Alena melihat ke arah orang itu. Dia tidak mengira jika orang itu berani menemuinya dan juga sang kakak setelah yang terjadi. Dia terus saja memandangi orang itu hingga ada di dekatnya.
“Mika, seharunya aku menghabisimu saat itu!” geram Erica yang melihat Mika ada di depannya.
Alena masih tetap diam dan berpura-pura tidur. Dia hanya ingin mendengar apa yang akan dikataka oleh orang itu. Dia masih bertahan dengan posisinya saat ini karena masih merasa aman. Meski sebenarnya dia ingin tahu siapa orang yang ada di dekatnya.Dia kembali mendengar suara dering ponsel dan kali ini ponsel itu berasal dari orang yang ada di dekatnya. Alena mendengar orang itu bicara pada orang yang menghubunginya.
'Mengapa dia juga ada di sini?’ tanya Alena di dalam hatinya dengan kesal. Alena terus menatap orang itu yang tidak lain adalah Brian Alexander. Dia masih ingat dengan jelas yang pria itu lakukan saat insiden beberapa hari yang lalu. Pria itu hanya diam dan tidak melakukan apa-apa.
"Menapa diam? Apa kamu tahu tentang suamiku? Atau kamu memang tahu di mana keberadaannya saat ini?” Alena kembali bertanya pada pria yang ada di depannya. Alena tersenyum miring lalu menepis tangan Brian. Dia melihat sang sopir sudah ada di depannya. Dia masuk ke dalam mobilnya dan mobil pun berjalan meninggalkan hotel.
Orang itu terus saja berteriak memanggil Caca dengan nada penuh dengan kemarahan. Alena menuruni anak tangga dan melihat beberapa pengawal sudah ada di dekat orang yang membuat keributan. “Apa kamu sudah gila, Caca! Mengapa kamu melakukan semua ini?!” geram orang itu setelah melihat Caca.&
"Apa maksud, Ayah? Juan, tidak mungkin melukai aku bahkan menghabisi aku,” tanya Caca sembari melihat ke arah sang ayah. Alena mendekat ke arah Caca yang terlihat sudah mulai berbeda raut wajahnya. Terasa olehnya jika saat ini sang keponakan sedang tidak baik-baik saja.
Alena akhirnya kembali ke Jakarta. Sekarang dia sudah ada di bandara. Setelah sang ayah menghubunginya. Dia meminta Ethan untuk mengurus semua hal masalah kembalinya dia ke tanah air. “Aku sudah ada di Jakarta. Carla, aku minta tolong untuk selalu melihat keadaan Caca dan ibunya di rumah,” ucap Alena pada Carla yang ada di ujung telepon.
"Bodoh!” tukas seorang pria yang sudah berhasil menghentikan yang dilakukan oleh Erica.Alena sedikit lega karena pria itu berhasil menghentikan yang dilakukan sang kakak. Dia melihat pria itu menekan luka di pergelangan Erica. Mungkin dengan maksud untuk menghentikan darah yang keluar.
"Menarik. Apa yang bisa kamu lakukan demi wanita busuk itu?” tanya Alena pada pria yang ada di depannya. “Jangan menantangku! Aku bisa melakukan apa saja jika kamu berani mengusiknya!” Alena tersenyum saat mendengar kembali pria itu bic