Menggunakan energi supernaturalnya, Juna menghubungi Nyai Wungu. ‘Tolong lindungi Nik, Nyai! Aku melihat energi tak baik mengarah ke rumah Nik!’‘Siap, Tuanku!’ Nyai Wungu melesat cepat dari kediaman Hartono dan langsung tiba di rumah Anika.Motor Juna meraung di jalan dan ketika dia sampai di halaman rumah Anika, dia langsung melompat dari motor, tak peduli apakah motor sudah di standart atau belum.Brakk!Motor oleng dan jatuh, tapi Juna tidak menggubris. “Nik!”Ketika dia masuk ke dalam rumah Anika, sudah ada beberapa pekerja perempuan yang memegangi Anika yang memberontak.“Aarrghh! Lepas! Lepaskan aku, tolol!” seru Anika dengan suara menggeram parau dan mata melotot ke para pekerja yang memeganginya.“Buk, jangan begini, Buk!”“Pak Juna, tolong ibu, Pak!”Pekerja-pekerja itu memohon ke Juna begitu Juna masuk ke rumah utama.“Sial! D
“Hmmhh ….” Terdengar suara dari mulut Anika, dia mulai tersadar.Juna bergegas mengalihkan perhatian ke Anika. “Sayang? Nik? Nik Sayang, bangun,” ucapnya sambil mengusap lembut pipi Anika.Mata Anika perlahan-lahan terbuka dan mendapati sosok pria terkasihnya.“Mas!” Anika bersuara dengan lemah. Matanya mulai berkaca-kaca. “Mas ….”Setelah itu, Juna mendekap Anika dan wanita itu menumpahkan tangisnya di dada Juna.“Aku takut sekali, Mas! Tadi tiba-tiba ada sosok mengerikan muncul di depanku dan langsung masuk ke aku, membuat aku linglung, dan mendadak saja aku berada di ruangan gelap tanpa sisi. Mas, aku takut berpisah darimu, hu hu hu ….” Anika meluapkan apa yang menyesaki perasaannya.“Sudah, sudah tak apa-apa, kok! Sudah aman. Ada Mas di sini, kamu pasti aman-aman saja.” Juna mengelus sayang kepala Anika.“Aku … aku pikir aku tamat dan tidak bisa lagi melihat kamu, Mas. Aku takut sekali, hiks! Hu hu hu ….” Anika tidak lagi menahan hatinya mengatakan apa yang ingin dia katakan.Rasa
“Bagaimana, Nik? Masih tertarik?” Juna sambil tersenyum menanyakannya.Ada tampilan dilema di wajah Anika ketika mendengar penuturan Juna yang dia rasa sangat tak terduga.“Nik, kamu dulunya tidak pernah mempelajari penempaan cakra atau kanuragan. Kemudian kita sempat menikah walau sebentar. Mungkin saat itulah energi supernaturalku tersalur masuk ke dirimu meski sedikit, makanya terkadang kamu bisa melihat makhluk astral meski tidak begitu jelas, ‘kan?” Juna memiliki asumsi ini.Atas asumsi Juna, Anika mengangguk pelan. Bisa jadi demikian seperti yang dikatakan Juna.“Benarkah harus melalui … hubungan intim?” Anika masih bimbang. Itu tidak bisa disembunyikan dari ekspresi wajah dan nada suaranya.“Kalau kamu ragu, lebih baik jangan. Aku tak mau dianggap seperti dukun cabul yang mengobati pasien dengan syarat hubungan intim, ha ha ha! Yah, walaupun ada banyak sekali dukun abal-abal yang berkedok sakti dan memberi syarat itu ke pasiennya, padahal dia tak punya ilmu apa-apa, hanya seked
Hartono semakin kaget dengan kalimat yang disampaikan Juna. Apalagi ketika melirik istrinya sedang menatapnya dengan pandangan tercengang. “J—Jun! Jangan ngawur kamu kalau menuduh Papa!” Hartono tak bisa membiarkan istrinya mengetahui ulah jahat dia, apalagi berkaitan dengan dukun. Dahi Juna mengerut ketika matanya ikut memicing memandang ayah mertuanya. 'Masih bisa menyangkal, heh? Sungguh orang tua luar biasa! Pantas saja anaknya seperti itu.' Juna tidak bisa luput dari membatin demikian. "Saya bisa memberikan bukti atau mendatangkan dukun yang Anda pakai ke sini kalau memang Anda tidak bersedia mengakuinya." Rasa hormat dan segan dia pada Hartono sudah luntur akibat ulah Hartono sendiri. Kalau Hartono sejak dulu selalu teguh dalam cinta dan pernikahannya, mungkin Juna masih ada segan karena mencintai Anika ketika sudah menikahi putrinya Hartono. Masalahnya, Hartono lebih tak tahu malu dengan memacari lalu menikahi sekretarisnya tanpa
Mata Wenti terbelalak heran, “Ra—Rafa bilang begitu? Rafa?”Dia seakan tak percaya bocah yang masih belum bisa bicara itu malah dikatakan memberitahu Juna mengenai bagaimana menyembuhkan Hartono.“Mungkin Mama tidak akan percaya ini, tapi Ma … Rafa punya energi supernatural.” Juna tidak bisa menutupinya lagi lebih lama.Apalagi, Wenti sebagai orang tua Rafa, berhak mengetahuinya.Usai mendengar ucapan Juna, Wenti memicingkan mata dan bertanya, “Rafa punya apa, Jun? Energi supernatural?”Juna mengangguk. Pastinya berat bagi orang tua di era modern ini menerima kenyataan putra mereka memiliki energi yang di luar nalar manusia pada umumnya.“Iya, Ma. Dia punya itu. Aku bisa merasakannya dan meyakini itu 100 persen.” Juna menebalkan opininya.Sebenarnya ini juga kesalahannya yang sudah memberikan energi murni dia ketika Rafa masih bayi merah.‘Kemungkinan energi murni aku yang di Rafa sudah berevolusi menjadi energi cakra dan membangkitkan mata ketiga dia sehingga tercipta energi supernat
“Maaf, Anda sekalian bisa keluar dulu karena kami sedang menangani pasien.” Salah satu perawat berbicara ke Wenti. Mereka baru selesai membersihkan darah Hartono di lantai dan bajunya.Namun, Juna segera mengambil alih dengan memberikan tatapan hypnosis kepada dua perawat tersebut.Tak sampai lama, kedua perawat mendadak diam dan keluar tanpa banyak bicara lagi, meninggalkan Hartono bersama keluarganya.“Papa minta maaf.” Rafa bicara lagi setelah kedua perawat pergi.Mana mungkin Hartono tidak terkejut menyaksikan putra mereka bisa bicara fasih layaknya orang dewasa?“Ra—Rafa?” Wenti menatap anaknya dengan takjub.Meskipun suara Rafa masih khas seperti suara anak kecil pada umumnya tapi artikulasinya sangat jelas. Alhasil, bocah yang baru selesai menumbuhkan deretan gigi depan itu justru terlihat lucu menggemaskan ketika bicara.“Rafa kenapa … kok bicara begitu?” Hartono masih syok akan tingkah putranya.Wenti segera menoleh ke Juna. “Ini … Rafa sungguhan menyuruh papanya untuk minta
Saya juga harus minta maaf pada Bapak mengenai hubungan saya dengan Mas Juna. Tapi saya sangat mencintai Mas Juna. Saya ingin bersama selamanya dengan Mas Juna.Penuturan keteguhan hati Anika tadi mengejutkan tidak hanya bagi Hartono dan Wenti, tapi juga bagi Juna itu sendiri. Kata-kata Anika sungguh menggugah perasaan Juna.“Nik ….” Juna tersenyum haru. Sama sekali tidak menyangka wanita terkasihnya bersedia menyatakan keteguhan demikian demi dirinya, demi cinta mereka.Rangkaian kalimat penuh keberanian dan keteguhan dari Anika tadi memang sudah ada di rencana Anika ketika dia mendapatkan seluruh cerita dari Juna di mobil tadi. Dia bersyukur dirinya bisa mengungkapkan semuanya meski sedikit tersendat pada kegugupan sesaat."Mas ...." Anika tersipu dan menundukkan kepalanya, wajahnya sudah merah padam. Dia masih tak menyangka bisa mencuatkan keberaniannya mengatakan itu secara tegas ke orang selain Juna.Tetap saja, bagi Juna, i
“Mengontrol anakmu?” Juna membeo ucapan ayah mertuanya dengan nada tanya sambil matanya memicing, tak percaya akan tuduhan yang disematkan Hartono padanya.Bisa-bisanya Hartono melemparkan tuduhan semacam itu ketika dia sudah berjuang melakukan berbagai hal untuk si ayah mertua!‘Ini bapak mertua sialan! Sekarang malah menuduhku begitu! Tahu begini, aku biarkan saja dia mati kemarin, tak perlu menyampaikan syarat dari Rafa!’ Juna menyesal di benaknya.Sementara itu, Wenti baru saja masuk ke kamar, menyusul kedua pria yang lebih dulu tiba di sana.Menyadari ketegangan dari sikap dan pandangan suami serta menantunya, Wenti bertanya, “Ada apa, nih? Kok kalian ….”“Dia menuduhku memanipulasi Rafa menggunakan energi supernaturalku agar bisa mengontrol Rafa, Ma.” Juna menyampaikan apa adanya ke Wenti.Alhasil, Wenti terkesiap kaget. Kedua alisnya terangkat tinggi-tinggi sambil mulutnya membentuk huruf O.“Mas! Mas Har kok begitu? Juna sudah berusaha membantu kita. Dia bahkan berulang kali m