Mereka menatap Lucian tak bisa berkata-kata. Meski mereka menganggapnya brengsek dan seorang bajingan tukang selingkuh dan tidak tahu malu, Lucian memiliki otak yang sangat tajam langsung menghubungkan mereka dengan keluarga Adams.Allen tertawa kaku. "Bagaimana kami bisa terhubung dengan keluarga Adams. Kami hanya keluarga di pinggiran, kami ... Keluarga Watson."Istri dan anak-anaknya memelototinya."Keluarga di pinggiran? Maksud kamu orang kampung?! Bagaimana kalian bisa menyewa villa di hawaai?"Ekspresi keluarga Adams semakin kesal, merasa semakin terhina."Haha, begitulah. Kami orang terkaya di kampung. Kami sudah menganggap Laura seperti keluarga kami. Jadi kamu janngan macam-macam dengannya."Namun Lucian tampak tidak terpengaruh oleh ancamannya dan memandan rendah mereka setelah tahu identitas mereka."Laura adalah istriku, aku tidak akan berbuat macam-macam padanya. Sebaliknya kalian tetap orang luar tak seharusnya ikut campur."Willy menggenggam pisau bistik di tangannya er
"Kita sudah tidur satu kamar selama beberapa waktu ini, untuk apa kamu malu?""Aku tidak malu. Aku hanya khawatir kamu akan mengambil kesempatan dariku."Lucian menatapnya sambil tersenyum menarik Laura ke tubuhnya hingga wanita itu jatuh ke pelukannya. Dia memeluk pinggang ramping Laura erat agar menempel di tubuhnya.Laura terjatuh ke pelukannya, meletakkan tangan di dada keras Lucian untuk menopang tubuhnya.Dia merasa dada Lucian keras dan lembab. Aroma sabun segar menguar dari tubuhnya. Dia sangat wangi setelah mandi membangkitkan sesuatu dalam dirinya.Laura menggelengkan kepala spontan menarik tangannya memelototi Lucian. "Apa yang kamu lakukan?" Desisnya."Tenang saja, istriku sayang. Aku tidak akan menggigitmu. Aku yang akan tidur di ruang tamu."Laura menatapnya curiga dan tak percaya. Seseorang seperti Lucian Wilson yang beberap waktu ini menggodanya untuk memiliki anak kedua, langsung menyerah begitu saja.Tapi Lucian benar-benar melakukan kata-katanya. Dia mengambil pakai
"Jadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa pada Lucian Wilson dan membiarkannya memanfaatkan Laura?" Dean menggerutu."Tentu tidak, kita bisa memberinya pelajaran diam-diam tanpa perlu mengungkap identitas kita. Jangan berhadapan langsung dengannya, juga… Tergantung bagaimana sikap Laura terhadap Lucian dan keluarga Wilson. Dia tidak boleh berhati lemah pada mereka."Willy menghela napas, "Putriku yang malang harus terjebak dengan keluarga seperti itu. Andai saja kita menemukannya lebih awal."Keluarga Adams tidak ada yang menjawab."Untuk sekarang, jangan berkonfrontasi dengan Lucian. Biarkan Laura menanganinya. Aku percaya Laura bisa mengatasi Lucian dan tidak akan jatuh cinta lagi padanya setelah perselingkuhan Lucian." Tristan membuat keputusan untuk keluarganya."Mari hentikan sejenak liburan ini dan beri waktu pada Laura. Kita sudah bisa melihat Laura membenci Lucian, jadi dia tidak akan dimanfaatkan," lanjutnya, kemudian menatap seluruh anggota keluarganya.Willy protes mendengar k
Dia tiba-tiba membungkuk, menggendong Laura ke pundaknya, dan berjalan ke tempat tidur. Laura menjerit, mencoba melepaskan diri dan memukul-mukul punggungnya. "Lucian! Lepaskan aku!" Lucian melemparkannya ke tempat tidur. Laura bergerak mundur, menjauhinya, dan hendak melarikan diri. Tetapi Lucian menarik kakinya dan membawanya kembali. Dia merangkak ke atas tubuhnya sambil melepaskan kancing kemeja. Ekspresinya tampak benar-benar gelap.Wajah Laura memucat, jantungnya berdetak kencang. Dia mencengkeram handuknya, berusaha mempertahankan handuk di tubuhnya. Dia menggeram. "Lucian, jangan berani-berani kamu menyentuhku, atau aku akan memberitahu Kakek…"Laura tidak menyelesaikan kalimatnya ketika Lucian tiba-tiba mencengkram lehernya. Dia tersedak, hampir tidak bisa bernapas. Dia menatap mata biru Lucian yang sangat dingin."Ini alasan aku membencimu. Apa kamu tahu berapa banyak penderitaanku karena kasih sayang Kakek padamu?" bisiknya, menunduk dan bernapas di telinga Laura. "Setiap
Wajah Laura memucat, rasa sakit mencengkeram dadanya.“Periksa kartu ATM-mu, aku sudah mentransfer lima miliar ke rekeningmu.”“Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu.”“Aku juga mencintaimu.” Lucian mengakhiri panggilan telepon dan berbalik. Dia tertegun melihat Laura berdiri di belakangnya.Laura menatapnya dengan mata memerah dan menamparnya. “Dasar bajingan!”Lucian mengusap pipinya yang terasa perih dan menatap Laura dengan tenang.“Kamu memanfaatkan aku untuk mendapatkan Wilson Group? Jangan harap bisa memanfaatkan aku. Aku akan mengatakan sendiri pada Kakek bahwa aku akan menceraikanmu.”Lucian menatapnya tanpa ekspresi, sudut bibirnya terangkat dalam seringai. “Silakan saja katakan pada Kakek. Dan aku akan menyebarkan ini pada semua orang di ibu kota,” desisnya, mengangkat sebuah dokumen yang sedari tadi dipegangnya ke depan wajah Laura.Laura mengerutkan kening, merasa akrab dengan dokumen itu.“Tes DNA?”“Ya, ini bukti bahwa Amelia bukan putri kandungku,” desis Lucian, menata
"Nyonya, kondisi Amelia sangat kritis. Kami khawatir putrimu tidak bisa melewati malam ini. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," kata Dokter Richard dengan pasrah.Dunia Laura runtuh. Dia berlutut dan menangis sambil meraih jas putih dokter itu. Meski dia tuli, dia bisa membaca gerakan bibir dokter."Dokter, kumohon tolong selamatkan putriku.""Nyonya, kami sudah berusaha menyelamatkan Amelia, tetapi kanker telah menggerogoti tubuhnya dengan ganas. Kami membutuhkan donor sumsum tulang untuk menyelamatkannya. Namun, kami tidak memiliki donor yang cocok untuk Nona Amelia."Air mata Laura terus mengalir, menangis putus asa. Dokter melepaskan tangan Laura dan keluar dari kamar rawat itu."Mama ...." Sebuah tangan mungil menyentuh kepala Laura.Laura bangkit dengan tergesa-gesa, menghapus air matanya, dan mencoba tersenyum di depan putrinya. "Sayangku, kamu pasti akan sembuh. Mama akan pastikan kamu sembuh," ujarnya sambil menggenggam tangan mungilnya yang sangat kurus.Amelia telah menderita
"Lucian...." Suara Laura bergetar saat dia memegang pipinya yang perih dan menatap pria di depannya.Lucian memelototinya dan memandang Viola yang terduduk di lantai dengan wajah pura-pura sakit. Ekspresi pria itu sangat khawatir saat dia memeluk Viola dan membantunya berdiri."Viola, apa kamu baik-baik saja? Di mana yang sakit?""Lucian, Kakak sangat membenciku karena aku tinggal di rumah ini dan dia ingin aku pergi dari rumah ini. Tidak apa-apa, aku akan pergi," jawab Viola dengan nada menyedihkan.Lucian membujuknya dengan lembut, "Tidak, rumah ini sudah menjadi milikmu. Kamu akan tinggal di sini, sementara Laura ...." Dia berbalik menunjuk wajah Laura dengan marah, "Laura, beraninya kamu melakukan ini pada Viola. Dia sedang hamil!""Bukan aku yang mendorongnya, dia jatuh sendiri!" Laura berseru dengan air mata yang mengalir di pipinya."Kamu pikir aku buta tidak melihatmu mendorong Viola! Enyah dari sini! Kamu tidak diterima di rumah ini! Rumah ini sudah jadi milikku dan Viola!”L
"Nyonya demam tinggi. Kita harus membawanya ke rumah sakit dan memberitahu Tuan Muda.""Apa kamu tidak dengar kata-kata Tuan Muda? Baik dia sakit atau meninggal, tidak boleh mengganggu Tuan Muda. Tuan Muda tidak pernah peduli dengan perempuan itu. Dia tidak pernah diakui sebagai menantu keluarga Wilson, bahkan Tuan Muda tidak suka padanya.""Tapi demam Nyonya semakin tinggi. Nyonya bisa meninggal.""Biarkan saja, lagipula keluarga Wilson tidak peduli padanya. Ayo pergi, pekerjaan kita masih banyak. Dia tidak akan mati hanya karena demam. Salahnya sendiri karena mendorong Nona Viola ke kolam."Suara-suara itu terdengar samar lalu menjauh dan menjadi hening.Laura merasa sekujur tubuhnya sangat kedinginan, tetapi kepalanya sangat sakit dan panas. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Namun, dia memaksakan dirinya untuk membuka matanya. Dia mengerjap, menatap langit-langit kamar yang tampak familiar.Apa aku di akhirat? tanya Laura dalam hati karena tidak merasakan tusukan rasa sakit di da
Wajah Laura memucat, rasa sakit mencengkeram dadanya.“Periksa kartu ATM-mu, aku sudah mentransfer lima miliar ke rekeningmu.”“Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu.”“Aku juga mencintaimu.” Lucian mengakhiri panggilan telepon dan berbalik. Dia tertegun melihat Laura berdiri di belakangnya.Laura menatapnya dengan mata memerah dan menamparnya. “Dasar bajingan!”Lucian mengusap pipinya yang terasa perih dan menatap Laura dengan tenang.“Kamu memanfaatkan aku untuk mendapatkan Wilson Group? Jangan harap bisa memanfaatkan aku. Aku akan mengatakan sendiri pada Kakek bahwa aku akan menceraikanmu.”Lucian menatapnya tanpa ekspresi, sudut bibirnya terangkat dalam seringai. “Silakan saja katakan pada Kakek. Dan aku akan menyebarkan ini pada semua orang di ibu kota,” desisnya, mengangkat sebuah dokumen yang sedari tadi dipegangnya ke depan wajah Laura.Laura mengerutkan kening, merasa akrab dengan dokumen itu.“Tes DNA?”“Ya, ini bukti bahwa Amelia bukan putri kandungku,” desis Lucian, menata
Dia tiba-tiba membungkuk, menggendong Laura ke pundaknya, dan berjalan ke tempat tidur. Laura menjerit, mencoba melepaskan diri dan memukul-mukul punggungnya. "Lucian! Lepaskan aku!" Lucian melemparkannya ke tempat tidur. Laura bergerak mundur, menjauhinya, dan hendak melarikan diri. Tetapi Lucian menarik kakinya dan membawanya kembali. Dia merangkak ke atas tubuhnya sambil melepaskan kancing kemeja. Ekspresinya tampak benar-benar gelap.Wajah Laura memucat, jantungnya berdetak kencang. Dia mencengkeram handuknya, berusaha mempertahankan handuk di tubuhnya. Dia menggeram. "Lucian, jangan berani-berani kamu menyentuhku, atau aku akan memberitahu Kakek…"Laura tidak menyelesaikan kalimatnya ketika Lucian tiba-tiba mencengkram lehernya. Dia tersedak, hampir tidak bisa bernapas. Dia menatap mata biru Lucian yang sangat dingin."Ini alasan aku membencimu. Apa kamu tahu berapa banyak penderitaanku karena kasih sayang Kakek padamu?" bisiknya, menunduk dan bernapas di telinga Laura. "Setiap
"Jadi, kita tidak bisa berbuat apa-apa pada Lucian Wilson dan membiarkannya memanfaatkan Laura?" Dean menggerutu."Tentu tidak, kita bisa memberinya pelajaran diam-diam tanpa perlu mengungkap identitas kita. Jangan berhadapan langsung dengannya, juga… Tergantung bagaimana sikap Laura terhadap Lucian dan keluarga Wilson. Dia tidak boleh berhati lemah pada mereka."Willy menghela napas, "Putriku yang malang harus terjebak dengan keluarga seperti itu. Andai saja kita menemukannya lebih awal."Keluarga Adams tidak ada yang menjawab."Untuk sekarang, jangan berkonfrontasi dengan Lucian. Biarkan Laura menanganinya. Aku percaya Laura bisa mengatasi Lucian dan tidak akan jatuh cinta lagi padanya setelah perselingkuhan Lucian." Tristan membuat keputusan untuk keluarganya."Mari hentikan sejenak liburan ini dan beri waktu pada Laura. Kita sudah bisa melihat Laura membenci Lucian, jadi dia tidak akan dimanfaatkan," lanjutnya, kemudian menatap seluruh anggota keluarganya.Willy protes mendengar k
"Kita sudah tidur satu kamar selama beberapa waktu ini, untuk apa kamu malu?""Aku tidak malu. Aku hanya khawatir kamu akan mengambil kesempatan dariku."Lucian menatapnya sambil tersenyum menarik Laura ke tubuhnya hingga wanita itu jatuh ke pelukannya. Dia memeluk pinggang ramping Laura erat agar menempel di tubuhnya.Laura terjatuh ke pelukannya, meletakkan tangan di dada keras Lucian untuk menopang tubuhnya.Dia merasa dada Lucian keras dan lembab. Aroma sabun segar menguar dari tubuhnya. Dia sangat wangi setelah mandi membangkitkan sesuatu dalam dirinya.Laura menggelengkan kepala spontan menarik tangannya memelototi Lucian. "Apa yang kamu lakukan?" Desisnya."Tenang saja, istriku sayang. Aku tidak akan menggigitmu. Aku yang akan tidur di ruang tamu."Laura menatapnya curiga dan tak percaya. Seseorang seperti Lucian Wilson yang beberap waktu ini menggodanya untuk memiliki anak kedua, langsung menyerah begitu saja.Tapi Lucian benar-benar melakukan kata-katanya. Dia mengambil pakai
Mereka menatap Lucian tak bisa berkata-kata. Meski mereka menganggapnya brengsek dan seorang bajingan tukang selingkuh dan tidak tahu malu, Lucian memiliki otak yang sangat tajam langsung menghubungkan mereka dengan keluarga Adams.Allen tertawa kaku. "Bagaimana kami bisa terhubung dengan keluarga Adams. Kami hanya keluarga di pinggiran, kami ... Keluarga Watson."Istri dan anak-anaknya memelototinya."Keluarga di pinggiran? Maksud kamu orang kampung?! Bagaimana kalian bisa menyewa villa di hawaai?"Ekspresi keluarga Adams semakin kesal, merasa semakin terhina."Haha, begitulah. Kami orang terkaya di kampung. Kami sudah menganggap Laura seperti keluarga kami. Jadi kamu janngan macam-macam dengannya."Namun Lucian tampak tidak terpengaruh oleh ancamannya dan memandan rendah mereka setelah tahu identitas mereka."Laura adalah istriku, aku tidak akan berbuat macam-macam padanya. Sebaliknya kalian tetap orang luar tak seharusnya ikut campur."Willy menggenggam pisau bistik di tangannya er
“Mengapa kamu tidak bahagia lagi?”Willy bertanya, melihat Laura kembali ke restoran tempat mereka singgah untuk makan siang. Wajah putrinya tampak tidak senang.Dia mengambil handuk untuk menutupi tubuh putrinya.Si kembar datang dan menggerutu. “Si Lucian Wilson itu sangat kurang ajar.”“Dia menyebut Laura jalang….” Sean berdeham mendapat tatapan tajam dari orang tuanya. “Pokoknya, dia sangat kurang ajar. Aku tidak merasa puas hanya dengan meninjunya saja.”“Kenapa bajingan itu selalu membuat kita tidak senang? Seharusnya Laura menceraikannya.” Willy menggerutu.“Ibu, di sini ada Amel,” sela Laura, memandang putrinya yang duduk di atas pangkuan Allen.Willy menggerutu dengan suara pelan lalu berkata dengan wajah tersenyum. “Mari makan dulu. Kita akan memberi Lucian pelajaran nanti. Dean, hubungi Tristan untuk datang sekarang. Kenapa anak itu selalu sibuk dengan pekerjaannya saat lagi liburan?”Keluarga Adams dengan cepat memperbaiki suasana hati mereka dan tidak memikirkan L
Tubuh Laura menegang."Mengapa kamu bertanya?""Aku curiga keluarga di sebelah tak biasa, lalu hari ini aku bertemu dengan Tristan Adams. Dia membuatku berakhir seperti ini.""Hm, aku tidak mengenal Tristan Adams, keluarga di sebelah tidak ada hubungannya dengan keluarga Adams," balas Laura menghindari tatapan Lucian dan menepis tangan Lucian."Laura...,” kata Lucian dengan kekecewaan melihat Laura pergi tanpa peduli padanya.Dia mengembuskan napas frustrasi berbaring di tempat tidur sambil menahan perasaan yang tidak nyaman di perutnya. Laura tidak kembali sampai malam dan keesokan paginya. Pelayan datang untuk melayaninya sementara istri dan putrinya bersenang-senang dengan keluarga di sebelah. Dia mendengar para pelayan berbicara bahwa mereka tidak seperti pasangan yang berbulan madu lainnya. Laura selalu cemberut ketika berada di vila ini, tapi dia selalu tersenyum dengan keluarga di sebelah. "Menurut apa yang aku dengar, Tuan Wilson telah berselingkuh hingga istrinya marah da
“Tuan Adams, kamu juga di sini?”Lucian dan Tristan tak pernah bersinggungan. Namun, ia sudah banyak mendengar tentang tiga putra elite keluarga Adams. Yang paling menonjol adalah Tristan, seorang pengusaha yang mewarisi kepemimpinan keluarga Adams.Tristan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, menatap Lucian tanpa ekspresi.“Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Wilson?”Lucian menegakkan badannya dengan sikap tenang, berhadapan dengan Tristan.“Aku menjemput istri dan anakku. Bagaimana dengan Anda, Tuan Adams? Apa … kamu berhubungan dengan keluarga ini?”“Tidak, aku hanya kebetulan lewat.”“Apakah kamu berlibur atau berbulan madu di Hawaii?” Lucian penasaran apa yang membuat seorang Tristan Adams berada di Hawaii, tempat yang terkenal liburan romantis pasangan.“Liburan keluarga dan urusan bisnis.”“Ah…” Lucian mengangguk mengerti. “Kalau begitu, lanjutkan urusan anda.” Ia hendak mengetuk pintu gerbang vila ketika Tristan memanggilnya lagi.“Tuan Wilson, sebaiknya kamu janga
Willy melirik dan mengangkat bahu. “Ketiga kakakmu disebut ‘Tiga Malaikat Tampan.’ Pesona mereka sangat menyilaukan, sampai punya klub penggemar sejak SMA. Ibu sudah terbiasa dengan cewek-cewek yang klepek-klepek karena kakak-kakakmu.”Laura mengangkat sebelah alis. “Tiga Malaikat Tampan? Apa itu tidak berlebihan?” Mungkin karena mereka kakak-kakaknya, Laura biasa saja melihat mereka. Di kehidupan sebelumnya, pria yang dianggap sangat tampan adalah Lucian, dan dia mencintainya dengan tergila-gila. Kemudian, setelah melihat kakak-kakaknya yang sangat tampan, dia merasa ketampanan Lucian jadi biasa saja di kehidupan ini dan tidak tergila-gila lagi. Atau mungkin matanya yang sudah terbiasa melihat pria-pria tampan.“Biarkan saja. Apa gunanya tampan jika belum punya pacar? Ibu pikir mereka tidak laku.” Hanya Willy sendiri yang menganggap remeh anak-anak laki-lakinya dijuluki Tiga Malaikat Tampan.“Ibu, kami mendengar itu!” seru Dean tak terima.Willy mengabaikan putranya dan mengeluh p