Lia sangat marah.Dia menatap pria di tempat tidur dengan wajah kecil yang memerah.Alfred juga sedang emosi. Dengan wajah tanpa ekspresi menatapnya dan berkata dengan dingin, “Emangnya aku memintamu menyelamatkanku? Sejak awal aku sudah menyuruhmu pergi, tapi kamu tetap kekah ingin tampil baik di depan kakakku dan memaksa untuk tetap tinggal.”“Kenapa? Setelah menyelamatkanku, aku harus berterima kasih padamu?”Jika Lia bersikeras ingin menikah dengan kakaknya.Alfred lebih baik tidak diselematkan olehnya.Membayangkan hari-hari ke depan, dia harus memanggilnya kakak ipar, sementara dirinya sudah melihatnya telanjang, rasanya sangat menjijikkan.“Alfred.”Lia tidak tahan lagi dan berteriak marah padanya, “Kamu benar-benar nggak tahu terima kasih. Kalau begitu, aku nggak akan menyelamatkanmu lagi.”Lia benar-benar marah.Dia mengambil banyal dan melemparkannya dengan keras ke kaki Alfred.Alfred yang sudah mulai bisa merasakan sakit tapi masih sulit bergerak, merasa sakit luar biasa
Jika tidak, akan seperti yang dikatakan Richard, dirinya akan meninggal muda. Jangankan perusahannya yang akan hancur, tapi semua orang di sekitarnya juga akan sangat terpukul.…Untuk pertama kalinya mendengar Lia menangis, Delis sangat khawatir terjadi sesuatu.Dia segera mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit.Sesampainya di sana, dia melihat Lia duduk di depan gedung rumah sakit dengan kepala tertunduk dan masih menangis.Delis berlari menghampirinya, “Lia.”Gadis itu berdiri dan langsung memeluk Delis, menangis semakin keras.“Delis, kakakmu benar-benar menyebalkan. Aku nggak akan peduli lagi padanya, jangan suruh aku menyembuhkanya lagi.”“Aku mau meninggalkannya selamanya, nggak akan pernah bertemu dengannya lagi.”Delis dengan hati-hati mendorong gadis itu sedikit, sambil menghapus air matanya dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang dia lakukan padamu?”“Dia menyuruhku pergi dan jangan pernah kembali lagi. Dia bilang aku menyembuhkannya hanya untuk bersikap baik
Mendengar perkataan kakaknya, Alfred yang tadinya sudah merasa kesal, kini semakin marah.“Kalau kamu merasa kasihan karena aku membuatnya menangis, kenapa kamu nggak bawa dia pulang saja dan manjakan dia? Kenapa harus menyuruhnya mengobatiku?”“Kamu nggak tahu batasan pria dan wanita?”Peter terdiam.“Aku memang begini, nggak bisa diubah. Seumur hidup aku nggak akan menyukai siapa pun lagi dan nggak ada perempuan yang bisa mendekatiku.”“Sebaiknya kamu menyuruhnya pergi sejauh mungkin. Jangan biarkan aku melihatnya lagi, kalau nggak … “Alfred terdiam tiba-tiba, menatap kakaknya yang tampak kesal.Peter menenangkan kekesalan dalam dirinya, lalu menarik kursi dan duduk di sampingnya.Meski merasa tidak mungkin, dia tetap bertanya,“Kamu mempermasalahkan dia berhubungan denganku? Aku sudah bilang, meski aku akan menikahinya, tapi semua itu hanya … ““Omong kosong! Kenapa aku harus peduli dengan hubungan kalian?”Alfred dengan gugup memotong perkataan kakaknya dan mendengus, “Kamu pikir
Peter melanjutkan lagi, “Aku akan bicara baik-baik dengan Lia dan memastikan dia nggak mempermasalahkan hal ini.”“Saat dia datang lagi nanti, kamu harus minta maaf padanya, mengerti!?”Alfred kini mulai menurut, dia mengangguk, “Iya.”“Renungkan apa saja yang kamu lakukan salah dan intropeksi diri. Aku pergi dulu.”Tidak memedulikan kakaknya, Alfred memejamkan matanya, merenungkan mengapa dirinya begitu marah sebelumnya. Bukankah karena mendengar gadis itu mengatakan dia menyukai kakaknya?Kenapa dirinya harus mempermasalahkan dia menyukai kakaknya?Dirinya yang seperti ini, benar-benar tidak masuk akal.…Delis mengajar Lia makan dan bermain di luar hingga puas sebelum mengantarnya pulang.Saat ini, sudah pukul sepuluh malam.Anak-anak dan Angel sudah tidur.Begitu sampai di rumah, Lia langsung masuk ke kamar.Delis mengira Kelven sudah pulang. Tetapi, saat dia masuk kamar, ternyata kosong.Ruang kerja juga kosong.Delis menelepon nomor Kelven. Yang mengangkatnya adalah Mudi, “Non
Melihat wanita kecil di depannya tampak begitu sedih dan bahkan menangis, hati Kelven sangat sakit.Dia mendekat dan memeluknya, berbicara lembut untuk menenangkannya, “Sudahlah Delis, jangan menangis lagi. Aku tahu aku salah, aku nggak akan seperti ini lagi.”Delis terisak,“Kamu selalu bilang begitu, tapi kamu nggak pernah mendengarkan. Kamu nggak pernah memikirkan perasaanku.”“Kamu selalu berpikir bisa menangis semuanya sendiri. Kamu bukan manusia super, semua orang punya kelemahan. Gagal sekali-sekali nggak masalah.”Mendengar isakannya, bukannya merasa sedih, Kelven malah tersenyum.Dia mengangkat tangan dan mencubit pipinya yang bulat, “Sudahlah, mulai sekarang aku akan bekerja dengan seimbang, nggak akan membiarkan diriku jatuh sakit, ya?”“Aku nggak mau bicara denganmu. Janjimu selalu hanya sekedar kata-kata.”Delis menolak sentuhannya dan berbalik membelakanginya.Kelven tidak mendekat lagi. Dia menguap dan berkata, “Delis tidur saja dulu, akum au cuci muka dulu baru tidur.
Peter melihat jam tangannya, pukul tujuh.Dia sedikit bingung, “Kenapa Lia belum bangun jam segini?”Biasanya Lia tahu harus ke rumah sakit untuk merawat Alfred, jadi selalu bangun pagi-pagi sekali.Hari ini terlambat agak aneh.Delis menebak, “Mungkin kemarin dia lelah bermain, jadi agak malas bangun?”“Biarkan saja dia tidur lebih lama.”Mengingat sarapan yang dirinya siapkan cukup banyak, Peter mengemas sebagian untuk dibawakan ke rumah Angel.“Delis, kamu makan duluan. Aku mau membawakan ini untuk Joel.”“Iya.”Saat Peter sampai di rumah Angel dengan membawa sarapan, Angel baru saja turun dan sedang di dapur menyiapkan makanan.Mendengar bel pintu, Angel pergi membukanya.Saat melihat Peter, wajahnya langsung memuram dan dengan tidak ramah bertanya, “Ada apa?”Peter mengabaikannya dan masuk ke dalam rumah.“Joel baru saja keluar dari rumah sakit, dia perlu makan makanan yang ringan. Aku sudah menyiapkan ini untuknya.”Dengan santai, Peter meletakkan sarapan di meja, menatapnya da
Tidak peduli bagaimana Delis dan Peter membujuk, Lia tetap tidak mau pergi ke rumah sakit.Mereka berdua pun tidak memaksa. Memikirkan bahwa Lia sudah sibuk terus sejak datang dan belum sempat bermain di kota.Sambil mengurus anak, Delis juga membawa Lia berjalan-jalan.Berharap setelah Lia puas bermain, dia mungkin akan berubah pikiran.Jadi, selama dua hari berturut-turut, Lia tidak muncul lagi di ruang perawatan Alfred.Awalnya, Alfred merasa tidak masalah. Datang atau tidak, Alfred tidak peduli.Namun, saat Lia benar-benar tidak datang, Alfred merasa ada yang kosong di hatinya saat berbaring di tempat tidur.Dia merasa tidak terbiasa.Melihat kak Peter datang membawakan makanan, Alfred bertanya dengan pelan, “Apakah penyihir itu sudah pulang kampung? Atau ke mana?”Peter melototi adiknya dan mendengus, “Kamu tahu memedulikannya juga? Lagipula, dia hanya gadis kecil, dia punya nama, jangan panggil dia penyihir.”Wajah Alfred terlihat canggung, matanya berbinar.“Siapa yang peduli
Jika penyihir itu benar-benar datang, dia pasti akan menggunakan jarum perak panjang yang biasanya dipakai untuk menyuntik sapi dan menyuntik tubuhnya dengan keras.Membayangkan rasa sakitnya saja sudah membuat tubuh Alfred gemetaran.“Aku rasa lebih baik aku menghindar dulu. Bicara baik-baik dengannya, aku tahu kamu sangat mengagumi keterampilannya dalam pengobatan. Kalau kalian berdua bisa bersama, pasti sangat cocok.”Iya, sangat cocok.Keduanya punya temperamen yang mirip.Namun, mereka sebenarnya memiliki hati yang lembut meski berbicara kasar. Jika mereka bisa duduk dan berbicara baik-baik, pasti akan menyelesaikan konflik di antara mereka.“Kalau mau pergi, cepat pergi.”Alfred kehabisan kesabaran.Peter menggelengkan kepalanya tak berdaya, menghela napas lalu pergi.Delis baru saja mengantar Lia ke rumah sakit. Lia yang marah langsung menuju ke ruang perawatan Alfred.Dengan sekali tendangan, Lia membuka pintu kamar perawatan dan langsung mendekati Alfred untuk mencekik leherny
Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol
Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p
Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi
Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l
Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa
“Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem
Melihat anak yang begitu manis diganggu di luar, membuatnya sangat iba.Saat itu, Kelven sebenarnya ingin membawa Delis pulang ke rumah.Namun, mengingat rumahnya ramai dan khawatir ada yang akan mengganggunya.Jadi, Kelven memutuskan untuk mengantarkannya ke panti asuhan. Dia bahkan memberikan uang tabungannya pada kepala panti untuk memastikan Delis dirawat dengan baik.Saat itu, kepala panti menanyakan nama gadis ini.Dengan mata besar yang tampak bersinar, Delis menatapnya seolah tidak ingin berpisah.Kelven baru tersadar bahwa dirinya belum tahu siapa nama gadis kecil itu.Dia pun berjonkok, menggenggam tangan Delis dan bertanya, “Adik kecil, siapa namamu?”Namun, Delis yang saat itu masih dalam keadaan ketakutan, tidak bisa mengingat namanya.Melihat Delis tidak menjawab, Kelven mengelus pipi bulanya dengan lembut dan berkata, “Kalau begitu, biar kakak yang memberimu nama, ya? Kami ikut margaku dan namamu Delis. Kamu tahu kenapa kakak memilih nama itu?”Delis yang baru berusia l
“Kalau ada masalah, panggil saja aku,” ujar Kelven.“Nggak masalah, kamu sibuk bekerja saja.”Jawab Delis tanpa mengangkat kepalanya.Karena anaknya masih tenang, Delis mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Alfred.Delis: [Kak Alfred, aku mau tanya sesuatu.]Setelah menunggu sekitar dua menit, akhirnya Delis mendapat balasan.Alfred: [Apa itu?]Delis: [Kamu yang menghipnotisku dulu supaya aku lupa dengan masa laluku, ‘kan?]Sebelumnya, saat dirinya tahu tentang putrinya, mereka bilang bahwa hipnotis dilakukan supaya dirinya tidak terlalu bersedih.Seseorang bisa dihipnotis untuk melupakan, seharusnya juga bisa dihipnotis untuk mengingat kembali.Delis benar-benar ingin mengingat semua kenangan bersama Kelven.Alfred: [ …, iya.]Delis: [Aku janji aku mengendaliakn emosiku dengan baik. Bisakah kamu membantuku mengingat kembali?]Alfred terdiam melihat pesan dari Delis, tangannya yang sedang memegang ponsel menjadi kaku.Sebenarnya, jika dirinya mencoba, mungkin saja bisa membuat De
Delis sangat terkejut.Sambil mengemudi, dia menoleh ke arah Kelven dan memastikan, “Aku tumbuh besar di sisimu? Bukan tumbuh besar di sisi orang tuaku? Kenapa bisa begitu?”“Karena saat berusia tiga tahun, kamu tersesat. Aku yang menemukanmu, lalu mengantarmu ke panti asuhan dan membiayai pendidikanmu. Setelah itu, hampir sepanjang hidupmu, kamu dibesarkan di panti asuhan.”“Kemudian kak Peter menemukanmu dan karena itu mereka menetap di sini.”Delis terdiam.Dia tiba-tiba menghentikan mobil di pinggir jalan, menatap pria di sampingnya dengan ekspresi terkejut, sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya.Karena pengereman mendadak, Kelven reflek melindungi putranya yang ada di pangkuannya, lalu menatap Delis.“Kenapa?”Wajah Delis tampak pucat.“Jadi orang yang membesarkanku adalah kamu dan orang tuamu?”Kelven terdiam sejenak, lalu akhirnya menjawab, “Bukan benar-benar membesarkanmu, tapi karena kamu tumbuh besar di panti asuhan.”“Tapi kamu yang membiayai pendidikanku. Kalau b