Delis sedang menunggu permintaan maaf dari Kelven.Namun, yang terjadi malah pria itu pingsan di depannya tiba-tiba.Karena panik, Delis berlutut dan memeluknya sambil berteriak, “Kelven, Kelven, kamu kenapa?”Pria di pelukannya tidka memberikan respon, tetapi dahinya terasa panas seperti bara api.Delis cemas dan berteriak lagi ke sekeliling, “Tolong, tolong.”Tak lama kemudian, para pengawal yang tidak jauh berlari menghampiri dan membantu membawa Kelven ke dalam rumah, lalu meletakkannya di tempat tidur yang empuk.Para pelayan segera menghubungi dokter keluarga.Mendengar kegaduhan, Nyonya Joven datang untuk memeriksa.Melihat dokter sedang memeriksa Kelven di kamar putrinya dan memasang infus, Nyonya Joven bertanya, “Apa yang terjadi? Kenapa Kelven bisa pingsan di depan pintu rumah?”Nyonya Joven cukup puas dengan menantu ini.Terutama karena Kelven adalah penyelamat putrinya dan telah menyekolahkan putrinya sejak kecil.Jika bukan karena Kelven, putrinya mungkin tidak akan kem
“Apa yang terjadi padaku?”Delis merasa sedikit bersalah dan menjawab, “Kamu, kamu berdiri semalaman di depan pintu dan pingsan karena demam tinggi.”Kelven terdiam.Kelven mengingat-ingat sebentar sambil melihat Delis di samping tempat idur, kemudian teringat kejadiannya.Sejak kapan tubuhnya menjadi begitu lemah?Berdiri semalaman saja bisa membuatnya sakit dan pingsan?Mengingat Delis masih marah padanya, dengan lemah Kelven menjelaskan, “Aku bukan berpura-pura sakit untuk mencari simpati darimu. Aku datang untuk melihatmu dan anak kita. Kalau kamu masih marah, bolehkan aku melihat anak kita sebentar sebelum kamu mengusirku?”Mungkin karena demam yang belum sepenuhnya reda, tatapan matanya yang sedih masih terlihat merah. Kata-katanya membuat hati siapa pun yang mendengarnya terenyuh.Delis menatapnya dengan penuh kasih sayang.“Aku nggak bilang kamu berpura-pura sakit. Lagipula, apakah aku sekejam itu? Kamu sudah seperti ini, bagaimana mungkin aku mengusirmu?”Takut dirinya akan
Delis merasa terenyuh dan cemberut dengan wajah kecilnya yang kesal.“Jelas-jelas kamu yang marah padaku.”Delis menunduk dan menatap anaknya, berusaha menahan emosinya.Kelven berpikir sejenak, memang benar dialah yang memulai pertengkaran.Dengan suara pelan, Kelven berkata, “Maaf, nggak seharusnya aku marah padamu.”Delis mengangkat kepalanya dan berbicara dengan nada yang lebih lembut.“Kamu nggak perlu minta maaf. Kalau aku nggak bersikeras mengangkat anak angkat, mungkin kamu nggak akan seperti ini.”“Tapi, karena sudah terlanjut mengangkat anak angkat itu, kalau kamu masih keberatan, aku juga nggak ada cara lain.”Kelven melanjutkan makannya.Dia memang keberatan Delis mengangkat anak orang lain sebagai anak angkat.Terlebih, dirinya merasa terganggu dengan pria itu yang memanfaatkan anak sebagai alasan untuk mendekati Dleis.Namun, wanita ini tidak mengerti bagaimana menolak dan menjaga jarak.“Kalau kamu memang ingin merawat anak itu, aku akan mencoba menerimanya.”Keputusan s
”Bagaimana menurutmu kalau ibu memperkenalkannya pada kak Peter dan menjadi kakak iparmu?” tanya Nyonya Joven.Kakak … ipar?”Wajah Delis berubah, dia menatap ibunya dan bertanya, “Ibu, ini calon untuk kak Peter?”“Kakakmu sudah berusia 36 tahun, sudah saatnya dia menikah.”Delis kembali menatap Soviana, penampilan dan latar belakangnya memang baik. Namun, kakaknya sudah bersama dengan kak Angel.Apakah ibunya berusaha menghalangi hubungan mereka?Mendadak, Delis berdiri dan berkata, “Aku pikir ini harus dibicarakan dengan kakak, aku akan meneleponnya.”Delis cepat-cepat menghindar.Nyonya Joven memanggilnya dari belakang, “Kalau begitu panggil kakakmu pulang, Soviana akan menunggunya di rumah.”Delis tidak menjawab dan begitu sampai di atas, dia segera menelepon kakaknya.Saat bersamaan, Peter sedang membantu Joel mengerjakan PR.Saat teleponnya berdering, Peter mengangkatnya dan pergi ke koridor untuk menjawab.“Halo, ada apa Delis?”Peter selalu berbicara dengan suara lembut pada
Kelven mengernyit.“Kakakmu sudah bersama dengan Angel?”Delis mengangguk dan menjawab, “Iya, aku juga nggak tahu sejak kapan mereka mulai bersama, tapi aku yakin mereka sudah bersama.”Bagaimana mungkin berciuman jika tidak bersama?Kak Angel bukan orang yang sembarangan.Kelven terdiam.Ternyata Angel sudah bersama dengan Peter, itulah sebabnya Albert melepaskannya.Dirinya menyaksikan perjalanan hubungan Angel dan Albert, mereka bahkan punya seorang anak, tetapi pada akhirnya tidak bersama. Kelven merasa sedih untuk sahabatnya.Lalu, bagaimana dengan Peter dan Angel? Mungkinkah hubungan berhasil?Nyonya Joven adalah orang yang sangat materialistis, dia tidak akan membiarkan Angel yang memiliki seorang anak masuk ke dalam Keluarga Joven.Bagi Angel, melewati tantangan Nyonya Joven akan lebih sulit daripada naik ke surga.“Aku akan menunggu kakakku pulang besok dan melihat bagaimana dia menyelesaikan masalah ini.”Ujar Delis.Di telepon, kakaknya tampak sangat yakin, mungkin dia sudah
Mengingat dirinya harus segera pulang untuk mengurus sesuatu, Peter melihat jam di pergelangan tangannya dan berkata, “Kalau begitu, kamu urus saja urusanmu. Aku pergi dulu.”Albert bertanya padanya, “Kamu mau ke mana?”“Pulang ke rumah.”Saat hendak berbalik, tiba-tiba Peter teringat sesuatu dan menghentikan langkahnya.Dia menoleh menatap Albert dan bertanya, “Kamu sibuk nggak?”Albert menggeleng.Akhir-akhir ini dirinya memang sedang malas-malasan, dia sudah serahkan urusan perusahaan ke bawahannya. Dia hanya ingin menikmati beberapa hari dengan tenang.Karena tidak ada kerjaan, dirinya mampir untuk melihat anaknya. Siapa sangka …“Tolong bantu aku,” ujar Peter langsung ke intinya.“Apa?”“Ikut aku pulang.”Albert mengernyit, tidak mengerti maksudnya.Peter menjelaskan, “Sejujurnya, orang tuaku nggak setuju aku bersama dengan Angel.”Albert terdiam.“Tapi, aku hanya menginginkan Angel seumur hidupku.”Albert masih tidak mengerti apa yang perlu dibantu dirinya.“Sepertinya orang tua
“Kak, kamu sudah datang belum? Aku melihat tiba-tiba ada pengawal di rumah, sepertinya kalau kamu nggak mengikuti keinginan ibu, dia akan mengurungmu di dalam rumah.”Setelah itu, terdengar suara Peter yang santai, “Aku hampir sampai. Delis, nanti lihat sinyal dari tatapanku.”“Apa? Aku juga ada peran? Lalu apa yang harus aku lakukan?”“Nanti kamu improvisasi sendiri saja. Untuk sekarang, aku sudah hampir sampai.”Setelah menutup telepon, Delis merasa bingung.Dia sama sekali tidak tahu apa yang akan dilakukan kakaknya.Melihat ke arah Kelven yang sedang menggendong anaknya, Delis berkata dengan sedikit khawatir,“Kak Peter akan datang, kamu mau ikut turun untuk melihat? Sekaligus bicara beberapa hal baik untuk kak Angel?”Meskipun ibunya mendengarkannya, tetapi berbicara sendirian tidak akan cukup.Apalagi ini menyangkut urusan hidup kakaknya. Jika ibunya sudah mengambil keputusan, Delis merasa nasihatnya akan sia-sia.Kelven mengangguk setuju, menggendong anaknya dan berdiri.“Ayo,
“Kumohon ibu, tolong restui kakak dengan Albert.”Delis terisak, berusaha mengeluarkan beberapa tetes air mata.Meskipun begitu, Nyonya Joven tetap tidak bisa menerima.Dia begitu marah sampai terengah-engah, menatap Peter dan Albert sambil berteriak, “Kalian, kalian benar-benar nggak tahu malu. Dua pria dewasa malah bersama, kalian nggak merasa jijik?”“Apakah kalian nggak memikirkan orang tua kalian?”“Aku nggak akan pernah merestui hal seperti ini terjadi pada anakku. Pengawal, cepat … “Pengawal yang sudah menunggu di pintu segera masuk dengan sigap.Peter tetap tenang, berdiri tegak tanpa ekspresi.“Hal ini sudah terjadi, kalau ibu nggak mengizinkanku bersamanya, langsung tembak saja aku.”Melihat ini, Albert mengabaikan keberadaan Kelven. Dia maju untuk bekerja sama dengan Peter, “Aku dan putramu saling mencintai. Kalau kamu benar-benar nggak merestui, aku juga siap mati bersamanya.”Usai bicara, Albert berpura-pura menatap Peter dengan penuh kasih.Siapa sangka, Peter malah me
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b