku   39. Apa Kau Keberatan?

    “Keenan!!” Lily hanya mematung diri begitu melihat Lisna sudah menubrukkan diri di tubuh suaminya. Tak tahu harus marah atau bagaimana menghadapi wanita penggoda bermulut manis tersebut.Keenan mengerang pelan. Satu tangannya berusaha mendorong Lisna yang masih menempel seperti ulat bulu. “Menjauhlah!”“Ck. Aku justru ke sini karena mencemaskanmu. Bagaimana sih?” decak Lisna yang sungguh kesal. Belum sempat mendengar balasan Keenan orang yang ditunggu akhirnya muncul juga. Seorang pria paruh baya berjas putih dengan stetoskop yang berada di leher berjalan mendekat.“Ya ampun. Kenapa kau tidak tunggu om dulu sih?” tanyanya pada Lisna. “Sebegitu cemasnya dengan Keenan sampai memaksakan diri meninggalkan jadwal pemotretan siang ini.”“Iya nih,” kata Lisna dengan bibir yang mencebik. “Eh enggak tahunya yang dijengukin malah begini. Aku nyesal karena udah belain datang.” Dokter yang merupakan kerabat dekat Lisna itu pun terkekeh. Tak pelak memberi

    Last Updated : 2023-08-11
  • Papa Baru untuk Anakku   40. Tetaplah Di sini

    Sentakan barusan membuat Lily bergidik cepat. Lantas dia pun mengangguk dengan gerakan pelan. Tubuh yang tadi menjauh kini perlahan mendekat ke arah sang suami.“Ck. Naiklah ke sini!” titah Keenan yang sudah tak sabaran. Dirinya refleks menarik pergelangan tangan Lily agar sama-sama duduk di atas ranjang.Wanita berambut sebahu itu menyambar mangkuk berisi bubur buatannya. Lantas mengaduk sebentar lalu menyendokkannya ke depan mulut Keenan. “Aak!” Awalnya mereka tampak canggung karena posisi yang bisa dikatakan tak pernah sedekat itu. Namun, lama kelamaan berubah menjadi biasa karena Keenan yang fokus pada makanannya. Hingga ketukan dari arah luar membuat Lily menghentikan pergerakan tangannya tadi.“Masuklah!” sahut Keenan.Sang asisten muncul lalu segera menyerahkan sebuah plastik kecil berisi vitamin pada Lily. “Maaf, Tuan. Apa ada lagi yang harus saya lakukan?”“Bagaimana dengan Lisna?”“Nona Lisna sudah pergi sejak tadi, Tuan,” jawab pria berseragam se

    Last Updated : 2023-08-12
  • Papa Baru untuk Anakku   41. Berharap Aku Tergoda?

    [“Wah wah. Ada apa ini, hemm? Tumben kau menelepon.”]Keenan melirik Lily yang tampak gelisah di sampingnya. Setelah itu kembali mengupingi gawai. [“Lily hari ini tidak masuk kerja. Tolong kau uruskan ijinnya.”][“Wah wah. Kau apakan dia, hah??”][“Aku sedang sakit. Jangan banyak bertanya. Lakukan saja tugasmu.”] Setelahnya Keenan memutuskan panggilan tadi secara sepihak. Lantas menatap Lily yang masih saja kelihatan gusar. “Kenapa lagi? Bukankah semua sudah beres? Mau diganti berapa kali lipat karena tak masuk kerja hari ini? Aku transfer sekarang. Mungkin … cash barangkali.”Lily menggeleng singkat. “Makasih sebelumnya. Aku enggak butuh uang dari Abang. Tidak semuanya bisa dibeli dengan uang.”“Ya ya aku lupa.” Keenan mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kau bersedia menikah denganku agar anakmu punya ayah. Heh.”“Itu lebih penting,” tukas Lily dengan suara yang mulai terdengar serak. “Sekarang, apa yang harus aku lakukan?”“Tidak ada. Kau bisa istirahat kalau mau,” kata K

    Last Updated : 2023-08-12
  • Papa Baru untuk Anakku   42. Menyangkal Perasaan

    Baru saja hendak meloloskan celananya, Keenan tersenyum puas. “Dasar munafik. Ini yang sebenarnya kau inginkan ‘kan?”“Enggak, Bang,” ucap Lily yang ke sekian kalinya menyangkal tuduhan sang suami.“Sebentar. Aku lupa di mana letak barang pengamanku,” kata Keenan yang bergerak sedikit menjauh. Langkahnya terhenti saat mendengar ketukan dari arah luar.“Mama! Papa!!” Suara bocah barusan membuat Lily semakin tergugu. Dengan cepat dia berlari menuju ambang pintu.“Sayang!” pekiknya sembari menangkap Farel ke dalam pelukan. Tangisnya menjadi-jadi.“Mama … kenapa?” tanya sang anak yang tentu saja keheranan. Wajah Keenan yang tadinya seperti singa pun mendadak berubah bagaikan malaikat. Pria itu mengulum senyum sembari menyambar kaosnya yang berada di atas ranjang. Mengenakan penutup atasan tubuh tersebut dengan gerakan santai.“Mama sedih karena papa sakit. Iya ‘kan?” gumam Keenan dengan tatapan dinginnya pada Lily.Mau tak mau wanita

    Last Updated : 2023-08-12
  • Papa Baru untuk Anakku   43. Jangan Munafik

    Perdebatannya tadi malam dengan Dimas masih terekam jelas di memori Keenan. Pagi ini pria dingin tersebut tersentak begitu tak melihat sang istri yang biasanya masih berbaring di atas sofa. Matanya mengerjap cepat untuk melihat jam dinding. Jarum pendeknya masih menunjuk ke angka lima, ke mana perginya Lily? Ya. Tadi malam dia memilih tidur lebih dulu karena masih dongkol akibat sangkaan Dimas. Jelas dia menyangkal kalau sudah jatuh hati pada Lily. Sekarang dirinya yang kelabakan saat tak menemukan wanita tersebut di kamar maupun di dapur.“Tuan? Ada apa?” Suara barusan tentu saja mengejutkan Keenan. Bagaimana tidak. Seorang petugas keamanan dengan sarung di atas kepala sudah menegurnya sepagi ini. Dia pun berdecak kesal.“Kenapa kau kemari?” tanya Keenan balik dengan tatapan tak sukanya.Pria berkumis tebal tersebut meringis pelan. “Maaf, Tuan. Saya tadi tidak sengaja melihat Tuan mondar-mandir lebih dari dua kali dari ruang tengah ke dapur.

    Last Updated : 2023-08-13
  • Papa Baru untuk Anakku   44. Dimas Mendekat

    “Pak, jangan main-main,” decak Lily sambil membolakan matanya. Namun, Dimas masih bergeming. Pria itu malah menatapnya semakin intens. Bahkan kini berani mencondongkan kepalanya.“Kalau masalah perasaan saya tidak suka berkelit, Lily,” kata Dimas begitu yakinnya. “Ayo kita makan. Kali ini di kantin agar kita bisa mendengar apa yang mereka omongkan secara langsung.”“Saya tidak mau,” tolak Lily secara halus.Dimas pun tak mau menyerah. “Saya ini teman suami kamu. Artinya teman kamu juga ‘kan? Kenapa sombong sekali sih?” Lily tak punya pilihan selain mengikut karena bekal makanannya diambil oleh Dimas yang sudah berjalan lebih dulu. Wanita berambut sebahu itu terus menunduk hingga langkahnya sampai di tempat tujuan.“Kemarikan, Pak,” tunjuknya pada kotak makanan yang masih dipeluk Dimas di atas meja.“Silakan dimakan. Kamu mau pesan apalagi?” tanya Dimas yang pada akhirnya menyerahkan benda tersebut ke hadapannya. Istri Keenan itu menggeleng seraya membuka wa

    Last Updated : 2023-08-14

Latest chapter

  • Papa Baru untuk Anakku   141. Keluarga Yang Hangat (TAMAT)

    “Maafkan aku karena telah membuatmu hamil.” Pernyataan barusan membuat Lily yang tengah kesakitan sontak tertawa. Tak pelak sopir yang juga ikut mendengarnya terbahak tanpa sadar. “Abang?” rengek Lily di sela-sela kontraksi yang memelan sekejap. “Enggak pa-pa. Aku bisa. Jangan cengeng dong. Anak kita mau lahir. Masa’ papanya nangis.” “Iya, Tuan. Harus semangat supaya Nyonya kuat lahirannya.” Sang sopir juga tak mau kalah memberikan dukungan. “Kalian benar.” Keenan menyeka cepat air matanya yang sudah membasahi pipi. “Aku harus mendampingimu di ruang bersalin nanti. Kalau dokter melihatku lemah, mereka tidak akan mengijinkanku masuk.” Lily tersenyum mendengar ucapan suaminya. Tak berapa lama mobil pun tiba di tempat tujuan. Keenan pun memekik dari arah luar agar para petugas menyiapkan kursi roda untuk istri tercintanya. Seorang bidan yang kebetulan bertugas shift sore memeriksa jalan lahir Lily. Lantas mengatakan, “Ini masih pembukaan sembilan lebih. Sebentar lagi waktunya ber

  • Papa Baru untuk Anakku   140. Menjelang Persalinan

    “Hai, Tante!” sapa Farel sembari melambaikan tangannyan ke arah Lisna. Bocah polos itu bahkan sudah bergerak untuk salim pada wanita yang ada di depan mereka. Lisna pun mengangguk sambil tersenyum. “Kau sudah semakin besar ya.” “Iya dong,” sahut Farel cepat. “Aku juga mau punya adik.” “Ya.” Lagi-lagi Lisna hanya bisa mengangguk saja. Dia pun menoleh pada Lily lalu berkata, “Selamat ya atas kehamilannya.” “Terimakasih.” Kali ini Keenan yang menjawab dengan sorot mata tidak bersahabat. Dia masih menyimpan amarah atas perbuatan Lisna kala itu. “Maafkan aku.” “Sudahlah. Jangan dipikirkan lagi,” kata Lily yang kini sudah tersenyum manis. “Kamu apa kabar?” “Aku … baik.” Tak lama setelah itu mereka mendengar nama Lisna yang dielukan oleh seseorang. Semuanya sontak menoleh. “Sayang, kamu di sini?” Dimas. Pria tersebut terlonjak kaget begitu melihat tiga orang yang sekarang bersama Lisna. Dia pun jadi salah tingkah. “A-aku dan Dimas —” “Bulan depan kami akan tunangan,” potong Dima

  • Papa Baru untuk Anakku   139. Lily Yang Manja

    Farel sangat bersemangat bercerita dengan Adrian tentang kabar janin yang dikandung oleh sang mama. Dia bahkan sama sekali tak menggubris kue dan camilan yang disediakan di atas meja. Seperti biasa. Suaranya selalu mendominasi di antara para orang dewasa.“Wah. Papa turut senang karena sebentar lagi kamu mau jadi seorang kakak.” Adrian merespon dengan kuluman senyumnya. Lantas dia menoleh ke arah Lily yang tengah mengusapi perut buncitnya. Jujur kalau memang sampai sekarang rasa cinta itu masih belum memudar.“Ya sudah. Papa antar kau ke atas untuk bersiap-siap ya.” Keenan bangkit dari duduknya lalu menggamit tangan Farel. Meninggalkan Lily bersama Adrian yang masih berada di ruang tengah. Suasana berubah menjadi hening. Hingga kemudian Adrian memilih untuk berbicara terlebih dahulu. Dia tersenyum getir menyaksikan sang mantan istri yang kini sedang berbadan dua.“Selamat ya untuk kehamilan kamu.”“Makasih, Mas.” Lily mengangguk sambil tersenyum. “Jangan lu

  • Papa Baru untuk Anakku   138. Persiapan Tujuh Bulanan

    “…, ya. Dia laki-laki seperti dirimu.”“Laki-laki?” ucap Farel mengulang pernyataan sang dokter. Pria berjas putih itu mengangguk singkat sambil tersenyum.“Kau senang?” tanya Keenan yang dilangsung diiyakan oleh Farel tanpa jeda.“Aku punya teman. Yeay!!” soraknya lagi. Setelahnya dokter pun menginformasikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan pada Lily dan Keenan. Kini pasangan suami istri tersebut saling menggenggam sembari tersenyum penuh.“Usia kehamilan Anda sudah masuk 22 minggu. Semoga prediksi jenis kelamin tetap tidak berubah ya.”“Kalaupun adikku perempuan tidak masalah,” celetuk Farel masih dengan keceriaan yang sama. “Nanti aku bisa minta papa untuk—”“Sayang?” potong Keenan cepat. “Tali sepatumu terlepas.” Atensi bocah usia empat tahunan itu pun teralihkan. Beruntung percakapan tadi tidak berlanjut. Kalau tidak bisa dipastikan bahwa Keenan dan Lily akan merasa malu. Tahu bahwa anak mereka tersebut mengutarakan hal yang menggelikan.“Makanya

  • Papa Baru untuk Anakku   137. Detak Cinta

    “Aku mau adik laki-laki,” ucap Farel ketika keluarga kecil mereka baru saja beristirahat usai berjibaku di dalam kolam renang. Matanya berbinar ketika ikut meletakkan tangan di perut buncit sang mama. “Sepertinya kau yakin sekali,” goda Keenan yang kini sudah menempelkan telinga di bagian sisi perut yang lain. Pria itu mengerjap ketika merasakan sesuatu menendang dari dalam sana. Membuat dia dan Farel terkekeh serempak lalu sibuk berdebat tentang jenis kelamin calon anggota keluarga baru mereka tersebut. “Tuh ‘kan? Dia bilang kalau akan menjadi temanku bermain badminton nanti.” Kali ini Farel justru merasa sangat percaya diri dengan tebakannya. Sementara Lily hanya tersenyum sembari mendengar dua pria beda usia yang dicintainya itu berdebat terus-terusan. Pemandangan indah yang sudah lama ia dambakan sejak jauh hari. Tak lama kemudian dirinya menyingkirkan tangan mereka dan bersiap hendak bangkit dari kursi. “Ma, katakan kalau adikku laki-laki,” rengek Farel yang ham

  • Papa Baru untuk Anakku   136. Jangan Jadi Ayah Seperti Daddy

    “Om minta maaf ya.” Namun, Keenan masih membungkam mulutnya. Sama sekali tak menggubris permintaan maaf dari pria paruh baya tersebut. Sementara Lily yang memang gampang sekali kasiha menatap wajahnya dengan iba.“Bang, kasihan sama Dokter Faisal.” Lily meremas lembut telapak tangan suaminya agar respon. Barulah Keenan berdecak pelan lalu menoleh ke arah tamu yang tak diharapkannya itu.“Om tidak salah apa-apa.”“Iya, Nak, tapi Lisna—”“Itu tidak ada sangkut pautnya dengan Om,” tegas Keenan dengan rahang yang sudah mengetat. “Dari dulu Om selalu menutupi kesalahannya. Memanjakannya dan selalu jadi tameng. Lihatlah sekarang! Dia bahkan hampir menjadi seorang pembunuh. Untungnya janin di kandungan istriku bisa selamat.”“Lily hamil?” Dokter Faisal semakin merasa bersalah.“Ya.” Keenan lantas menatap kesal dokter kepercayaan keluarganya itu. “Sebenarnya aku ingin melaporkannya pada polisi, tetapi gagal karena istriku yang mencegah. Jadi sebagai gantinya aku mohon dengan san

  • Papa Baru untuk Anakku   135. Masih Lima Minggu

    Keenan kehilangan suaranya begitu menyadari apa yang terjadi. Pria itu terus memeluk Lily sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Tak pelak melabuhkan kecupan kecil di area wajah wanitanya tersebut. Sementara Bagas sesekali menoleh ke belakang. Berusaha memacu kendaraan yang saat ini ia kemudikan sendiri agar bisa berjalan lebih cepat lagi. Jika dia ada di posisi sang tuan sekarang, mungkin juga akan berlaku sama. “Tuan Keenan??” “Lakukan yang terbaik untuk istriku!!” Semua petugas yang ada di ruangan IGD rumah sakit itu bergerak cepat menangani Lily, sedangkan Keenan sibuk mondar-mandir tak karuan. Dia merasa sesak sekaligus menyesali apa yang telah terjadi. Menyalahkan diri sendiri karena keadaan istrinya sekarang. Dua jam kemudian … &n

  • Papa Baru untuk Anakku   134. Wanita Gila

    “Dua kali dia menemuiku. Mengajakku bekerja sama untuk menghancurkan pernikahan kalian.”“Aku tidak percaya.”“Ck. Itu urusanmu. Aku hanya berharap semoga Lily baik-baik saja karena kalau benar wanita itu yang menculiknya, maka habislah sudah.” Percakapan tadi masih terngiang di telinga Keenan. Sekarang dia sudah tidak sabar untuk kembali ke Medan. Beruntung Bagas bisa menyediakan jet pribadi sehingga memudahkan pergerakan mereka tiba di sana dengan cepat.“Saya sudah menghubungi orang suruhan kita untuk mengawasi Nona Lisna,” kata Bagas yang baru saja memutus panggilan lewat ponselnya sebelum kendaraan pribadi itu terbang. “Kita akan langsung dapat kabar begitu sampai di Medan.”“Good,” gumam Keenan yang segera memasang kaca mata hitamnya. “Bagaimana dengan Dimas? Kau juga suruh orang untuk mengawasinya ‘kan?”“Iya, Tuan.” Keenan mengembuskan napasnya dengan keras. Benar-benar tak sabar ingin membuktikan tudingan Adrian tadi. Kalau memang apa yang dikataka

  • Papa Baru untuk Anakku   133. Mencurigai Adrian

    “Tidak!” tolak Keenan cepat. “Aku yakin dia yang menculik Lily.”“Kau gila ya?” Lisna pun geleng-geleng kepala.Keenan menatap tajam Lisna. “Atau kaulah orangnya! Oh ya. Aku pernah melihatmu berbicara dengan Adrian. Kalian mungkin sudah bekerja sama. Jawab, Lisna!!” Pria yang sudah frustrasi itu hendak melayangkan satu pukulan lagi ke wajah Dimas, tetapi sang daddy dan Bagas lebih dulu menahan tubuh kekarnya. Membuat dia jadi terhalang oleh keduanya.“Hentikan!” sentak daddy-nya lagi. “Bukan begini caranya bertindak. Kamu harus berpikir dengan kepala dingin. Kenapa jadi malah brutal??”“Lily itu istriku, Dad!” tukas Keenan dengan perasaan yang campur aduk. “Aku bisa gila karena kehilangan dia. Apalagi saat ini dia sedang … agh!! Dia lagi sakit. Bagaimana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja? Tidak ada yang tahu ‘kan?”“Kami mengerti perasaanmu. Tenanglah sebentar,” bujuk daddy-nya. Waktu makan malam sudah lewat sejak beberapa jam yang lalu. Namun, Keenan ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status