Terdengar suara banyak bunyi klakson yang membuat Ken dan Lidya langsung menghentikan apa yang sedang mereka lakukan.Lidya memperbaiki bajunya dibantu oleh Ken. Setelah itu, mereka berdua mulai berjalan dan tidak menghiraukan kata-kata dari para pengendara mobil yang bersiul ke arah mereka.Ada yang berkata, "woi! Bos, bawa ke hotel cewek loe! jangan di jalanan. Gak modal loe!"Mendengar kata-kata itu, Ken dan Lydia tertawa sambil saling pandang. Setelah itu, mereka langsung ikuti jalan belakang untuk menuju ke hotel tempat dimana Tony sudah menyewa kamar untuk mereka berdua serta para pengawal mereka.Melihat tuan muda mereka sudah berjalan lagi, Matias dan Sylvia kembali mengikuti dari belakang.Matias yang jomblo dan sempat melihat dari kejauhan adegan dari Ken dan Lidya tadi mulai terbawa suasana. Karena itu, dia memegang tangan Silvia.Silvia langsung melepas tangannya dari genggaman tangan Mathias, kemudian dia berkata, "apa yang kau lakukan? Aku akan melaporkan kamu kepada And
Setelah berada dalam kamar, Lidya bertanya, "apakah masalah yang ditimbulkan oleh Papaku itu memang sangat berat?"Ken tidak langsung menjawab. Dia mendekati jendela dan menatap kearah luar kamarnya. Saat ini, dia berada di lantai 21 sehingga dia bisa menatap ke arah luar dengan bebas. Dia menghela nafas berat sekali kemudian dia berkata, "ya, nampaknya sangat berat."Lidya mendekati Ken dari belakang, memeluk Ken dari belakang. Sejenak dia mencium punggung Ken, setelah itu dia sandarkan pipinya di punggung Ken. "Mengapa begitu?""Karena dalam keluargaku dan perusahaan keluargaku, sejak turun temurun pemimpin tertingginya adalah sang Kaisar yang dijabat oleh orang yang paling dituakan dalam keluarga kami dan saat ini yang menjabat sang Kaisar adalah kakekku. Ayahku menjabat presiden direktur sementara aku adalah pewaris utama. Sang Kaisar itu memiliki hak untuk melakukan larangan.""Lalu?" Lidya kembali mengecup punggung Ken sekali dengan penuh rasa sayang."Sang Kaisar memiliki 3 lar
"Why not?" tanya Lidya."Aku ingin menikmatinya tapi nanti ... saat kita sudah menikah. Aku ingin menikmati itu saat malam pertama kita," kata Ken sambil menatap wajah Lidya."Kenapa kamu masih mempertahankan sikapmu ini? Aku tahu kalau kamu sedang gundah pada saat ini. Iya kan?""Maksud kamu?""Aku tahu kalau tanda larangan pertama itu sangat merisaukanmu. Iya kan? Aku tahu kalau aku tidak memiliki kesempatan untuk bisa bersamamu. Iya kan?""Tidak, Lidya. Kamu keliru. Bukan seperti itu. Aku--""Jangan lagi menyembunyikannya, sayang," potong Lidya. "Aku sekarang ini sudah lebih mengenalmu. Aku tahu apa yang bergolak dalam hatimu. Aku tahu kalau kamu sangat risau dengan penghinaan yang dilakukan papaku kepada kakekmu. Iya kan?""Masih ada jalan, Lidya. Aku yakin masih ada jalan.""Sudah kubilang tadi kalau aku sudah sangat mengenalmu, Ken dan aku yakin kalau kamu pun pesimis akan hubungan kita. Iya kan?""Oke. Aku akui kalau aku memang pesimis kalau kakekku akan bisa memaafkan papamu d
Saat ini, Ken ingin membawa permainan ini ke arah yang lebih lagi, karena itu, Ken mulai meneteskan es batu di tangannya ke arah perut rata nan menggoda milik Lidya.Lidya menggelinjang semakin hebat saat dia merasakan rasa dingin-dingin empuk di perutnya. Itupun langsung disusul oleh jilatan lidah Ken yang walaupun sebenarnya tidak berpengalaman tapi terasa sangat ahli dalam menghadirkan rasa yang menggetarkan bagi Lidya.Belakangan, Lidya merasa, pelindung segitiga yang menjadi satu-satunya benda berbahan kain di tubuhnya yang masih tersisa, kini juga mulai dipreteli orang.Tapi, Lidya memilih untuk membiarkan hal itu terjadi, Lidya sudah sangat pasrah, dia ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, bahkan bagi Lidya, lebih cepat pengaman berbentuk segitiga miliknya itu dilucuti dari tempatnya, maka itu akan lebih baik lagi.Lidya terus menutup matanya, dia terlalu malu untuk membuka matanya dengan keadaan dia yang sudah polos tanpa sehelai benang pun seperti ini. Dia hanya bisa
Bahkan kemudian, Ken meminta suatu perubahan. Ken meminta Lidya untuk berada di atas, permintaan itu pun langsung dituruti oleh Lidya.Saat penggantian posisi itu, Ken melihat ada darah di selangkangan Lidya yang berarti Ken sudah mengambil kesucian Lidya.Dengan penuh kasih sayang, Ken mengecup kening Lidya, setelah itu, Ken membantu Lidya untuk memposisikan tubuhnya di atas Ken.Karena Lidya berada di atas, maka dia mencoba untuk melakukan gerakan-gerakannya. Awalnya agak kaku karena ini adalah yang pertama baginya.Belakangan Lidya mulai bisa belajar, apalagi dia mulai bereksperimen dengan senjata milik Ken yang berada di dalam tubuhnya ini.Lama kelamaan, Lidya semakin menguasai keadaan. Dia membuat gerakan-gerakan yang mendatangkan rasa nikmat yang teramat sangat bagi Ken.Ken pun hanya bisa menutup matanya dan sesekali berbisik mengungkapkan pujiannya kepada Lidya.Selama berhari-hari mereka berdua terpisah, karena itu, pada saat ini, saat mereka berdua bersatu, mereka berdua me
Di ronde kedua ini, Ken yang gantian berposisi di atas. Karena dia berada di atas, maka, dia terus bergerak-gerak ke atas dan ke bawah lagi dengan bibir yang terus mengecup lembut bibirnya Lidya.Lidah keduanya saling taut, rasa di dada Lidya yang sebelumnya sempat menurun itu, kini kembali naik seiring dengan pertemuan antara lidahnya dengan lidahnya Ken."Aku ingin selalu bersamamu. Aku tidak ingin berpisah lagi denganmu, sayang," bisik Ken yang sempat meninggalkan bibir tipis Lidya."Aku juga. Aku juga tidak ingin berpisah denganmu.""Apapun yang terjadi nanti di Hongkong, satu hal yang pasti adalah, aku tidak akan pernah meninggalkanmu," tandas Ken sambil terus bergerak stabil di atas tubuh Lidya.Lidya terdiam. Dia tidak mampu menjawab karena Lidya sudah berencana, kalau kakeknya Ken tidak merestui, maka Lidya berencana untuk mundur, karena kakeknya Ken adalah sebuah penghalang yang sangat kuat.Lidya tidak mau Ken kehilangan haknya sebagai pewaris utama cuma karena dia, karena i
Lidya kembali ke kamar hotel dengan tubuh yang hanya dibalut oleh handuk hotel.Lidya menatap Ken yang masih tertidur di atas pembaringan. Dia menatap Ken dengan penuh rasa sayang. Semakin dia menatap wajah Ken, semakin dia membulatkan tekadnya untuk melanjutkan apa yang dia pikirkan saat dia berada di kamar mandi sebelumnya."Aku harus meninggalkan Ken supaya dia tidak perlu memikirkan pilihan antara aku atau hak dia sebagai ahli waris perusahaannya karena aku yakin dia pasti akan memilihku kalau kakeknya memaksa dia untuk membuat pilihan dan aku tidak bisa membiarkan hal itu," batin Lidya.Setelah menatap wajah Ken sekali lagi, Lidya mulai membuka handuknya dan memulai memakai bajunya. Dia berencana untuk segera menghilang dari Ken.Setelah Lidya memakai bajunya, dia kembali menatap Ken. "Goodbye, my love. Aku pergi untuk kebaikanmu. Aku yakin kalau aku tidak akan pernah bisa melupakanmu tapi aku harus melakukan ini karena kamu harus terus bersama perusahaanmu. Ada jutaan orang yang
Bel lift sudah berbunyi dan pintu lift terbuka. Lidya menyatukan kedua tangannya ke depan dada dan mengangguk ke arah Silvia karena dia merasa Silvia sudah memberikan kesempatan bagi dia untuk pergi.Baru saja Lidya masuk ke dalam lift lengannya sudah ditarik oleh Sylvia sehingga Lidya tidak bisa masuk ke dalam lift."Maafkan aku, nona. Tapi, aku tidak bisa membiarkan kamu pergi," tandas Silvia."Please ... biarkan aku pergi. Aku melakukan ini untuk tuan muda kalian. Please... ""Dan aku juga melakukan ini untuk tuan mudaku karena tuan mudaku akan sangat sedih kalau nona pergi. Lagipula, nona harus berjuang bersama Tuan Muda sebelum menyerah. Jadi, jangan menyerah sekarang, setelah semua yang telah terjadi," tandas Silvia.Sebenarnya, sempat terjadi perang batin di dalam diri Silvia antara membiarkan Lidia pergi untuk kepentingannya pribadi atau mencegah Lidya pergi untuk kredibilitas tim pengawal di mata Ken.Selain untuk kredibilitas tim, Sylvia akhirnya memutuskan untuk mencegah Li