"Kamu mau membunuhku, Theo?” tanya Mika sembari menatap ke arah Theo.
“Tentu saja! Apa kamu pikir aku tidak bisa melakukannya?”
Alena tidak tahu jika Theo memiliki senjata api. Dia pun melihat ke arah Ethan dan Juan yang sudah mengu
Alena melihat sang kakak yang melihat sang kakak yang melepaskan sabuk pengamannya. Setelah itu meloncat ke luar dari dalam mobil. Namun, Alena tidak menyerah. Dia juga melepaskan sabuk pengamannya dan mengendalikan setir mobilnya dan membanting ke bahu kiri jalan.Dia pun tidak sadarkan diri setelah mobilnya menghantam sebuah pembatas jalan.Alena tersadar saat dirinya sudah ada di rumah sakit. Dia melihat Carla dan Caca.
Alena melihat ke arah orang itu. Dia tidak mengira jika orang itu berani menemuinya dan juga sang kakak setelah yang terjadi. Dia terus saja memandangi orang itu hingga ada di dekatnya. “Mika, seharunya aku menghabisimu saat itu!” geram Erica yang melihat Mika ada di depannya.
Alena masih tetap diam dan berpura-pura tidur. Dia hanya ingin mendengar apa yang akan dikataka oleh orang itu. Dia masih bertahan dengan posisinya saat ini karena masih merasa aman. Meski sebenarnya dia ingin tahu siapa orang yang ada di dekatnya.Dia kembali mendengar suara dering ponsel dan kali ini ponsel itu berasal dari orang yang ada di dekatnya. Alena mendengar orang itu bicara pada orang yang menghubunginya.
'Mengapa dia juga ada di sini?’ tanya Alena di dalam hatinya dengan kesal. Alena terus menatap orang itu yang tidak lain adalah Brian Alexander. Dia masih ingat dengan jelas yang pria itu lakukan saat insiden beberapa hari yang lalu. Pria itu hanya diam dan tidak melakukan apa-apa.
"Menapa diam? Apa kamu tahu tentang suamiku? Atau kamu memang tahu di mana keberadaannya saat ini?” Alena kembali bertanya pada pria yang ada di depannya. Alena tersenyum miring lalu menepis tangan Brian. Dia melihat sang sopir sudah ada di depannya. Dia masuk ke dalam mobilnya dan mobil pun berjalan meninggalkan hotel.
Orang itu terus saja berteriak memanggil Caca dengan nada penuh dengan kemarahan. Alena menuruni anak tangga dan melihat beberapa pengawal sudah ada di dekat orang yang membuat keributan. “Apa kamu sudah gila, Caca! Mengapa kamu melakukan semua ini?!” geram orang itu setelah melihat Caca.&
"Apa maksud, Ayah? Juan, tidak mungkin melukai aku bahkan menghabisi aku,” tanya Caca sembari melihat ke arah sang ayah. Alena mendekat ke arah Caca yang terlihat sudah mulai berbeda raut wajahnya. Terasa olehnya jika saat ini sang keponakan sedang tidak baik-baik saja.
Alena akhirnya kembali ke Jakarta. Sekarang dia sudah ada di bandara. Setelah sang ayah menghubunginya. Dia meminta Ethan untuk mengurus semua hal masalah kembalinya dia ke tanah air. “Aku sudah ada di Jakarta. Carla, aku minta tolong untuk selalu melihat keadaan Caca dan ibunya di rumah,” ucap Alena pada Carla yang ada di ujung telepon.
Tanpa berpikir panjang akhirnya Alena pun pergi meninggalkan rumah. Dia melupakan dengan janjinya pada Brian yang tidak akan pergi dari rumah karena itu berbahaya. Dia sudah ada di dalam mobilnya dan memacunya ke luar dari area rumah. Tidak ada satu pun mengawal yang melarangnya pergi. Sehingga memudahkannya untuk pergi menuju tempat yang sudah dikatakan oleh Caca padanya.
"Apa yang terjadi padanya?” Alena kembali bertanya pada sang kakak ipar. “Shinta, ada yang harus aku bicarakan denganmu!” sela Martin dengan nada serius. “Bisakah kamu menunggu sebentar? Ada yang harus aku bicarakan dengan adik ip
"Aku tidak memerlukan bantuan darimu!” tukas Alena setelah melihat pria yang ada di depannya. Sebab pria itu tidak lain adalah sang suami. Namun, dia melihat Ethan yang ada di belakang Brian. Dia langsung mendekat ke arah pria itu. Alena mengatakan beberapa hal pada Ethan dan memintanya untuk mengurus pria yang sudah berani masuk ke apartemennya.
Alena begitu mengkhawatirkan Erica. Dia terus bertanya di mana yang sakit pada sang kakak. Namun, dia terkejut saat Erica yang memeluknya dengan sangat erat. “Maafkan, Brian. Dia benar-benar mencintai kamu,” ucap Erica sembari terus memeluk sang adik.
“Bu, bagaimana bisa keluarganya meminta seperti itu? Apakah kalian berdua tidak mengatakan pada mereka jika aku sudah menikah?” Alena kembali bertanya pada sang ibu.“Ayahmu sudah mengatakannya pada mereka. Namun, mereka juga rupanya sudah tahu dengan yang terjadi pada suamimu. Mereka beranggapan jika suamimu sudah tiada.”
"Katakan di mana dia, Bu?” Alena kembali bertanya pada ibu mertuanya. “Bukankah kamu sudah tahu di mana dia?” Alena mengerutkan dahinya karena tidak paham dengan yang dikatakan sang ibu mertua. Andaikan dia tahu di mana keberadaan Brian
Alena mendengarkan yang dikatakan sang kakak. Dia langsung menghubungi seseorang dan bertanya akan masalah yang sedang dihadapi oleh keluarga suaminya. “Jangan membohongi aku, Ethan! Katakan yang sebenarnya bagaimana masalah seperti itu bisa menimpa keluarga suamiku?!” tanya Alena dengan nada sedikit menekan.
"Aku tahu semua yang berkaitan denganmu,” jawab Alena. Alena melihat raut wajah terkejut sang kakak. Akan tetapi, dia masih bisa bersikap santai. Dia memang sudah tahu beberapa hal yang disembunyikan sang kakak. Meski dirinya yakin masih ada sesuatu yang belum diketahui olehnya.
"Menarik. Apa yang bisa kamu lakukan demi wanita busuk itu?” tanya Alena pada pria yang ada di depannya. “Jangan menantangku! Aku bisa melakukan apa saja jika kamu berani mengusiknya!” Alena tersenyum saat mendengar kembali pria itu bic