Esy terus memohon pada Kurt. Dia terus menangis di telpon. “Please … bilang pada sang kaisar kalau dia boleh memisahkan lagi Ken dan Lidya setelah Ken menolong Lidya. Hihihi. Itu saja permintaanku.”“Aku tidak bisa begitu saja menghubungi Tuan Muda Ken karena aku harus melewati persetujuan sang kaisar dulu,” kata Kurt yang saat ini berada di rumah kekaisaran.“Please … bilang sama kaisar. Please … aku mohon. Huhuhu.” Esy terus menangis di ujung telpon.Kata-kata Esy itu semakin memelas sehingga membuat Kurt mulai iba. “Baiklah. Aku akan coba bicara pada sang kaisar. Nanti aku telpon lagi.” Setelah berkata seperti itu, Kurt memutuskan hubungan telpon.Kemudian Kurt menelpon sang kaisar. Karena di jam seperti ini, dia tidak diperbolehkan untuk mengetuk pintu kamar Alvin.**Sementara itu, di bagian dalam dari rumah kekaisaran ini, tepatnya di sebuah kamar yang disebut kamar peraduan kaisar. Sang kaisar sedang bersama Joune ketika telpon berdering.Joune yang berada di dekat sang kaisar
“Membunuh opa?” tanya Ricky di ujung telpon.“Ya. Kalau opamu sudah tidak ada lagi dan dengan kamu yang sedang menjabat sebagai presiden direktur Diamond Grup, maka kamu yang akan otomatis menjadi Presiden komisaris sekaligus menjadi pemegang saham mayoritas, iya kan?” tanya balik Joune.“Iya sih, menurut peraturan seperti itu. Kalau seorang presiden komisaris meninggal, maka, selama dia tidak menulis surat wasiat untuk mengatur saham-sahamnya, maka, saham miliknya akan jatuh pada Presiden Direktur yang sekarang dijabat olehku.”“Nah. Sampai sekarang dia baru membuat surat wasiat untuk mengatur aset dia di uar Diamond Group. Yaitu aset-asetnya di Beijing dan San Fransisco senilai 238 juta dolar yang dia peruntukkan untukku. Sementara harta utamanya yaitu saham Diamond Group dan aset di Hongkong, masih belum dia atur akan jatuh pada siapa. Ini berarti …”“Jatuh ke tanganku? Iya kan?”“Iya, Ricky. Kalau dia meninggal sekarang, semua hartanya akan jatuh ke tanganmu.”“Baiklah. Kalau begi
“ADA APA?” teriak Andreas.Felix tidak menjawab dengan teriakan. Karena posisinya cukup jauh, Felix langsung menepon Andreas. “Nyonya Besar Maggie dan para pengawalnya baru saja datang. Dia meminta posisinya tuan muda. Dia meminta disediakan speedboat,”“Bilang nyonya Maggie, kalau speedboat sudah tersedia. Tapi, kami akan segera pergi.”“Nyonya besar Maggie ingin ikut kalian. Pengawal yang lain yang akan naik speedboat yang lain.”Mendengar kata-kata Felix itu, Andreas terpaksa pasrah menunggu kedatangan Maggie.Beberapa saat kemudian, Maggie datang sambi berlari keci menuju ke arah speedboat dimana Andreas berada. Tapi, Maggie tidak sendiri, tapi dia datang bersama Yoona dan kepala pengawalnya.Begitu mereka bertiga naik ke atas speedboat, Maggie langsung bertanya pada Andreas, “sebenarnya apa yang terjadi? Aku dengar Lidya selingkuh. Benarkah itu?”“Iya, nyonya.”“Kok bisa? Lidya kan terlihat sangat mencintai Ken?”“Aku juga tidak tahu, nyonya. Karena aku tidak melihat secara langs
“Kamu benar, Jack. Dia betul-betul bidadari.” pria itu terus mengagumi Lidya. Dia mendekati Lidya dan terus melotot menyusuri setiap lekuk liku di tubuh Lidya.Pria ini adalah Johnny. berumur di awal 50 tahunan, bertubuh agak tambun dan berkepala agak botak. Matanya yang mesum itu, terus menatap wajah dan tubuh Lidya.“JANGAN BERANI MENYENTUH TUBUH KAKAKKU,” teriak Gerry.Tapi, Gerry langsung dipukul oleh salah seorang anak buahnya Johnny sehingga Gerry harus meringis kesakitan.“JANGAN LAGI PUKUL ADIKKU!” teriak Claudia.Mendengar teriakan Claudia ini, Johnny langsung melotot kepada anak buahnya yang tadi memuku Gerry. “Jangan pukul dia! Kalian telah mengikat dia, buat apa lagi memukulnya, hah! Dia adalah adik dari istriku.” Johnny menunjuk ke arah Lidya. “jadi, tidak ada yang boleh menyakitinya.”“Baik, bos,” kata anak buahnya Johnny itu.Johnny melirik ke arah Gerry dan dia berkata kepada anak buahnya, “bawa dan obati dia. Aku tidak mau dia kenapa-kenapa. Dia adalah adikku.”“Janga
Melihat Silvia jatuh ke dalam air, Ken yang sebenarnya hendak kabur dari kejaran Silvia terpaksa memutar balik speedboat-nya untuk kembali ke posisi di mana Silvia terjatuh.Dari kejauhan, Ken masih bisa melihat tangan Silvia yang menyembul ke atas dengan posisi Sylvia yang hampir-hampir tMelihat Silvia jatuh ke dalam air, Ken yang sebenarnya hendak kabur dari kejaran Silvia terpaksa memutar balik speedboat-nya untuk kembali ke posisi di mana Silvia terjatuh.Dari kejauhan, Ken masih bisa melihat tangan Silvia yangenggelam.Setelah berada di jarak yang cukup dekat dengan posisinya Silvia, dengan cepatnya Ken langsung mematikan mesin speedboat-nya dan segera melompat sejauh-jauhnya untuk melompat sedekat mungkin dari posisinya Silvia.Setelah itu, Ken langsung berenang secepat mungkin menuju ke posisinya Silvia tapi sayangnya Silvia tidak lagi terlihat. Tangannya tidak lagi terlihat di permukaan air, karena itu, dengan cepatnya Ken langsung menyelam ke arah bawah.Dengan kemampuan yang
Lidya sangat kaget mendengar kata-kata Johnny ini sehingga tubuhnya langsung kaku. Dia menatap ke arah ruangan sebelah dimana Gerry masih dirawat.Melihat Lidya terdiam dengan tangan diturunkan seperti itu, perlahan-lahan Johnny mendekat dan langsung menangkap tangan Lidya yang memegang asbak itu.Lidya baru sadar saat asbak ssudah tidak lagi berada di tangannya dan sudah dirampas Johnny. Johnny langsung membawa asbak itu ke arah lemari dan menaruhnya di dalam lemari yang memiliki kode sehingga hanya bisa dibuka dengan kode.Setelah memastikan Lidya tidak lagi memiliki senjata, Johnny kembali mendekati Lidya yang masih terdiam sambil menatap ke arah Gerry di ruangan sebelah.Nafsu di dada Johnny semakin memuncak saat dirinya sudah berada begitu dekat dengan Lidya. Dada penuh Lidya membuat Johnny langsung berusaha menggerayangi dada penuh itu.Merasa dadanya diraba oleh lelaki yang tidak dia sukai, secara refleks, Lidya langsung mundur selangkah dan melayangkan sebuah tamparan ke pipi
Saat ini Lidya sudah tidak berdaya lagi. Dia tidak bisa melakukan perlawanan karena dia takut anak buahnya Johnny akan kembali menyiksa Garry yang berada di ruangan sebelah, karena itu, saat Johnny mendekatinya, Lidya tidak bisa melawan.Lidya hanya bisa mundur-mundur ke belakang hingga tubuhnya menempel di jendela kaca.Saat ini, Johnny tiba-tiba mendengar suara handphone miliknya berdering, sehingga Johnny langsung mengambil handphone-nya dari balik sakunya, membalikkan tubuhnya dari posisi sebelumnya dan mulai menelepon.Lidya menyingkap gorden jendela kaca di belakang tubuhnya. Lidya menggunakan kesempatan ini untuk berusaha mencari pertolongan.Saat ini, di kejauhan sana Lidya melihat speedboat yang di luar yang sebelumnya hanya satu, kini sudah ada 2 speedboat yang terlihat berdekatan dan ada beberapa orang yang berdiri di salah satu speedboat itu dengan seorang di antaranya kelihatan sedang menatap ke arah kapal di mana Lidya berada saat ini.Tapi orang itu sangat jauh. Wajahny
“KEN … KEN …” Lidya berteriak kencang saat dia sadar kalau lelaki yang sedang bergelantungan dengan tali untuk naik ke atas helikopter itu adalah Ken.Tapi, sayang. Ken sudah lewat dan tak terlihat lagi. Lidya menangis dan terus berteriak. “KEN TOLONG AKU, KEN. MAAFKAN AKU, KEN. MAAFKAN AKU YANG TELAH MENGECEWAKANMU. HUUHUHU.”Lidya menunggu. Lidya berharap Ken sudah sempat melihatnya dan akan menjatuhkan diri di atas kapal ini untuk menolongnya. Lidya menunggu sambil menangis karena dia tahu, kalau Johnny kembali ke kamar ini, maka, kemungkinan Lidya akan dipaksa untuk melakukan apa yang diinginkan oleh Johnny.Setelah itu, bermenit-menit Lidya menunggu, hingga akhirnya pintu ruangan ini dibuka dari luar hingga terdengar bunyi yang keras.**Saat Ken bergelantungan dengan tali helikopter, Ken langsung naik ke atas dengan cepat. Dia terlalu fokus untuk naik ke atas sehingga Ken tidak memperhatikan kapal yang tadi dia lihat.Akhirnya, Ken sampai di atas helikopter dan langsung duduk se