“Baik, Pak! Akan saya bawa dia ke sini.” Penjaga menjawab Bobby dan pergi dari hadapan bos Semesta Group itu.Bobby enggan beranjak dari selnya. Dia menggunakan kekuasaannya yang masih bisa berpengaruh di kejaksaan ini dengan meminta sel tersendiri dan menggunakan perabot yang dia inginkan.“Hm, kira-kira siapa dia?” Bobby bertanya-tanya sambil menggumam rendah.Ketika Lexus masuk ke ruangan sel khusus untuk Bobby, dia tersenyum melihat kondisi selnya.“Sepertinya Anda sangat nyaman di sini dan betah sekali, bukan, Tuan Sugandi.” Suara berat Lexus sampai di telinga Bobby.Pria paruh baya itu membuka matanya dan melihat Lexus. “Aku tidak mengenalmu, kenapa kau ingin menemuiku?”“Tidak ada salahnya kalau kita berkenalan sekarang, bukan?” Lexus membeberkan senyum lebarnya yang terlihat menyeramkan. “Namaku Lexus da Salvatore dari Palaoma.”Mata tua namun masih seawas elang milik Bobby melirik Lexus yang berdiri menjulang di depan selnya.“Oh? Apakah kau punya darah Portugal sehingga nama
“Benar, Mi! Kita harus protes ke orang sialan itu! Enak saja dia beli saham kita!” Salah satu putra Bobby bersuara dengan wajah geram.Mereka semua pun mempersiapkan diri untuk pergi menemui pembeli saham perusahaan Semesta Group, yaitu Lexus da Salvatore.Malam itu, bertempat di salah satu ruangan VIP sebuah restoran mewah yang sudah dipesan oleh Lexus, anggota keluarga Bobby yang terdiri dari istri sah beserta 4 anaknya sudah berkumpul.“Mana si brengsek itu? Kenapa belum muncul?” Salah satu putri Bobby berkata.Dia sampai izin suaminya dari rapat penting keluarga besar sang suami untuk menghadiri acara penting keluarganya sendiri.“Ya, dia belum juga menunjukkan batang hidungnya. Apa dia mulai menyesal sudah membuat masalah ke kita?” Istri sah Bobby berkata sambil bermuka sinis, mencemooh Lexus yang belum tiba.Istri tidak sah Bobby tidak dia ajak karena baginya ini merupakan kepentingan keluarga inti s
“A—Aku … itu ….” Istri sah Bobby kewalahan mengatur kalimatnya ketika pipinya dijepit jari besar dan kasar milik Lexus.Mata istri sah Bobby bergerak-gerak gelisah menatap pria di sebelahnya. Mana mungkin tidak jika diperlakukan demikian oleh sosok yang menakutkan seperti Lexus?“Nyonya, sepertinya kau masih terlihat memikat meski di usia senja begini. Kurasa perawatanmu sangat berkelas dan tidak mudah dijangkau rakyat jelata, benar? Sungguh sayang sekali istri sebaik ini disia-siakan Bobby dengan mengambil wanita lain sebagai selir-selir di sekitarnya.” Lexus dengan santainya membuka hal paling sensitif bagi si nyonya sah.“K—Kau! Jangan … jangan sembarangan bi—bicara!” Meski nada suaranya terdengar marah, tapi istri sah Bobby tetap saja tidak berbuat apa-apa dan pasrah diperlakukan Lexus.Melihat ibunya dalam kesulitan bicara, putri termuda Bobby yang duduk di sebelah ibunya, segera bicara.“Lepaskan mamaku! Tanganmu tidak layak menyentuh mama!” Putri itu mengumpulkan segenap kebera
“Jangan! Jangan bawa putriku!” pekik istri sah Bobby.Namun, langkah si nyonya dihadang anak buah Lexus yang masih di luar mobil.Lexus juga masih berdiri di sebelah mobilnya dan menoleh ke istri sah Bobby, berkata, “Apa yang akan kau pilih? Putrimu atau rumah dan kekayaanmu?”Istri sah Bobby dan semua anaknya di sana termangu dengan pertanyaan Lexus. Bukankah itu sama-sama pilihan yang sulit bagi mereka?“Bagaimana? Mana yang kamu pilih?” tanya ulang Lexus.Dengan terambilnya sebagian besar saham Semesta Group oleh Lexus, artinya pria itu sudah menguasai keluarga Bobby.“Ma, sudah, Ma! Biarkan saja!” Putra sulung Bobby menarik ibunya menjauh dari mobil Lexus.“Kamu! Bisa-bisanya kamu biarkan adikmu dibawa pria jahat itu!” Istri sah Bobby berteriak ke putra sulungnya dengan wajah berlumuran air mata.Tapi si putra sulung hanya menggelengkan kepala dengan wajah sedih. Tetap saja dia dan adik-adiknya menarik paksa ibu mereka agar menjauh dari Lexus daripada membuat pria jahat itu marah.
“Tidak! Aku tidak mau! Jangan mendekat! Jangan mendekat!” teriak Anna sambil terus menggelengkan kepala disertai wajah ngeri memandang Lexus.Sayangnya, punggung Anna sudah membentur tembok cermin yang bersebelahan dengan tempat tidur besar itu.“Aku akan membuatmu mengerti siapa majikanmu!” Kemudian usai bicara demikian, Lexus menerjang Anna diiringi wajah bagaikan iblis mendapatkan mangsa.Malam itu akan menjadi malam panjang penuh penderitaan bagi Anna. Wanita lajang usia 32 tahun itu dijadikan mainan oleh Lexus di tempat tidur tanpa dia memiliki daya untuk melawan karena perbedaan kekuatan yang terlalu jauh.“Arrghh! Tidak! Sakit!” Anna berseru sambil menangis ketika dirinya semakin dihentak gila-gilaan oleh Lexus.Putri termuda Bobby ini merasa seluruh tulangnya lepas dari engsel-engselnya karena perbuatan beringas Lexus yang menyetubuhi dia dengan begitu ganas semalam suntuk.“Hmph!” Lexus mendengus sembari tersenyum lebar ketika melihat Anna sudah terkapar pingsan setelah dijad
“Pamali?” Shevia mengulang ucapan Rinjani dengan nada tanya. “Ah, iya juga yah! Ada pamali yang biasanya berkaitan dengan calon pengantin.” Akhirnya dia teringat mengenai itu. Anika terlihat gelisah. Dia juga mengetahui mengenai pamali larangan bertemu bagi calon pengantin dalam kurun waktu tertentu karena di era kuno juga ada pamali semacam itu yang turun-temurun dari leluhur. “Aku pikir tak apa.” Juna menyahut. “Asalkan kita percaya dengan pencipta semesta, aku pikir kita akan baik-baik saja dalam lindungan alam raya.” Juna memahami bahwa istrinya tidak memiliki niat buruk dengan meminta pernikahan ini lekas terjadi. Dia hanya belum bisa mengorek dari Anika, apa alasan terbesar dari keputusan sang istri tersebut. “Iya, Mas.” Anika mengangguk, bersyukur sang suami menyelamatkan dia dari kebingungan. Kemudian, mereka masuk ke ruangan inti dari butik baju pengantin terbesar di Samanggi dan mulai sibuk memilih-milih. “Bagaimana yang ini?
“Duh, Shev, kita ‘kan tak tahu apa yang dirasakan Anika, yah! Mungkin dia memang benar sakit. Setahuku, dia bukan orang yang suka cari perhatian, deh! Apalagi dia ‘kan yang malah punya keinginan Juna nikah dengan kita.” Kepositifan pikiran Rinjani keluar.Sejak kecil, Rinjani diajarkan kedua orang tuanya untuk lebih mengedepankan pikiran positif meski tetap harus waspada.Tapi setidaknya jangan mudah menuduh seseorang terlebih dahulu, apalagi tanpa adanya bukti.“Iya, aku tahu itu, Kak. Cuma merasa agak kesal saja karena saat kita sedang dalam acara penting mempersiapkan pernikahan, Anika malah mendadak mengeluh sakit dan membuat Juna meninggalkan kita seperti tadi. Apa dia sebenarnya tidak tulus ingin Juna menikahi kita, ya Kak? Atau mungkin dia sekarang menyesali itu?” Shevia justru berpikir demikian mengenai Anika.Shevia belum mampu seperti Rinjani yang mengedepankan pemikiran positif terlebih dahulu.Apakah
“Arjuna Prasojo Sasongkojoyo … aku ingin kamu tunduk di bawahku.” Lexus berkata demikian ketika dia mulai menyepi di kamar khusus yang dia bangun di sudut selatan mansionnya.Kamar itu gelap, dengan banyak ornamen warna hitam tersebar di sekeliling ruangan. Banyak juga patung berwujud aneh di beberapa sudut kamar, serta wangi dupa yang sangat pekat memenuhi tempat seluas 6x6 meter tersebut.“Hm ….” Lexus menaburkan sesuatu pada cawan yang memiliki kobaran api sehingga percikan api kecil mulai berubah menjadi besar dan tinggi meski hanya sekian detik.Dia mulai menyalakan lilin berwarna hitam dan menaburkan bubuk tertentu seperti yang tadi dilakukan di cawan kecil. Lidah api di lilin hitam menjadi menggeliat tinggi seakan ingin menggapai jari Lexus dalam sekian detik pula.“Aku akan memulainya.” Lexus menutup mata seraya menggumam sendiri dengan nada rendah dan berat sembari dia duduk bersila di depan altar berlilin hitam dan di sebelah lilin itu ada cawan api tadi.Tak berapa lama, ku