“Nik, aku bawakan teh jahe hang—Nik!” Juna yang baru masuk ke kamar setelah membuat wedang jahe untuk istrinya yang kurang sehat, mendadak melihat Anika dalam kondisi yang aneh.Dia lekas menaruh cangkir berisi wedang jahe tadi dan bergegas mendekat ke istrinya. Anika seperti orang tak sadarkan diri, tapi badannya menggigil.“Nik! Nik!” Juna meraih tubuh istrinya dan dia peluk sambil mengalirkan energi murni dia.Melihat kondisi Anika yang menggigil, pucat, dan tidak sadarkan diri, Juna tahu ada yang tidak beres dengan istrinya.“Ma, bisa bawa Rafa ke sini? Aku benar-benar minta maaf merepotkan Mama.” Juna baru saja menelepon Wenti sambil tetap memeluk Anika sambil dia tetap duduk di tempat tidur.Cukup dengan satu lambaikan tangan saja, begitu bel berbunyi, Juna melepaskan kunci pintu dan Wenti bisa masuk bersama Rafa di gendongannya.“Jun, ada apa?” Wenti masuk ke kamar setelah dipersilakan Juna. “Astaga! Anika kenapa, Jun?” Dia terpekik kaget melihat kondisi aneh Anika.Sementara i
“Baik, Pak! Akan saya bawa dia ke sini.” Penjaga menjawab Bobby dan pergi dari hadapan bos Semesta Group itu.Bobby enggan beranjak dari selnya. Dia menggunakan kekuasaannya yang masih bisa berpengaruh di kejaksaan ini dengan meminta sel tersendiri dan menggunakan perabot yang dia inginkan.“Hm, kira-kira siapa dia?” Bobby bertanya-tanya sambil menggumam rendah.Ketika Lexus masuk ke ruangan sel khusus untuk Bobby, dia tersenyum melihat kondisi selnya.“Sepertinya Anda sangat nyaman di sini dan betah sekali, bukan, Tuan Sugandi.” Suara berat Lexus sampai di telinga Bobby.Pria paruh baya itu membuka matanya dan melihat Lexus. “Aku tidak mengenalmu, kenapa kau ingin menemuiku?”“Tidak ada salahnya kalau kita berkenalan sekarang, bukan?” Lexus membeberkan senyum lebarnya yang terlihat menyeramkan. “Namaku Lexus da Salvatore dari Palaoma.”Mata tua namun masih seawas elang milik Bobby melirik Lexus yang berdiri menjulang di depan selnya.“Oh? Apakah kau punya darah Portugal sehingga nama
“Benar, Mi! Kita harus protes ke orang sialan itu! Enak saja dia beli saham kita!” Salah satu putra Bobby bersuara dengan wajah geram.Mereka semua pun mempersiapkan diri untuk pergi menemui pembeli saham perusahaan Semesta Group, yaitu Lexus da Salvatore.Malam itu, bertempat di salah satu ruangan VIP sebuah restoran mewah yang sudah dipesan oleh Lexus, anggota keluarga Bobby yang terdiri dari istri sah beserta 4 anaknya sudah berkumpul.“Mana si brengsek itu? Kenapa belum muncul?” Salah satu putri Bobby berkata.Dia sampai izin suaminya dari rapat penting keluarga besar sang suami untuk menghadiri acara penting keluarganya sendiri.“Ya, dia belum juga menunjukkan batang hidungnya. Apa dia mulai menyesal sudah membuat masalah ke kita?” Istri sah Bobby berkata sambil bermuka sinis, mencemooh Lexus yang belum tiba.Istri tidak sah Bobby tidak dia ajak karena baginya ini merupakan kepentingan keluarga inti s
“A—Aku … itu ….” Istri sah Bobby kewalahan mengatur kalimatnya ketika pipinya dijepit jari besar dan kasar milik Lexus.Mata istri sah Bobby bergerak-gerak gelisah menatap pria di sebelahnya. Mana mungkin tidak jika diperlakukan demikian oleh sosok yang menakutkan seperti Lexus?“Nyonya, sepertinya kau masih terlihat memikat meski di usia senja begini. Kurasa perawatanmu sangat berkelas dan tidak mudah dijangkau rakyat jelata, benar? Sungguh sayang sekali istri sebaik ini disia-siakan Bobby dengan mengambil wanita lain sebagai selir-selir di sekitarnya.” Lexus dengan santainya membuka hal paling sensitif bagi si nyonya sah.“K—Kau! Jangan … jangan sembarangan bi—bicara!” Meski nada suaranya terdengar marah, tapi istri sah Bobby tetap saja tidak berbuat apa-apa dan pasrah diperlakukan Lexus.Melihat ibunya dalam kesulitan bicara, putri termuda Bobby yang duduk di sebelah ibunya, segera bicara.“Lepaskan mamaku! Tanganmu tidak layak menyentuh mama!” Putri itu mengumpulkan segenap kebera
“Jangan! Jangan bawa putriku!” pekik istri sah Bobby.Namun, langkah si nyonya dihadang anak buah Lexus yang masih di luar mobil.Lexus juga masih berdiri di sebelah mobilnya dan menoleh ke istri sah Bobby, berkata, “Apa yang akan kau pilih? Putrimu atau rumah dan kekayaanmu?”Istri sah Bobby dan semua anaknya di sana termangu dengan pertanyaan Lexus. Bukankah itu sama-sama pilihan yang sulit bagi mereka?“Bagaimana? Mana yang kamu pilih?” tanya ulang Lexus.Dengan terambilnya sebagian besar saham Semesta Group oleh Lexus, artinya pria itu sudah menguasai keluarga Bobby.“Ma, sudah, Ma! Biarkan saja!” Putra sulung Bobby menarik ibunya menjauh dari mobil Lexus.“Kamu! Bisa-bisanya kamu biarkan adikmu dibawa pria jahat itu!” Istri sah Bobby berteriak ke putra sulungnya dengan wajah berlumuran air mata.Tapi si putra sulung hanya menggelengkan kepala dengan wajah sedih. Tetap saja dia dan adik-adiknya menarik paksa ibu mereka agar menjauh dari Lexus daripada membuat pria jahat itu marah.
“Tidak! Aku tidak mau! Jangan mendekat! Jangan mendekat!” teriak Anna sambil terus menggelengkan kepala disertai wajah ngeri memandang Lexus.Sayangnya, punggung Anna sudah membentur tembok cermin yang bersebelahan dengan tempat tidur besar itu.“Aku akan membuatmu mengerti siapa majikanmu!” Kemudian usai bicara demikian, Lexus menerjang Anna diiringi wajah bagaikan iblis mendapatkan mangsa.Malam itu akan menjadi malam panjang penuh penderitaan bagi Anna. Wanita lajang usia 32 tahun itu dijadikan mainan oleh Lexus di tempat tidur tanpa dia memiliki daya untuk melawan karena perbedaan kekuatan yang terlalu jauh.“Arrghh! Tidak! Sakit!” Anna berseru sambil menangis ketika dirinya semakin dihentak gila-gilaan oleh Lexus.Putri termuda Bobby ini merasa seluruh tulangnya lepas dari engsel-engselnya karena perbuatan beringas Lexus yang menyetubuhi dia dengan begitu ganas semalam suntuk.“Hmph!” Lexus mendengus sembari tersenyum lebar ketika melihat Anna sudah terkapar pingsan setelah dijad
“Pamali?” Shevia mengulang ucapan Rinjani dengan nada tanya. “Ah, iya juga yah! Ada pamali yang biasanya berkaitan dengan calon pengantin.” Akhirnya dia teringat mengenai itu. Anika terlihat gelisah. Dia juga mengetahui mengenai pamali larangan bertemu bagi calon pengantin dalam kurun waktu tertentu karena di era kuno juga ada pamali semacam itu yang turun-temurun dari leluhur. “Aku pikir tak apa.” Juna menyahut. “Asalkan kita percaya dengan pencipta semesta, aku pikir kita akan baik-baik saja dalam lindungan alam raya.” Juna memahami bahwa istrinya tidak memiliki niat buruk dengan meminta pernikahan ini lekas terjadi. Dia hanya belum bisa mengorek dari Anika, apa alasan terbesar dari keputusan sang istri tersebut. “Iya, Mas.” Anika mengangguk, bersyukur sang suami menyelamatkan dia dari kebingungan. Kemudian, mereka masuk ke ruangan inti dari butik baju pengantin terbesar di Samanggi dan mulai sibuk memilih-milih. “Bagaimana yang ini?
“Duh, Shev, kita ‘kan tak tahu apa yang dirasakan Anika, yah! Mungkin dia memang benar sakit. Setahuku, dia bukan orang yang suka cari perhatian, deh! Apalagi dia ‘kan yang malah punya keinginan Juna nikah dengan kita.” Kepositifan pikiran Rinjani keluar.Sejak kecil, Rinjani diajarkan kedua orang tuanya untuk lebih mengedepankan pikiran positif meski tetap harus waspada.Tapi setidaknya jangan mudah menuduh seseorang terlebih dahulu, apalagi tanpa adanya bukti.“Iya, aku tahu itu, Kak. Cuma merasa agak kesal saja karena saat kita sedang dalam acara penting mempersiapkan pernikahan, Anika malah mendadak mengeluh sakit dan membuat Juna meninggalkan kita seperti tadi. Apa dia sebenarnya tidak tulus ingin Juna menikahi kita, ya Kak? Atau mungkin dia sekarang menyesali itu?” Shevia justru berpikir demikian mengenai Anika.Shevia belum mampu seperti Rinjani yang mengedepankan pemikiran positif terlebih dahulu.Apakah
Juna dan ketiga istrinya mengangguk. “Kami akan berusaha untuk itu, Ma. Terus doakan kami agar selalu memiliki hal baik.” Juna menanggapi Wenti. Kemudian, keningnya berkerut, “Ma, apakah Mama akhir-akhir ini sering cepat lelah dan mual?” “Eh, kok tahu?” Wenti terhenyak kaget. Namun, kemudian dia sadar bahwa putra angkatnya ini bukan manusia sembarangan. “Selamat, Ma!” Juna maju untuk memberikan pelukan tulus ke Wenti. Anika dan Shevia paham makna ucapan Juna dan mereka bergantian mengucapkan selamat pula sambil memeluk Wenti. “Eh? Mama kenapa?” Rinjani belum paham. “Mama sudah hamil lagi, Kak.” Shevia menjelaskan. Di antara mereka, Rinjani memang yang paling hebat jika itu mengenai intuisi bisnis, tapi dia payah dalam aspek lainnya yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Wenti menanggapinya dengan senyum simpul dan sedikit malu-malu. *** “Ya ampun, lihat mereka! Sungguh keluarga besar yang ramai.” Seseorang menahan pekikannya ketika melihat Juna dan keluarga kecil dia tu
“Ya ampun, lucu sekali dia! Cantiknya ….” Rinjani sambil menggendong bayinya, dia menoleh ke bayi Shevia.“Dedek bayinya Kak Rin juga ganteng, tuh!” Shevia menunjuk bayi di gendongan Rinjani dengan dagunya.Mereka saling memuji bayi milik madu masing-masing.“Mbak Anika masih menyusui anaknya, yah?” tanya Shevia setelah dia berhasil menidurkan bayinya.“Iya. Masih di kamar. Semua anaknya tenang sekali, jarang menangis. Benar-benar bayi kalem seperti ibunya.” Rinjani mengomentari anak kembar Anika.Kemudian, pintu depan terbuka dan masuklah Juna yang baru pulang dari kantornya.“Mana jagoan-jagoanku?” tanya Juna sambil mendekat ke mereka dan mulai mencium bayi-bayinya di gendongan ibunya masing-masing. “BIntang … umcchh! Wulan … umchh! Sudah wangi semua!”“Lah ini anakku masa sih dipanggil jagoan?” Shevia sambil mengangkat sedikit bayi perempuan di gendongannya.“Lho, dia ini nantinya seorang jagoan wanita! Menjadi perempuan kuat yang akan melindungi orang tertindas dan menebar kebajik
“Wah, gedungmu begitu wow sekali, Jun!” Rinjani menatap gedung baru Juna. Matanya berkeliling menelisik semua interior di sana.“Ini juga berkat bantuanmu.” Juna berkata di dekat telinga Rinjani.“Kok aku?” tanya Rinjani sambil menjauhkan kepalanya dari Juna untuk menatap suaminya dari jarak yang tepat.“Kamu kira aku tidak tahu kalau kau mengirim investor gadungan untuk membantu pendanaan untuk gedung ini, hm?” Juna sambil mencubit lembut pinggang Rinjani.Karena sudah ketahuan begitu, Rinjani hanya bisa tertawa. Shevia dan Anika di sebelahnya tersenyum.Siang ini, mereka baru saja mengadakan peresmian gedung baru apartemen Juna yang besar dan spektakuler. Meski bukan merupakan apartemen paling wah dan nomor satu di Samanggi, namun tetap mencuri perhatian publik karena dimiliki oleh pengusaha muda dengan berbagai gonjang-ganjing isu di belakangnya.Isu paling sering dibicarakan publik mengenai Juna belakangan ini tentu saja tidak lain dan tak bukan adalah mengenai ketiga istrinya yan
“Hah? Om Fer yakin dengan berita yang Om terima?” tanya Juna saat dia berbicara dengan pengacaranya, Ferdinand, di telepon. “Sangat yakin, Jun! Periksa saja ke rutan kejaksaan. Oh, atau untuk lebih akuratnya, datang saja ke rumahnya, pasti sedang ramai di sana.” Ferdinand menyahut dari seberang. Juna tak bisa berkata-kata. Dia segera mengakhiri teleponnya dengan si pengacara. “Ada apa, Jun?” tanya Rinjani dengan wajah ingin tahu. “Berita apa? Ada berita apa dari Om Fer?” Dia semakin mendekat ke Juna di sofa ruang tengah. Anika datang sambil membawa nampan berisi beberapa cangkir wedang cokelat jahe dan camilan buatannya seperti kue pukis dan bakwan jagung. “Bobby meninggal tadi sore.” Juna berkata sambil menatap Anika dan Rinjani secara bergantian. “Hah?!” pekik Rinjani karena terlalu kaget dengan berita yang diucapkan suaminya. Juna mengangguk ke istrinya. “Ada apa? Siapa yang meninggal?” Shevia keluar dari kamarnya karena suara pekikan Rinjani terdengar hingga ke telinganya.
“Ti—Tidak begitu! Ular sialan!” geram Nyai Mirah dan dia mulai mengejar Nyai Wungu yang melarikan diri sambil tertawa melengking meledek permaisuri Ki Amok itu.Kemudian, Ki Amok memanggil Nyai Mirah untuk pulang bersamanya ke istana mereka. Nyai Mirah segera berdiri melayang di sebelah Ki Amok dengan wajah merona menyebabkan kulitnya semakin memerah.“Kami pulang dulu. Nanti jika Mirah dibutuhkan lagi oleh istrimu, panggil saja, tak apa, tapi itu harus benar-benar gawat. Kalian pasti mengerti maksudku, ‘kan?” Ki Amok berkata ke Juna yang masih membopong Anika.‘Ya, ya, ya, aku paham. Intinya kami tidak boleh mengganggu kemesraan kalian berdua kecuali sangat gawat darurat.’ Juna membatin menanggapi Ki Amok.“Ya, kami paham, Ki. Terima kasih, sekali lagi untuk Anda dan pasukan, juga terima kasih pada Nyai Mirah atas bantuannya.” Juna mengangguk sebagai tanda dia menghargai mereka.Kemudian, kereta kencana Ki Amok pun pergi dari sana.Juna menoleh ke Nyai Wungu dan bertanya, “Apakah Nya
‘Apakah Dewi Salwapadmi menyaksikan aku dan Nik … bercinta selama ini?’ Juna memiliki pemikiran demikian. Ya ampun, Juna mendadak saja super malu jika mengingat seperti apa dia memesumi Anika selama ini. Belum lagi tingkah dia saat menggauli Anika. Dia bertanya-tanya, apakah itu disaksikan dan juga dirasakan sang dewi? Mendadak saja senyum lebar dan menahan geli dari Dewi Salwapadmi muncul saat dia bertutur ke Juna, “Jangan khawatir mengenai itu, Tuan Panglima. Aku selama ini tertidur di raga Anika dan mulai terbangkitkan ketika bertarung melawan mantan istrimu.” Mendengar ucapan Dewi Salwapadmi melalui mulut Anika, Juna merasa sangat lega sekaligus malu karena pikirannya ternyata bisa dibaca sang dewi. “A—Ah, iya, baiklah, Ndoro Dewi. Terima kasih penjelasannya.” Juna sedikit merona karena malu. Kemudian, Dewi Salwapadmi menoleh ke Nyai Mirah, dia berkata, “Nyai Mirah, aku sungguh tersentuh dengan pengabdianmu yang luar biasa pada ndoro putrimu ini. Tingkah lakumu sejak dulu jug
“Semua sudah usai?” Juna terengah-engah sambil menanyakan itu pada dirinya sendiri meski itu sebuah gumaman rendah. Anika bergegas terbang ke suaminya dan menyebelahinya di angkasa. Sedangkan Juna mulai merasakan armor yang melingkupi tubuhnya mulai memudar hilang secara perlahan. “Mas … semua sudah selesai. Pertarungan telah Mas menangkan.” Anika tersenyum lembut. Benar, semua sudah usai. Segala ancaman bahaya dan mimpi buruk yang pernah ditakutkan Anika, yang telah menjadi momok baginya selama beberapa minggu ini sekarang lenyap. Seakan batu besar yang mengimpit dada Anika, kini telah terangkat dengan kematian Lexus. Juna menengok ke istrinya sembari dia ikut tersenyum. “Kita yang memenangkan ini, Nik. Kita. Bukan aku saja. Kau, dan semua yang lainnya.” Tentu saja dia tidak boleh mengambil semua kredit yang ada. Bergegas, tangan Juna meraih Anika untuk memeluk wanita itu sembari hatinya berucap syukur pada semesta dan penciptanya yang telah memberikan restu sehingga dia bisa m
“Hm?” Juna mendadak saja merasakan dirinya menjadi lebih bertenaga, energi murninya melonjak tinggi.Setelah dia berpikir cepat, dia merasakan adanya energi dari Shevia dan Rinjani.‘Ternyata mereka.’ Juna tersenyum setelah memahami dari mana energi tambahan untuknya datang secara tak terduga.Saat ini, pedang di tangan Juna menebas tegas ke depan sehingga dengan cepat menyebabkan udara mengalir berputar mengakibatkan munculnya pusaran udara hanya dari ayunan pedang tersebut.Wusshh!Kibasan pedang Juna memicu beberapa ledakan bunyi memekakkan telinga ketika gelombang udara yang tadinya hanya memunculkan pusaran angin, kini berubah menjadi badai, menyapu udara di sekitar Lexus.Energi petir beserta angin badai dari kibasan pedang Juna menyerbu ke Lexus, bagaikan ular raksasa membuka mulutnya hendak menelan Lexus untuk mengunyahnya menjadi ketiadaaan.“Jangan harap semudah itu!” seru Lexus ketika dia juga mengibaskan pedang api hitam di tangannya sehingga energi api miliknya bertabraka
“Jangan sombong dulu, manusia bangs4t!” teriak Lexus pada Juna. “Jangan kau kira karena kau memiliki zirah itu maka kau bisa sekuat aku!”Lexus merobek udara hampa dan mengempaskan angin panas yang bisa membakar kulit manusia biasa dengan segera meski hanya dari hempasan anginnya saja.Juna tidak gentar meski fisik Lexus sudah semirip iblis. Dia memiliki banyak dendam terhadap sosok di depannya. “Kau yang akan berakhir mengenaskan, Lexus!”Zirah di tangan Juna mengumpulkan energi murni yang kini bermuatan energi keilahian.Dhuaarr!Ketika pukulan Juna bertabrakan dengan tinju iblis Lexus, mereka berdua sama-sama terdorong ke belakang. Tapi Juna lekas menerjang maju lagi, tak memberi kesempatan Lexus untuk menarik napas berikutnya.“Kau sudah tak sabar mati, hah?” teriak Lexus sambil mendorongkan energi iblisnya ke arah Juna.Tangan berzirah Juna menangkap kepalan tangan Lexus dan mendorongnya ke samping agar dia bisa menyarangkan tinju di tangan lain ke tubuh Lexus.Dhaakk!Betapa kag