Setelah selesai memeriksa kesiapan para prajuritnya, Senapati Pandu langsung masuk ke dalam saung berukuran sedang, saung tersebut merupakan pos keamanan yang sengaja dibangun di tempat tersebut, sebagai tempat para prajurit memantau keadaan di batas wilayah kerajaan Purba Yaksa dan Genda Yaksa.
Selain pos keamanan, di tempat itu juga telah dibangun beberapa barak tempat beristirahat para prajurit. Setiap harinya mereka melakukan tugas secara bergiliran, melakukan patroli dan penjagaan ketat di wilayah itu.
Senapati Pandu langsung memanggil keempat orang prajurit pengawalnya, dan juga memanggil Panglima Durga untuk segera melakukan pembicaraan penting di dalam saung keamanan itu.
"Mohon maaf, Panglima. Siapa di antara prajurit yang paling ahli dalam melakukan penyusupan ke dalam wilayah musuh?" tanya Senapati Pandu meluruskan pandangannya ke wajah sang panglima yang sudah ada di hadapannya.
"Ada, Senapati. Mereka yang paling aku percaya dan memiliki kemam
Baguswera dan Junta sudah berada di hadapan jasad prajurit Purba Yaksa. Mereka tengah mengamati kondisi jasad prajurit tersebut, tampak jelas kepalanya mengalami luka yang sangat parah akibat benturan keras ketika jatuh mengenai bebatuan yang ada di dasar tebing itu."Kepalanya hampir pecah," desis Baguswera terus mengamati jasad prajurit itu."Kita angkat jasad prajurit ini. Lalu, kita hanyutkan ke sungai agar jasadnya terbawa arus sungai!" kata Junta lirih. "Dan pihak kerajaan Purba Yaksa tidak akan menuduh pihak kita sebagai pelakunya," sambung Junta."Baiklah, kita angkat sekarang!" sahut Baguswera.Mereka segera mengangkat jasad prajurit itu, dan langsung menghanyutkannya di sungai yang ada di tempat tersebut. Setelah itu, mereka kembali naik ke atas dan kembali melanjutkan tugas mereka memata-matai pergerakan para prajurit Purba Yaksa yang tengah melaksanakan tugas menjaga keamanan di wilayah perbatasan.Keesokan harinya....Prabu Muri
Usai berdiskusi dengan Prabu Surya Darma Wihesa dan para petinggi istana, Rangga Wihesa dan Wandalika segera memberitahukan para prajurit yang ada di barak, agar mempersiapkan diri, karena esok pagi akan segera berangkat ke wilayah perbatasan.Prabu Surya Darma Wihesa meminta kepada Rangga Wihesa dan Wandalika agar menyiapkan 8000 prajurit yang akan diberangkatkan ke wilayah perbatasan, dalam rangka persiapan untuk melakukan serangan terhadap pasukan kerajaan Purba Yaksa yang sudah berada di perbatasan.Setibanya di barak prajurit, Wandalika langsung duduk di kursi yang ada di beranda barak. Sementara Rangga Wihesa langsung memanggil beberapa orang prajurit senior untuk menyampaikan pesan dari sang raja."Sekarang kalian segera bersiap! Karena esok pagi sebelum matahari terbit, kalian akan langsung berangkat ke wilayah perbatasan bersama Wandalika!" kata Rangga Wihesa berkata di hadapan para prajurit yang ada di barak tersebut."Berapa orang yang akan dib
Lima hari berikutnya, sekitar 8000 prajurit dari pasukan Genda Yaksa yang dipimpin oleh Wandalika sudah tiba di barak prajurit yang ada di wilayah perbatasan.Mereka disambut hangat oleh para petinggi prajurit yang bertugas di wilayah tersebut. Barak yang hanya berjumlah puluhan, ternyata tidak dapat menampung para prajurit yang baru tiba itu. Sehingga Panglima Durga meminta kepada para prajuritnya untuk mendirikan perkemahan di sekitar perbatasan yang berhadapan langsung dengan wilayah kedaulatan kerajaan Purba Yaksa."Kau tugaskan para prajurit agar segera mendirikan tenda perkemahan di dekat tanggul perbatasan!" perintah Panglima Durga kepada dua orang prajurit seniornya."Baik, Panglima. Kami akan segera ke sana dan akan langsung mendirikan perkemahan," jawab salah seorang dari kedua prajurit itu bersikap penuh hormat terhadap sang panglima.Selain mendirikan perkemahan, para prajurit Genda Yaksa pun telah menyiapkan sekitar 400 meriam sulut yang mere
Dua ribu prajurit dari pasukan panah langsung memacu kuda mereka masing-masing. Berpacu di belakang Panglima Durga yang sudah lebih dulu bergerak menuju perkemahan para prajurit kerajaan Purba Yaksa.Setelah tiba di tempat tujuan, mereka disambut oleh ribuan prajurit kerajaan Purba Yaksa. Mereka menyambut dengan persenjataan lengkap yang langsung memburu para prajurit kerajaan Genda Yaksa."Panah mereka!" seru Panglima Durga.Dengan demikian, dua ribu prajurit panah segera melepaskan anak panah mereka dari busurnya, melesat cepat menerjang para prajurit musuh yang tengah berlari hendak melakukan serangan terhadap mereka. Sehingga ratusan prajurit Purba Yaksa berjatuhan, dan yang lainnya langsung berhamburan surut ke belakang.Di Belakang pasukan panah, tampak ribuan prajurit yang dipimpin oleh Senapati Pandu langsung berlarian menyerang pertahanan lawan. Mereka langsung melakukan pengepungan di empat penjuru arah, sehingga para prajurit lawan menjadi kesu
Setelah melakukan pertempuran dengan pasukan Purba Yaksa, Senapati Pandu dan para prajuritnya langsung kembali ke perkemahan.Sore harinya....Senapati Pandu dan Panglima Durga langsung berkumpul di salah satu tenda, untuk melakukan perundingan dengan para prajurit senior dalam membahas rencana penyerangan terhadap para kelompok pemberontak yang ada di wilayah perbatasan itu."Aku sudah mendengar kabar dari prajurit Indragiri dan kawan-kawannya, bahwa dua hari yang akan datang. Para pendekar dari kelompok pemberontak akan turun gunung, mereka akan melakukan tindakan tegas memaksa para penduduk yang ada di desa Jongka dan Belung untuk menjadi bagian dari mereka," tutur sang senapati. "Untuk itu, aku himbau kepada kalian semua agar bersiap-siap untuk menghadapi mereka. Kita hadang dan serang mereka, agar rencana mereka menjadi berantakan!" sambung sang senapati."Mohon maaf, Senapati. Berapa prajurit yang akan dilibatkan dalam misi ini?" tanya Reksa Pati be
Kemarahan dan dendam menyelimuti ruang utama istana kerajaan Purba Yaksa, Prabu Muriadaka geram dengan kekalahan yang dialami oleh para prajuritnya. Sehingga, ia pun segera mengumpulkan para petinggi kerajaan pada malam itu."Kenapa begitu mudah, para prajurit kita bisa dikalahkan oleh pasukan prajurit kerajaan Genda Yaksa? Apakah kalian tidak memakai siasat tempur yang sudah aku sarankan?" Suaranya terdengar keras penuh kegusaran.Semua yang hadir di ruang utama istana tersebut, satu orang pun tidak ada yang berani menyela perkataan sang raja. Mereka hanya diam dan menunduk saja, seakan-akan pasrah mendengar kemarahan Prabu Muriadaka.Kemudian, Prabu Muriadaka meluruskan dua bola matanya ke arah Senapati Sobala Raka. Lalu berkata lagi, "Senapati! Aku ingin bertanya kepadamu.""I—iya, Gusti Prabu. Silahkan!" sahut Senapati Sobala Raka tampak gugup menjawab perkataan dari sang raja."Tidak seharusnya pasukan kerajaan Genda Yaksa dapat mengalah
Pagi harinya, Senapati Pandu pamit kepada Panglima Durga dan para pengawalnya untuk berangkat ke sebuah desa yang berada di ujung timur wilayah perbatasan kerajaan Genda Yaksa."Senapati hendak berangkat sendirian saja, atau perlu aku temani?" tanya Reksa Pati meluruskan pandangannya ke arah Senapati Pandu yang duduk bersebelahan dengan Panglima Durga."Tidak usah, Reksa! Aku mau berangkat sendirian saja. Aku ingin menyelidiki terlebih dahulu tentang keberadaan kelompok Andaresta sebelum kita melakukan serangan terhadap mereka," jawab Senapati Pandu bangkit dari duduknya.Reksa Pati hanya mengangguk sambil menjura kepada sang senapati. Demikian pula dengan Panglima Durga dan para prajurit senior lainnya. Kemudian, Senapati Pandu berpaling ke arah kudanya. "Rabuta!" teriak sang senapati.Kuda tersebut tampak patuh dan nurut kepada majikannya itu, Rabuta segera berlari menghampiri Senapati Pandu, dan berdiri di hadapan sang majikannya tersebut.Reksa
Sementara itu, pria paruh baya yang sedari tadi mengikuti sang senapati, terus mengamati gerak-gerik Senapati Pandu dan kedua pria yang menghadang perjalanannya. Pria paruh baya itu berada di balik pohon besar tidak jauh dari lokasi Senapati Pandu dan kedua orang tersebut."Hai, Anak muda! Apakah kau memiliki kemampuan bela diri?" tanya pria itu menatap tajam wajah sang senapati."Mohon maaf, Ki Sanak. Aku hanya pemuda biasa saja, aku tidak banyak memiliki ilmu kanuragan," jawab Senapati Pandu bersikap rendah hati."Tidak apa-apa, Anak muda! Yang terpenting kau memiliki kemampuan bela diri meskipun hanya sedikit," ucap pria itu mulai bersikap baik terhadap Senapati Pandu.Senapati Pandu sudah paham akan maksud kedua pria tersebut, mereka menganggap bahwa sang senapati merupakan target mereka yang hendak diajak untuk bergabung dengan kelompok pemberontak pimpinan Ki Kusumo dan Andaresta.Satu orang lainnya ikut menghampiri Senapati Pandu, kemudian i
Demikianlah, maka para prajurit itu langsung mundur dan menjauh dari posisi Senapati Pandu. Namun, meskipun demikian, beberapa orang di antara mereka tetap mengawal Senapati Pandu dari jarak sekitar lima tombak. Sementara para prajurit lainnya masih tetap melakukan serangan terhadap orang-orang dari kelompok pemberontak.Senapati Pandu langsung melompat ke arah Rangga Wihesa yang sedang bertarung sengit melawan Andaresta dan Ki Kusumo.Sebagian dari pasukan pemberontak saat itu sudah berhamburan ke ujung hutan untuk menyelamatkan diri dari serbuan para prajurit kerajaan Genda Yaksa.Pertempuran hari itu, benar-benar berjalan dengan begitu sengit. Pasukan Genda Yaksa tidak mau memberikan luang sedikit pun untuk para pemberontak beristirahat. Mereka terus digempur habis-habisan.Dalam pertarungan tersebut, Rangga Wihesa benar-benar merasakan tubuhnya bagaikan menjadi semakin terhimpit oleh kekuatan Andaresta dan Ki Kusumo. Itulah sebabnya, maka ia tidak mempunyai pilihan lain daripada m
Dengan demikian, pasukan yang dipimpin oleh Rangga Wihesa langsung berjalan bersama-sama dengan pasukan yang dipimpin oleh Senapati Pandu.Ketika para prajurit itu sudah tiba di tengah lembah. Tiba-tiba saja, terdengar suara seruan dari semak-semak yang ada di hutan tersebut, kemudian keluar sekelompok orang dengan mengenakan pakaian serba hitam.Secara serentak, mereka langsung melakukan serangan terhadap para prajurit kerajaan."Lawan mereka! Jangan biarkan mereka lolos!" seru Senapati Pandu menghunus pedangnya dan langsung membantu para prajuritnya melakukan perlawanan terhadap orang-orang tersebut Dengan demikian, para prajurit kerajaan Genda Yaksa langsung menggempur kelompok tersebut.Hanya beberapa menit saja, pertempuran itu telah berubah bentuk menjadi sebuah pertempuran yang begitu sengit."Apa yang Senapati katakan memang benar, para pelaku teror itu ternyata ada hubungannya dengan kelompok Andaresta," desis Rangga Wihesa yang baru saja berhasil menjatuhkan beberapa orang
Melihat pemandangan seperti itu, Rangga Wihesa dan para perwira senior saling berpandangan. Mereka tampak senang sekali, karena Mustika Sari sudah mulai membuka diri tentang perasaannya terhadap Senapati Pandu. Meskipun belum sepenuhnya terbuka.Namun hal itu, sudah dapat diartikan oleh Rangga Wihesa dan para perwira senior, bahwa sesungguhnya rasa suka dan rasa cinta dalam diri kesatria wanita itu sudah tumbuh semakin subur saja."Ya, sudah. Kalau memang demikian, kau dan pasukanmu tetap berada di lapis kedua, sementara aku dan Mustika Sari memimpin pasukan di barisan terdepan!""Nah, ini baru formasi yang bagus," sahut Rangga Wihesa sedikit bergurau kepada Senapati Pandu.Setelah selesai berbicara panjang lebar dengan sang senapati, Rangga Wihesa dan para perwira senior langsung pamit dan undur dari hadapan Senapati Pandu dan juga Mustika Sari."Kenapa kau masih ada di sini? Apakah kau tidak kembali ke tendamu?" tanya Senapati Pandu memandangi wajah Mustika Sari."Izinkan malam ini
Dengan demikian, Senapati Pandu memutuskan untuk menghentikan penyisiran tersebut. Ia meminta agar para prajuritnya beristirahat sejenak dengan mendirikan tenda-tenda perkemahan di tengah hutan itu. Karena penelusuran tersebut tidak mungkin dapat dilanjutkan lagi, mengingat waktu yang sudah semakin sore, dan sebentar lagi hutan tersebut akan gelap gulita."Sebentar lagi hari akan mulai gelap, sebaiknya kalian dirikan tenda di sini. Untuk sementara kita hentikan dulu penyisiran hari ini, esok pagi baru kita akan kembali melanjutkannya!" perintah sang senapati kepada para prajuritnya."Baik, Gusti Senapati," jawab mereka serentak.Kemudian, para prajurit itu langsung mendirikan puluhan tenda di sebuah padang rumput yang ada di tengah-tengah hutan belantara itu. Mustika Sari pun langsung mengatur anak buahnya untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi para prajurit yang ikut dalam rombongan tersebut.Para prajurit wanita dengan dibantu puluhan orang prajurit pria langsung menyiapkan dapur
Setibanya di barak, Senapati Pandu dan Ki Bastari tercengang ketika mendengar keterangan dari Panglima Durga dan Rangga Wihesa yang menyatakan bahwa salah seorang prajurit yang ikut dengan mereka hampir saja binasa karena pengaruh sihir dari para penjahat itu."Sudah jelas sekali, mereka tidak dapat dipandang rendah. Terbukti bahwa mereka memiliki kesaktian yang sangat luar biasa," desis Senapati Pandu sambil menerawang jauh ke depan. Sorot matanya yang tajam menembus kegelapan malam di sekitaran barak tersebut."Selain itu jumlah mereka tidak sedikit, mereka sangat banyak dan berjumlah ratusan," ujar Panglima Durga."Besok siapkan 300 prajurit panah api, kita akan menyisir lokasi hutan yang ada di selatan sana!" tegas Senapati Pandu memberikan perintah."Apakah hamba ikut juga, Gusti Senapati?" tanya Ki Bastari dengan sikap hormatnya."Ki Bastari dan Panglima Durga tetap di sini! Ki Bastari mulai saat ini menjadi panglima prajurit mendampingi Panglima Durga, biarkan Rangga Wishesa da
Namun, setelah sekian lamanya mereka melakukan pencarian. Tak ada seorang pun yang mereka temui di hutan itu."Sudah menjelang pagi, sebaiknya kita kembali ke barak!" ajak Mustika Sari kepada para prajurit yang ikut dengannya."Baik, Nyai," jawab para prajurit itu secara bersamaan.Dengan demikian, maka Mustika Sari dan para prajurit tersebut langsung melangkah untuk keluar dari hutan tersebut, mereka hendak kembali ke barak.Sementara itu, rombongan Panglima Durga dan Rangga Wihesa masih tetap melanjutkan pencarian, bahkan mereka sudah berada di kedalaman hutan belantara itu hampir mendekati wilayah kerajaan Purba Yaksa."Kalian sudah pasti kelelahan, sebaiknya kita istirahat saja dulu!" kata Rangga Wihesa memberikan saran kepada lima orang prajurit yang ikut serta dalam pencarian tersebut.Salah seorang prajurit menyahut, "Baik, Raden."Demikianlah, maka mereka pun langsung beristirahat sejenak. Karena perjalanan dari barak menuju ke ujung hutan itu, bukanlah jarak yang dekat. Selai
Demikianlah, maka Panglima Durga langsung memilih enam orang prajurit yang ia percaya memiliki kemampuan tinggi dibandingkan para prajurit lainnya untuk ikut dengannya bersama Rangga Wihesa dalam melakukan penyisiran ke dalam hutan tempat pelarian para pelaku serangan itu. "Kalian harus membawa obor!" pinta sang panglima. "Baik, Panglima," sahut salah seorang dari keenam prajurit itu. Setelah menyalakan lima obor, keenam orang prajurit itu langsung melangkah mengikuti Panglima Durga dan Rangga Wihesa. Senapati Pandu dan para perwira senior lainnya hanya berdiri memandangi langkah Rangga Wihesa dan Panglima Durga serta enam orang prajurit yang sudah berjalan menuju ke arah hutan yang berada di depan barak pasukan kerajaan Genda Yaksa. Setelah itu, Senapati Pandu menghimbau kepada para prajurit yang bertugas menjaga keamanan di pintu gerbang area barak tersebut, agar mereka waspada dan jangan lengah. "Kalian harus waspada dan tidak boleh lengah! Karena ada kemungkinan para pelaku l
Setelah melakukan perjalanan selama tujuh hari tujuh malam, akhirnya Rangga Wihesa bersama Ki Bastari tiba di barak prajurit kerajaan Genda Yaksa. Mereka tiba pada malam hari, kedatangannya langsung disambut hangat oleh Senapati Pandu dan Panglima Durga beserta para perwira senior yang kebetulan tengah berkumpul di beranda barak. Senapati Pandu dan para perwira senior yang bertugas di barak tersebut langsung memberi hormat kepada kepada Rangga Wihesa dan Ki Bastari dengan membungkukkan badan dan merangkapkan kedua telapak tangan mereka secara bersamaan. Begitu juga yang dilakukan oleh para perwira senior, secara serentak mereka menjura kepada Rangga Wihesa dan Ki Bastari. Setelah itu, Senapati Pandu langsung mempersilakan Rangga Wihesa dan Ki Bastari untuk duduk. Dengan demikian, Rangga Wihesa dan Ki Bastari langsung duduk di atas tikar pandan yang digelar di beranda barak tersebut. Setelah duduk, Rangga Wihesa langsung memperkenalkan Ki Bastari kepada Senapati Pandu dan para perw
Pagi harinya .... Sebelum matahari terbit, Rangga Wihesa langsung pamit kepada Widiarti Puja dan juga kepada Patih Wira Karma serta para petinggi istana kepatihan kuta Dalam Genda. Setelah pamit, ia langsung melangkah menuju pintu gerbang istana kepatihan, kuda yang hendak ditungganginya dituntun oleh seorang prajurit yang mengikutinya dari belakang. Ketika sudah berada di hadapan para prajurit penjaga keamanan istana, Rangga Wihesa berpesan, "Selama aku pergi ke wilayah perbatasan, kalian harus hati-hati dalam menjaga keamanan istana kepatihan!" "Baik, Gusti Pangeran. Hamba akan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan titah ini!" tegas salah seorang pimpinan prajurit keamanan itu sambil menjura. Rangga Wihesa tersenyum lebar, kemudian langsung naik ke atas kuda, dan memacu derap langkah kudanya meninggalkan istana kepatihan menuju perbatasan tempat ribuan prajurit sedang bertugas mengamankan wilayah tersebut dari gangguan kelompok-kelompok pemberontak. Untuk menuju ke tempat yang